Banner

MUSCA BANDUNG : ISU HUTAN DALAM KEMASAN FESTIVAL MUSIK

|


padapanik.com - Bulan oktober hampir berakhir, bisa di bilang bulan ini adalah bulan yang menyenangkan di kota Bandung, salah satu alasannya adalah banyak sekali event menarik bulan ini. Bahkan tim padapanik.com sendiri merasa kewalahan untuk memenuhi satu persatu event keren yang sayangya sulit untuk di lewatkan. Salah satu event bergengsi di bulan ini adalah Musca! Event yang di prakarsai oleh House the house ini berhasil menarik perhatian warga Bandung, hingga menyebabkan antrian panjang dan membludak nya massa di Babakan Siliwangi, Bandung.


Pertama kali melihat Poster yang ramai di bicarakan media, satu hal yang terlintas adalah, apakah benar sebuah festival musik dan seni dengan line up yang di penuhi nama-nama besar seperti Barasuara, Payung Teduh, Float, dan Elephant kind tidak memerlukan HTM alias gratis? beberapa mention yang masuk di akun twitter @padapanik juga menanyakan hal serupa. Bermodalkan sedikit waktu untuk register di website muscabdg.com siapapun bisa menikmati suguhan festival berkualitas dengan gratis.


Minggu, tepatnya 25 Oktober, Jalanan di Bandung sedang tidak bersahabat. Selain penuh dengan kendaraan dari luar kota, jalanan juga di penuhi euforia kemenangan Persib yang memenuhi jalanan, sulitnya menembus jalan, tim pun sampai di Babakan sliwangi pukul 16.00 dan mendapati antrian yang begitu panjang. Kabarnya antrian ini akhirnya berakhir hingga pukul 19.00 dan panitia akhirnya dengan berat hati menutup antrian yang sudah terlalu panjang, Beberapa teman bahkan antri hingga 45 menit. Event sebesar ini memang butuh tiket, bukan untuk membuat event ini terkesan mahal atau agar event ini segmented, tapi untuk membatasi massa. Mengingat Baksil tidak begitu cukup mampu menampung semuanya.

Memasuki gerbang utama, suasana dekorasi sudah sangat menarik perhatian. Tenant makanan tidak begitu banyak tapi cukup rapih. Di tambah beberapa tenant sponsor yang di atur sangat baik. ketika itu, Lizzie dan UTBBYS sedang on stage di arena adu domba yang disulap menjadi sebuah panggung musik yang menarik. Antusias penonton masih cukup sepi, mungkin karena sebagian besar masih mengantri. Sedangkan sebagian lagi memilih memadati area tenant, atau menuliskan pesan-pesan dalam sebuah wadah yang di sediakan.


Yang menarik dari Musca adalah tema yang diangkat yaitu isu hutan. Secara tidak langsung, Pesan yang ingin disampaikan adalah sebuah kepedulian tentang hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan yang jadi korban pengusaha rakus. Baksil adalah hutan tengah kota yang ada di Bandung, hutan tersebut adalah sebuah kekayaan yang tidak bernilai dan harus di jaga, agar terus menjadi penyuplai udara bersih setiap harinya. Tidak hanya itu, Hutan dan pohon di Bandung sudah seperti teman yang saling melengkapi. Musca mengemas isu ini dengan sangat epic.


Satu hal yang mengangetkan adalah tampilnya Float sebelum magrib. Banyak yang tidak menyangka, mengingat nama band (bisa di bilang) senior tersebut di letakan dengan ukuran paling besar pada poster, sebelumnya banyak yang mengira band dengan lagu "Sementara" tersebut akan tampil sebagai band penutup di puncak acara. Setelah break magrib, The Fox and The Thieves bertugas memanaskan panggung. Band rock dengan nuansa dark ini berhasil menjadi pembuka yang baik sebagai band lokal Bandung. Dilanjutkan dengan Elephant Kind band yang mulai di gemari anak muda Bandung ini juga sangat menikmati panggung nya. Meskipun jarang main di Bandung, para penonton cukup penasaran dengan nama mereka yang sedang di perbincangkan banyak media.


Meskipun butuh waktu setidaknya 15 menit untuk mempersiapkan stage, super band Barasuara tetap menjadi salah satu yang paling di tunggu pada Musca kali ini. Setelah mengeluarkan album bertajuk "Taifun" kini Iga Massardi dkk jauh lebih pede menjadi sebuah band besar dengan sejumlah fans yang siap mendukung kapanpun. Di mulai dengan lagu "Tarintih" panggung seketika panas dan penuh semangat, para penonton pun tidak bisa diam dan ikut bernyanyi. Hingga akhir lagu, yang paling sanggup menarik perhatian jelas lah adalah seorang Gerald Situmorang yang tidak bisa diam, hampir seluruh bagian panggung sudah dijamah nya. Di akhir penampilan, Gerald memberi tanda tangan kepada seseorang fans yang sudah siap menyodorkan CD dan sebuah spidol.


Konsep Musca yang unik salah satunya adalah tidak adanya MC yang identik dengan susah payah nya mereka untuk menarik perhatian ketika band sedang bersiap-siap. Hanya ada voice over yang terus mengingatkan untuk menjaga hutan dari kerusakan yang saat itu di penuhi ratusan orang.


Pecah nya Barasuara, membuat Payung Teduh terlihat sedikit tidak pede. Meskipun dengan jumlah fans yang sudah siap bernyanyi bersama. Setelah mengintip setlist memang cukup lemas karena tidak ada lagu-lagu baru yang akan di bawakan. Bahkan Is pun di pertengahan meminta maaf karena lagu-lagu yang di bawakan masih sama, dan juga album ke-3 yang tidak kunjung selesai. Untung saja, kejutan datang ketika mereka memutuskan untuk berduet dan membawakan sebuah lagu yang tidak ada dalam setlist. Sebuah sosok yang tidak asing lagi di scene musik indie Bandung, Dhea Littlelute yang ternyata sebelum menjadi vokalis, sempat menjadi LO (Liaison Officer) ketika Payung teduh manggung di Bandung beberapa tahun silam. Kini mereka memutuskan membawakan lagu "Mari bercerita" yang biasa dibawakan oleh seorang perempuan bernama Icha. Penampilan ditutup dengan "Menuju Senja" yang selalu memberikan kesan di akhir penampilan Payung teduh.

Sampai jumpa di acara selanjutnya Musca!

Oleh : Ari
Foto : Ari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar