Banner

PIDIBAIQ RUSUH DI TALKSHOW PICTURE 2015

|

Padapanik.com - Peace In College To Cultural Revolution (PEACE) adalah sebuah Talkshow yang mengangkat tema Perdamaian ini berusaha membahas Perdamaian dan Kebebasan dalam berbagai sudut pandang dari setiap Pemateri yang berbeda-beda.  Talkshow ini menghadirkan Irfan Amalee (Peace on Culture), Ridwan Kamil (Peace on Creativity), Ginan Koesmayadi (Peace on Mind) dan Pidibaiq (Peace on Music)

Dilaksanakan Rabu (4/3) di Aula Universitas Islam Bandung ini dimulai sejak pukul 09.00 yang dibuka dengan berbagai Ceremony. Sekitar 150 Peserta hadir dalam acara ini, Sebagian besar adalah mereka yang sudah membeli tiket beberapa hari sebelumnya. Meskipun acaranya diadakan di Unisba. Tapi antusias dari Mahasiswa kampus lain juga tidak kalah besar. Beberapa Mahasiswa dari Unpas, Itenas, Unpad dan lain-lain juga tercatat ikut hadir dalam acara tersebut.

Pemateri pertama adalah Irfan Amalee. Tapi sayang sekali, hari itu beliau tidak bisa hadir karena sedang di rawat di Rumah Sakit. Erik Lincoln lah yang ditugaskan menjadi pengganti hari itu. Beliau adalah Warga negara Amerika tepatnya Chicago yang Berasal dari komunitas yang sama dengan Irfan yang mengusung persatuan dan Anti Rasisme di Dunia. Meskipun seorang bule Tapi Erik terdengar sangat fasih dalam berbahasa Indonesia. Bahkan terkadang menggunakan istilah-istilah gaul atau Bahasa Indonesia yang tidak formal. Erik menceritakan pertemuannya dengan Irfan yang sangat berbeda latar belakang, ras maupun agama. Tapi akhirnya mereka bersatu dengan harapan usaha mereka untuk menyatukan keanekaragaman di dunia berhasil.

Erik Lincoln adalah mantan Konsultan Anti kekerasan, Anti Geng, dan Anti Narkotika di Amerika. Sedangkan di Indonesia dia kerja sebagai Pengajar Bahasa Inggris di Mizan sampai akhirnya terjun ke dunia aktivis perdamaian. Beliau sangat fokus terhadap pemberantasan Bully, Rasisme, dan Geng-geng yang negatif. Di akhir materinya beliau yang warga asli Amerika malah memotivasi Anak muda Indonesia untuk menjadi Indonesia dengan Identitas yang ada.

"Jangan mau seperti Inggris atau Amerika, Juga jangan mau seperti Arab atau Irak. Jadilah Indonesia yang berdiri sendiri dengan Identitas yang sudah ada, Perkenalkan kepada dunia kalau Indonesia bisa Mandiri" - Erik Lincoln

Pemateri kedua adalah Ridwan Kamil, Sayang sekali lagi-lagi pemateri kedua tidak bisa hadir. Kesibukan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung memang menuntut beliau untuk bekerja lebih ekstra sehingga sulit untuk menyempatkan diri untuk sebuah agenda Talkshow hari itu.

 Baca Juga : Ridwan Kamil di acara Boscha 2015 : http://bit.ly/1EW3h9Z

Entah bagaimana pusingnya panitia hari itu, 2 pemateri di awal tidak bisa hadir. Ridwan Kamil kali ini di gantikan oleh Syafii Efendi. Seorang Motivator termuda di Indonesia. Hari itu ia hadir untuk mencairkan suasana dengan memberikan motivasi-motivasi terbaiknya. Selain itu, Peserta juga semakin semangat dengan cara-cara ia memberikan ice breaking kepada peserta. Talkshow ini juga di hibur oleh The Mahad sebelum break makan siang dan kembali di buka dengan Baby Rock

Baca juga : The Mahad dan Baby Rock buat panggung untuk band Indie Bandung : http://bit.ly/1xrInNQ

Pemateri ketiga adalah seorang ODHA (Orang dengan HIV AIDS) setidaknya begitulah informasi tentang dirinya yang ia tuturkan saat dimulainya materi. Terlihat tidak ada bedanya dengan orang biasa. Ginan Koesmayadi adalah salah seorang pendiri dari Rumah Cemara, yaitu sebuah komunitas terbuka yang nyaman bagi mereka yang positif ODHA dan pengguna Narkoba yang ingin berhenti. Rumah Cemara telah membawa banyak pengaruh terhadap mereka yang sempat frustasi dan terbuang dari lingkungannya karena Narkoba dan HIV. Ginan bercerita tentang bagaimana ia melawan stigma masyarakat yang kejam terhadap ODHA hingga ia bisa bangkit mengalahkan dirinya sendiri untuk tetap berkarya dan berusaha menjadi orang biasa. Ginan adalah peserta Homeless World Cup 2011 di Paris (Street Football Competition Dunia yang diikuti oleh orang-orang yang ter Marjinal kan di negaranya) dan menjadi pemain terbaik di sana, Selain itu Ginan mengeluarkan buku berjudul "Melampaui Mimpi" Suasana seru dan Intim di bawa oleh Ginan dengan cara duduk lesehan di panggung bersama moderator.

Belum selesai pemateri ketiga, Pidibaiq meminta kepada panitia untuk masuk duluan. Para peserta pun antusias dan mengisi bangku terdepan, Namun Imam besar The Panas Dalam itu langsung mengajak seluruh peserta seminar untuk membawa kursinya semakin didepan, Suasana jadi rusuh karena semua berebut tempat. Akhirnya panitia memutuskan untuk mengatur para peserta seminar untuk duduk lesehan di lantai bersama kedua pemateri dan dua Moderator. Benar-benar Rusuh haha.

Penulis novel Dia DILAN Ku itu menegaskan bahwa beliau tidak pernah berniat membuat novel sebelumnya, ia hanya senang bercerita. Sama dengan membuat lagu-lagu The Panas Dalam yang semuanya berawal dari keisengan. Sesuatu yang didasari dengan iseng dan pikiran ingin bermain menghasilkan sesuatu yang baik tanpa ada niat untuk besar ataupun disanjung orang lain. Meskipun sempat kesulitan dengan dua Moderator dan dua Pemateri dalam satu panggung. Namun akhirnya acara ini berhasil memuaskan para peserta dengan materi-materi yang disampaikan.

Pidibaiq juga tidak lupa memainkan beberapa lagu seperti "Jangan Takut" dan "Tanpa Nia" yang membuat para peserta tidak berhenti terhibur, dan suasana intim yang diciptakan oleh pria yang biasa dipanggil Ayah menghilangkan jarak antara para audience dengan Pemateri. Kapan lagi ada Talkshow di sebuah Aula besar tapi peserta dan Pematerinya berkumpul secara acak dan lesehan disekitar panggung?

Oleh : Ashari
Foto : Randie


Tidak ada komentar:

Posting Komentar