Banner

KONSER ANAK SUNGAI : Penantian 5 tahun Deugalih & Folks dan Fans

|

Padapanik.com - Malam minggu yang sibuk (28/03) seperti biasa, Bandung hari itu lumayan macet dipenuhi oleh wisatawan-wisatawan lokal. Untuk beraktifitas diluar rumah hari itu terasa malas sekali. Bertepatan di hari yang sama Art Telling sebuah konser dari UTBBYS bukan pilihan yang tepat untuk dilewatkan. Beberapa kru padapanik.com juga sudah berada disana dan meliput sejak sore. Masih setengah 7 malam, akhirnya teringat dengan sebuah konser yang juga bertepatan hari itu. Deugalih & Folks sekitar sejam lagi akan mengadakan konser tunggal sekaligus launching album "Anak sungai" di Institute Francais Indonesie (IFI). Sebuah event yang sangat sulit dilewatkan. Setelah melewati jalur macet melalui angkutan umum akhirnya tiba juga di IFI bersama seorang teman yang dijadikan kontributor dadakan padapanik.com.

Bersyukur masih ada tiket di H-1 jam konser, Suasana lumayan ramai. Beberapa penonton diluar gedung masih asik bercerita sambil menunggu. Beberapa orang juga membeli merchandise berupa poster, tote bag, dan Album yang disediakan di stand depan gedung. Kami juga tergiur untuk membeli album hasil kerja keras mereka selama 5 tahun (tunggu reviewnya di padapanik.com). Tidak hanya pengunjung, Deugalih pun terlihat santai berbaur diluar gedung dan bercengkrama kepada teman-temannya, Arum Tetangga Pak Gesang terlihat ikut asik diantara kerumunan pengunjung malam itu.

Akhirnya pukul 19.40 seluruh penonton memasuki gedung IFI. Gigs kali ini terlihat rapi karena seluruh penontonnya duduk di kursi yang disediakan. Terlihat barisan depan diisi oleh keluarga dari para personil, sebagian dari mereka sudah berkeluarga. bahkan Rasus Ono salah satu personil yang juga dosen Deugalih mengucapkan permintaan maafnya kepada keluarga.

"Inilah hasil kerja keras kami selama 5 tahun, Terimakasih kepada keluarga yang sudah support dan mau mengerti, Maafkan kami kalau suka pulang malam. Hari ini juga."

Tidak ada band pembuka atau gimmick spesial sebelum masuknya personil. Semuanya sederhana dan tanpa banyak kata, Lagu "Anak Sungai" jadi pembuka malam itu. Tidak ada informasi yang jelas tentang jumlah penonton malam itu, Tapi ruangan IFI yang tidak begitu besar dan kursi-kursi yang disediakan terlihat sangat penuh. Beberapa personil bahkan terlihat grogi saat mengisi jeda antara lagu satu dan lagu lainnya. Salah satu lagu spesial "Minggu Pagi" yang diciptakan oleh Abah Donny (Gitar) untuk sang putri sulung nya yang juga hadir hari itu.

Selain di hipnotis dengan lagu-lagu Folk Alternatif ala Deugalih & Folks, Beberapa momen lucu juga tidak bisa lepas dari konser ini. Keyboardist yang berstatus Additional player ketika perkenalan setiap personil mencoba berskill ria ala Jazz, belum selesai langsung di hentikan oleh Deugalih.

"Cukup! Cukup! Jangan sombong dong, Rendah hati" lalu diikuti oleh perkenalan personil lainnya yang ketika disuruh berskill, semuanya kompak mengeluarkan satu ketukan biasa diikuti tawa penonton. Beberapa momen lucu juga seperti anak dari salah satu personil berteriak dan bertepuk tangan sendiri setiap kali drum diketuk saat sedang jeda lagu, atau saat lagu "Minggu pagi" Yogi (Konga) marah karena Yadi (Guitar & Vocal latar) salah ketika memasukan nada di intro lagu. Tidak hanya penonton, seluruh personil juga ikut tertawa terbahak-bahak. Bahkan Deugalih sampai tiduran dan menahan perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa.

"Biasanya kalau latihannya gak fokus, dilempar sama botol Air mineral, bersyukur hari ini gak ada" ujar Deugalih

Lagu "Buat Gadis Rasyid" di bawakan dengan sangat prima, benar-benar membawa perasaan emosi dari lagu masuk ke penonton, disusul oleh "Bunga Lumpur" dan lagu-lagu lainnya. "Becoming White" dinyanyikan secara solo akustik oleh Deugalih. Lagu ini berceloteh tentang kegelisahan terhadap Lotion pemutih kulit yang dianggap sangat Rasis, Hal ini diungkapkan Deugalih bahwa setiap orang memiliki keistimewaan masing-masing, Kulit putih, hitam, cokelat dan lain-lain semuanya cantik.

Lagi-lagi berasal dari kegelisahan, Kali ini dari sebuah iklan CNN yang menuliskan "90% senjata buatan israel akurat". Hal ini membuat Deugalih merasa sedih karena ketika membahas senjata, dibalik nya terdapat banyak sekali anak-anak yang mati dan kehilangan tempat tinggal. "When No One Sings This Song" dilantunkan, nuansa lagu folk balada yang sangat dirindukan banyak orang. Kali ini Deugalih tidak sendirian, ditemani Abah Donny yang bermain Harmonika.

Deugalih & Folks mungkin adalah band yang sangat produktif. Album yang telah ditunggu-tunggu selama 5 tahun berisi 10 lagu yang baru saja launching, 2 lagu baru yang tidak masuk kedalam album "Anak sungai" malam itu juga di bawakan dan langsung kembali bikin penasaran para fans untuk menunggu album selanjutnya yang pastinya akan memakan waktu yang cukup lama.


Salah satu lagu yang menarik perhatian adalah lagu yang berjudul Puraka lagu tersebut berbahasa Sanskrit, yaitu bahasa Indo-Eropa yang paling tua dan masih di kenal dan masih cukup digunakan di India. Penggalan lirik tersebut diambil dari Prasasti Karang tengah 1300 Tahun lalu. Di Indonesia sendiri, Isi dari prasasti tersebut tidak di dokumentasikan sebagai sebuah peninggalan sejarah sehingga sebelum diklaim negara lain akhirnya dijadikan sebuah lagu. "Meskipun kita tidak punya datanya, yang penting kita punya lagunya sebagai bagian dari sejarah Indonesia" Ujar Deugalih
Durasinya sangat panjang dibanding lagu lainnya. Nuansa yang dihadirkan benar-benar sangat berbeda, Meskipun bahasanya tidak dimengerti banyak orang, Tapi pesan yang coba dihadirkan dengan nuansa ala hindu india benar-benar membawa atmosfir dan pengalaman yang berbeda saat menonton. Benar-benar bikin penasaran menunggu album selanjutnya.

Akhirnya sampai sudah ke Lagu terakhir, terasa cepat sekali. "Earth" menjadi satu-satunya lagu yang belum dibawakan dari album "Anak Sungai" dan akhirnya dijadikan lagu penutup. Lagu ini kali ini bercerita tentang diskriminasi khususnya saat 1998 dimana terdapat pelecehan dan pemerkosaan terhadap etnis tionghoa di Indonesia. Untuk para fans band ini pasti merasa puas dengan konser hari itu, dimana sebuah band bertalenta yang akhirnya melengkapi band mereka dengan sebuah album perdana dan sebuah konser tunggal. Deugalih juga mengungkapkan perasaan terharunya kepada seluruh penonton

"Kalau dipikir-pikir, Ngapain sih kalian datang di acara seperti ini?" Ujar Deugalih lalu tidak henti-hentinya mereka mengucapkan ucapan terimakasih kepada orang-orang yang berjasa di balik album dan konser "Anak Sungai" yang diucapkan satu persatu dan ditulis sebelumnya.

Secara keseluruhan konser ini sangat baik, Meskipun duduk dikursi yang sudah diatur, tapi interaksi antara band dan penonton masih terjalin. Artwork yang juga menjadi sampul dari cover album juga di buat animasi sebagai background panggung. Semuanya natural tanpa ada gimmick apapun. Hanya ada band dengan setlist yang sudah diatur sebelumnya. Selanjutnya bagaimana di panggung aja nanti. Oh iya salah satu yang patut diacungi jempol adalah persiapan nya yang rapih dan Soundsystem nya yang sangat baik. Sampai di akhir lagu, hampir tidak ada masalah dengan Soundsytem. Selanjutnya, mari kita tunggu band-band ajaib dari Bandung yang sampai sekarang belum punya album, semoga bisa maksimal dan lebih baik dari para seniornya.

Oleh : Ashari
Foto : Ashari, Tondiky

Baca juga :
Art Telling : Kolaborasi UTBBYS, Seni dan Teman musisi                     : http://bit.ly/1D8zeKp
Launching Album Munthe : The Sun Has Sunset                                                                 : http://bit.ly/1F2fqKX
Record Store Day Bandung : Nonton Musik. Pameran dan Belanja Seharian                     : http://bit.ly/1DOQsx5 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar