Banner

KEMBALI KE SEJARAH DI GEDUNG MERDEKA, VIDEO MAPPING DI TENGAH EUFORIA KAA 2015

|


padapanik.com - Ratusan orang yang sedang asik menikmati nuansa malam di Jalan Asia Afrika pada Sabtu (25/04) malam dikejutkan oleh cahaya yang memancar ke arah gedung putih bertuliskan Gedung Merdeka. Tak lama berselang, terbentuklah sebuah visual yang menggambarkan puing-puing bangunan tua berwarna coklat di dinding gedung. Didukung dengan sound effect yang dramatis, bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1895 ini seolah hidup dan membawa pengunjung yang hadir menuju mesin waktu saat pertama kali gedung merdeka dibangun. Melalui ilustrasi gambar bergerak, sebuah peristiwa sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) dikisahkan dengan cara yang menarik.

Ratusan pasang mata terpaku dan menikmati suguhan audio visual yang ditampilkan oleh tim Sembilan Matahari. Gedung yang kental akan arsitekutur Belanda ini berhasil mengundang perhatian pengunjung untuk menyaksikan film dokumenter di peringatan KAA yang ke 60 tahun di Bandung. Hampir setiap moment yang ditampilkan dalam video, berhasil menyihir pengunjung untuk bereaksi. Ketika sebuah tembang “Halo-Halo Bandung” berkumandang, secara spontan penonton serempak bersorak ikut bernyanyi. Begitupun saat tokoh Soekarno muncul, penonton yang berdecak kagum meyambutnya dengan bertepuk tangan.

Ini dia sebuah karya video mapping yang memadukan seni design dan film. Lewat karyanya, Sembilan Matahari berusaha untuk melibatkan gedung sebagai saksi sekaligus pelaku sejarah yang terjadi 60 tahun silam. Serpihan bangunan yang divisualisasikan melalui animasi pada awal pemutaran video mapping, menjadi gambaran sejarah terjadinya aksi solidaritas KAA yang dilatarbelakangi oleh faktor Perang Dunia kedua. Creative Head PT. Sembilan Matahari, Adi Panuntun mengatakan, “Sejarah pernah lahir di sini, kita pernah menjadi perhatian dunia karena berhasil membuat pemikiran yang menginspirasi. Bukan hanya bangga, kita bisa menyerap pesannya dan mengimplementasikan pada situasi-situasi sekarang cenderung nyinyir dan apatis.” Itulah alasan mengapa Sembilan Matahari memilih video mapping sebagai media mereka untuk menyampaikan pesan.




Dibutuhkan waktu dua minggu bagi Sembilan matahari untuk menuntaskan project video mapping ini. Tiga buah proyektor 16.000 lumens,  komputer dengan spek tinggi, dan software video menjadi peralatan wajib untuk mengahasilkan sebuah karya video mapping. Namun, teknologi canggih masih belum cukup, dibutuhkan Sumber Daya Manusia kreatif untuk menghasilkan video mapping yang berkualitas. Lewat karya dokumenter ini, Sembilan Matahari mencoba melibatkan anak muda kreatif untuk ikut andil dalam proses penggarapannya.

Untuk mengahasilkan video mapping yang berdurasi sekitar 15 menit ini, mereka berkolaborasi dengan penggiat animasi dan visual efect Kampung Monster. Sebelum tahap produksi, mereka juga melakukan proses riset sejarah mengenai peristiwa KAA melalui buku, internet, arsip-arsip sejarah, internet, dan survey ke Museum Asia Afrika. 

Keterlibatan Sembilan Matahari dalam peringatan KAA merupakan salah satu bentuk tanggung jawab moril yang mereka emban sebagai warga Bandung. “Kita ingin menyuguhkan sesuatu yang inovatif dan memanfaatkan konferensi asia afrika moment penemuan, tidak hanya penemuan media inovatif, tapi kita juga ingin masyarakat bisa merasakan roh yang pernah terjadi dalam sejarah asia afrika dan lebih mencintai sejarah,” katanya.

Menggunakan ruang publik sebagai sarana pemutaran video mapping bukan pertama kalinya dilakukan oleh Sembilan Matahari. Ini menjadi project kesepuluh setelah sebelumnya sempat menggelar project serupa di Gedung Sate, Museum Fatahilah, Museum Batik Pengalongan, dan tempat lainnya. Ketertarikan Sembilan Matahari terhadap bidang video mapping berawal dari interest para pelaku terhadap eksplorasi design dan film. Video mapping menjadi dua displin yang mempertemukan kedua unsur tadi. Bahkan seni arsitektur bangunan menjadi tantangan tersendiri karena setiap gedung memiliki design yang berbeda.  

Sembilan matahari sendiri terbentuk dari orang-orang yang bermodalkan atas ketertarikan yang besar terhadap dunia kreatif, bukan bermodalkan materi besar. Meskipun baru berdiri pada tahun 2007, dalam urusan karya keberadaan Sembilan Matahari patut diperhitungkan. Berbagai penghargaan internasional pernah diraihnya seperti 1st winner di Official Selection di Maping Festival Geneva 2013, Zuhi Media Art Festival Jepang 2013,  dan 1 st winner di Moscow Internasional Festival Circle of Light 2014. Adi mengungkapkan bahwa kedepannya, dia bersama Sembilan Matahari akan terus melakukan eksplorasi dalam bidang film untuk terus menghasilkan inovasi yang menginspirasi.

Oleh : Feari 
Foto : Dewe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar