Banner

FILOSOFI KOPI : CERITA DI BALIK SECANGKIR KOPI

|

Padapanik.com - Kamu percaya gak kalo karakter seseorang bisa digambarkan melalui sebuah kopi? Kalo kalian penasaran, mungkin film yang satu ini bisa menjadi salah satu suguhan wajib bulan ini. Satu lagi buku karya Dee Lestari yang kini diangkat menjadi sebuah Film. Filosofi kopi belakangan ini  menjadi trending topic di kumpulan anak-anak muda pecinta film dan kopi khususnya. Ya...bayangin aja, film ini mampu menjadikan kopi sebagai ingredient utama yang menciptakan konflik cerita yang fresh dan beda dari kebanyakan film yang pernah ada. Kopi mungkin terlihat sederhana untuk dijadikan sebuah cerita  ataupun film, tapi sebagai penulis cerita fiksi Dee Lestari selalu punya cara untuk menampilkan kisah yang terlihat simple menjadi kompleks dan memikat banyak orang. Filosofi Kopi sendiri sebenarnya merupakan salah satu cerita pendek yang terdapat pada buku Dee yang dirilis tahun 2006. Gak heran kalau Angga Dwimas Sasongko berani untuk mengadaptasi dan mengembangkan kembali cerita ini menjadi sebuah film, terbukti dengan pencapaian yang diperoleh Filosofi Kopi sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 versi majalah Tempo. Lalu bagaimana sinopsis film ini? Simak sedikit reviewnya

Filisofi Kopi merupakan sebuah cafe yang dibangun atas kerja keras dua orang sahabat pena yang telah membina hubungan selama belasan tahun yaitu Ben yang diperankan oleh Chico Jericho dan Jodi yang diperankan Rio Dewanto. Ben yang telah lama menghabiskan waktunya di berbagai negara untuk mempelajari seluk beluk kopi, memilih mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang barista di cafe milik Jodi. Kehadiran Ben sebagai barista telah melengkapi kekurangan Jodi dalam membangun usahanya, karena keahlian Ben meracik kopi menjadi perpaduan yang pas mengiringi Jodi yang lebih ahli menangani masalah keuangan maupun manajemen. Nama filosofi kopi diambil dari cara mereka mentreatment setiap pelangganya, Jodi dan Ben percaya setiap jenis kopi punya arti sehingga jenis kopi apa yang dipesan menunjukan kepribadian seseorang. Kopi tubruk misalnya menandakan seseorang yang lugu, sederahana, tapi sangat memikat kalau kita mengenalnya lebih dalam.

Hambatan dalam merintis Filosofi Kopi pun muncul tak lama setelah ayah Jodi meninggal dan menyisakan sejumlah hutang yang kini memebebaninya. Ben yang sedari kecil hidup dan besar di keluarga Jodi, harus ikut menanggung hutang yang kini melilit sahabatnya dan mengancam keberadaan Filosofi Kopi. Perdebatan dalam film muncul hampir di setiap scene Jodi dan Ben asik berdiskusi perihal usaha kopinya. Dua orang ini memang memiliki sifat yang bertolak belakang tapi saling melengkapi. Jodi misalnya yang lebih suka mengandalkan logika dalam menghadapi masalah berbanding terbalik dengan Ben  yang lebih sering melibatkan hatinya. Jodi selalu menomor satukan materi, sementara Ben selalu ingin memberikan kepuasan pelanggan dengan memberikan kualitas kopi terbaik. Ben percaya kopi yang baik akan selalu menemukan penikmatnya. Kemistri yang dibangun Chico dan Rio terbangun sangat natural dan patut diacungi jempol di film ini. Pada beberapa adegan mereka bisa menciptakan suasana lucu dan segar, tak jarang penonton juga dibuat tegang melihat kedua aktor ini bersitegang saat beradu akting. Tidak mudah membangun kemistri Jodi dan Ben yang dikisahkan memiliki hubungan sangat erat sedari kecil, tapi Chico dan Rio memberikan totalitas yang lebih dari cukup saat bermain.

Sebagai coffeshop yang terletak di ibu kota, tidak dibutuhkan waktu lama membuat keberadaan Filosofi semakin dikenal luas, mengingat kepiawaian Ben meracik kopi mampu memanjakan lidah para penikmat kopi. Setelah diliput berbagai media, nama Filosofi kopi semakin dikenal dan berhasil mengundang seorang pengusaha datang bahkan menantang Ben untuk menciptakan sajian kopi paling enak di Indonesia. Tak main-main pengusaha tersebut menawarkan satu milyar rupiah, jika Ben berhasil memenangkan taruhan tersebut. Ben yang sejak kecil terobsesi dengan kopi yakin jika dia merupakan barista nomor satu di Indonesia yang kaya akan pengalaman dan wawasan mengenai kopi, jadi membuat kopi terbaik bukan masalah besar buatnya. Ben pun meminta Jodi memberikan kurun waktu kepadanya untuk meramu kopi dan menyelesaikan tantangan tersebut. Setelah melewati berbagi percobaan, Ben memperkenalkan penemuan kopinya kepada Jodi beserta rekan satu tim kerjanya di Filosofi Kopi untuk mencicipi minuman yang konon akan menjadi kopi terbaik di Indonesia. Di tengah suasana malam yang sepi dan remang mereka pun meneguk kopi tersebut dan lahirlah sebuah sajian kopi paling sempurna ‘'Ben’s Perfecto”!!! Sahut Jodi spontan yang disambut teriakan lepas menggema ke seisi ruangan.

Kemunculan Ben’s Perfecto mampu menjadi daya tarik luar biasa cafe ini, semua pengunjung sepakat minuman ini menjadi kopi terbaik yang pernah mereka rasakan. Rona bahagia terpancar dari para pegawai, suasana menyenangkan tak hentinya menyelimuti Filosofi Kopi selama beberapa hari setelah kehadiran Ben’s Perfecto. Konflik yang sebenarnya muncul saat seorang q grader bernama El (Julie Estelle) datang berkunjung ke Filosofi Kopi untuk mencoba sajian kopi terbaik yang kini gaungnya mulai terdengar dimana-mana. El yang memiliki kredibilitas tinggi sebagai seorang q grader, berencana membuat sebuah buku tentang kopi dan melakukan riset keliling Indonesia utuk mencari kopi terbaik. Di sini lah keahlian Ben sebagai barista di pertaruhkan, tidak pernah terbayang jika Ben’s Perfecto yang selama ini dinilai telah memikat setiap orang yang mencicipinya, ternyata tidak memenuhi ekspetasi El dari kata sempurna. Kehadiran El telah merubah banyak hal dan banyak konflik baru yang jauh lebih menarik dan akan membuka wawasan penonoton lebih luas mengenai kopi.


Banyak hal menarik yang bisa menjadi satu dari sekian banyak alasan kalian menonton film anak negeri yang satu ini. Kisah tentang kopi ini mampu menyajikan sebuah cerita yang lengkap mulai dari persahabatan, drama keluarga, dan filosofi kopi itu sendiri yang paling menarik untuk ditonton. Dengan durasi sekitar dua jam penoton juga akan dimanjakan oleh visual yang bagus dengan banyak menggunakan teknik shaking yang membuat penonton lebih nyata untuk menikmati suasana yang coba digambarkan dalam film. Setiap dialog juga terdengar akrab seperti layaknya orang ngobrol tanpa menggunakan scriptChico Jericho yang tahun 2014 dinobatkan sebagai aktor terbaik FFI (Festival Film Indonesia) menjadi nilai tambah film ini yang diisi oleh jajaran pemain hebat lainnya seperti Slamet Raharjo dan Jajang C Noer. Bahkan di sebuah wawancara Dee Lestari selaku penulis bukunya mengungkapkan jika Filosofi Kopi merupakan film adaptasi terbaik dibandingkan film sebelumnya yang juga diangkat melalui bukunya.  Setuju atau engga cuma bisa dibuktiin, kalo kalian udah nonton film ini. Tapi buat para penggemar buku Filosofi Kopi, kayanya kalian gak akan bisa jadi spolier karena hampir semua cerita dalam film mengalami perubahan dari naskah aslinya. Silahkan datang ke bioskop dengan segera dan temukan diri kalian disini!

Oleh : Feari


Baca Juga : 
Insurgent : Dibalik motif Penangkapan Tris Prior                                                                 : http://bit.ly/1HbMkI4  
The Imitation Game : Menguak Kisah Alan Turning sang pencetus mesin komputer         : http://bit.ly/1D8MFFL 
Stand By Me : Bukan akhir dari doraemon                                                                           : http://bit.ly/1CSixy3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar