Banner

Banner

ADVERTISE

SCENE PENUH DEJAVU DI FILM WARKOP DKI REBORN PART 1

|

www.padapanik.com - Kalau ngomongin film "Warkop Reborn" mungkin sebagian udah pada bosan. Iyalah, beberapa bulan terakhir nih film jadi pembicaraan banyak media bahkan sejak para pemain nya belum ketahuan. Beberapa minggu sebelum penayangan di bioskop, para calon penonton di buat penasaran dengan muncul nya para cast di hampir seluruh program TV bahkan vlog mereka di akun "falcon" juga selalu update dan memenuhi beranda youtube. 

Kesempatan mengadaptasi dari film-film Warkop yang melegenda ini sepertinya tidak di sia-siakan oleh Falcon. Hal ini di perkuat dengan divisi marketing dari mereka yang sudah sangat solid, pastinya bakal teringat bagaimana film "Comic 8" di manjakan dengan strategi promosi yang baik dan hasilnya yang selalu di atas 1 juta penonton. Maka pada salah satu episode serial "Socmed Today" di channel youtube padapanik, kami tidak ragu memprediksi film Warkop akan mudah menembus 1 juta penonton. 
Warkop DKI Reborn part 1 menceritakan tentang tiga orang anggota CHIPS (Cara Hebat Ikut Penanggulangan Sosial) Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Sebastian), dan Indro (Tora Sudiro) di beri tugas oleh bos (Ence Bagus) untuk menghetikan aksi begal di ibukota. Sayangnya di tengah-tengah menyelesaikan tugas, mereka bertiga malah terkena musibah dan akhirnya harus mengganti biaya ganti rugi sebesar 8 Miliar rupiah atau mereka akan masuk penjara. Ditengah keputusasaan, mereka bertiga mendapat misi baru untuk memecahkan kode rahasia untuk mendapatkan warisan yang mungkin bisa menyelamatkan nasib mereka bertiga. 
Film di mulai dengan munculnya Pakde Indro yang asli untuk membacakan beberapa berita ngawur yang sayangnya tidak berhasil, meskipun mengingatkan kita pada adegan warkop namun jokes nya membuat satu studio bioskop hening. Saya mulai mengerutkan dahi dan menurunkan ekspetasi bahwa film ini memang hanya untuk nostalgia belaka. Sejak awal saya kurang yakin kalau jokes warkop masih bisa relevan di zaman sekarang (relevan dalam artian pecah). 

Sayangnya prediksi saya salah, hanya beberapa menit setelah adegan tersebut, satu persatu akting Warkop versi 2.0 ini membuat satu studio terbahak-bahak. Ini benar-benar parah, Penonton di hajar terus-terusan dengan punchline yang nonjok meskipun beberapa jokes mampu di tebak penonton.

Saya harus memuji para penulis dan consultant comedy yang bertanggung jawab atas kelucuan ini. Benedion, Awwe dan Arie Kriting. Sebelumnya yang saya ingat dari Warkop hanyalah perpaduan antara Slapstick dan adegan vulgar. Film ini menyadarkan saya tentang beberapa hal rumus dari film warkop secara kompleks.
  1. Warkop identik dengan mengisi kekosongan frame dengan stock shoot yang menampilkan fenomena sosial di masyarakat yang tidak jarang tetap mempertahankan ritme humor di dalam film nya. Mulai dari kelakuan pengemudi motor di jakarta sampai tulisan-tulisan lucu di bagian belakang truck. 
  2. Pakde Indro pernah mengatakan kalau Warkop sebenarnya adalah Stand up comedian yang selalu membawa isu sosial politik di berbagai panggung. Sayangnya untuk generasi kayak kami belum sempat menikmati hal tersebut karena hanya tau film-film slapstick nya saja. Di film ini jelas sekali banyak isu sosial politik yang ingin di sampaikan. Meskipun sangat sulit membungkusnya dengan komedi. 
  3. Jangan lupa, Warkop juga identik dengan editing keren yang malah menghasilkan kelucuan. Di film-film terdahulu, Warkop menggunakan trik kamera yang unik dan imajinasi yang liar. Kali ini (karena kecanggihan jaman) editing juga di tambahkan dengan CGI (Computer Graphic Image) yang menambah kelucuan. Meskipun editing nya jelas sekali, tapi selalu bisa di amini saat menonton film humor. 
  4. Warkop memiliki pembagian peran yang sangat baik antara ketiga pemainnya. Indro menjadi playmaker, Kasino menjadi eksekutor dan Dono menjadi target man atau bisa juga jadi sasaran utama. Uniknya, Dono selalu memiliki hoki paling tinggi diantara semuanya. Sehingga menjadi kekayaan cerita dan humor tersendiri. 
  5. Warkop identik dengan musik juga. Beberapa lagu yang dibawakan mereka langsung bisa diingat dengan baik. Tidak jarang masyarakat mengklaim lagu yang dibawakan adalah lagu warkop (padahal beberapa adalah adaptasi bahkan cover dari lagu lain). Sayangnya di film ini Vino G. Sebastian menyanyikan "Nyanyian kode" saya rasa kurang berhasil. Memang Vino bukan seorang penyanyi, berbeda dengan Kasino yang terkenal paling jago masalah lagu.
  6. Sisanya adalah Jokes Slapstick, Warkop Angel yang sexy, dan komponen-komponen lainnya.
Dalam film ini juga terdapat jenis jokes yang menceritakan bahwa mereka benar-benar sedang syuting, saya sendiri belum tau jenis jokes apa itu tapi sudah sering di gunakan di berbagai film maupun sitkom. Jokes seperti "Namanya properti syuting pasti ringan yah", "Jangan sampai ketinggalan, biar kontini", "yah namanya adegan kejar-kejaran yang harus seru lah" atau "Ah elu, nambah-nambah durasi aja".  Entah apa istilah untuk jokes satu itu. Ada yang tahu?

Film ini kaya sekali dengan jokes stand up comedy yang di tulis dengan baik. Kalian akan menemukan pola semacam "Rules of three" atau "Callback" dalam alur cerita nya. Kalau sudah begini, saya optimis dengan masa depan film komedi di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya profesi "Consultant comedy" tadi. Dan adegan-adegan khas yang membuat dejavu dan nostalgia di jahit dengan rapi sehingga tidak terkesan maksa.

Saya benci mencari hal negatif dalam film yang saya sukai, tapi jika itu di butuhkan untuk menjadi sebuah review yang kompleks. Ada beberapa hal yang harus saya kritik misalnya penampilan Dono dengan perut yang terlalu over (film aslinya tidak sebesar itu), Akting Tora yang masih terlihat sangat tora, bahkan jokes-jokes pun saya percaya adalah khas dari Tora Sudiro itu sendiri, Alur cerita yang terlalu sederhana, bahkan pemilihan diksi 8 Miliar untuk ganti rugi menurut saya terlalu impossible untuk di percaya. Padahal hanya 1M saja, penonton akan lebih mudah related dan percaya. Saya juga menyayangkan peran Pakde Indro yang hanya berperan layaknya Adjis Gagap dalam OVJ. Sayang sekali.

Part kedua bersambung dengan cukup baik, tidak begitu nanggung karena berhenti ketika memasuki petualangan selanjutnya. Belum ada bocoran kapan tayang, Tapi penonton malah makin dihajar dengan adegan bloopers diakhir film yang sangat pecah (tidak perlu menunggu credit tittle). Goodjob lah semua yang terlibat dalam film ini, terimakasih sudah sangat menghibur. Jayalah film Indonesia.


                

Penulis :
Ashari @arhieashari, Penikmat warkop dari VCD dan TV di hari libur lebaran.

No comments:

Post a Comment