Melihat kondisi yang semakin memburuk, akhirnya
Ben dan Jody-pun kini harus membuat mimpi baru. Bermodalkan tekad dan mimpi
besar Ben sang idealis dan Jody yang sangat realistis, akhirnya memutuskan kembali ke Jakarta dan
berikrar untuk membangun kedai Filosofi Kopi kembali seperti dulu. Namun,
sayangnya langkah mereka tidak semulus itu. Masalah kembali lahir setelah
belakangan mereka tahu, jika lokasi kedai dulu rupanya kini harus mereka beli kembali
dengan harga jual tinggi. Mau tidak mau, dengan alasan kekurangan modal
tersebut akhirnya Ben & Jody memutuskan untuk mencari investor untuk bisa
diajak bekerja sama membangun kembali Filosofi Kopi.
Dalam usaha mereka, Ben & Jody akhirnya
dipertemukan dengan Tara (Luna Maya) yang hadir sebagai sosok pahlawan
sekaligus ancaman bagi ikatan persahabatan dua sejoli tersebut. Ditambah
kehadiran Brie (Nadine Alexandra) barista geek yang sedikit membuat Ben jengah karena
cara membuat kopi yang dilakukan Brie tidak sejalan dengan Ben. “Bikin kopi itu
soal rasa bukan hitungan matematika”, ujar Ben. Itulah kurang lebih sepenggal
dialog yang cukup membuat konflik dalam film semakin menarik.
Dan kalo direview secara keseluruhan film ini
sudah barang tentu layak untuk ditonton, ekspetasi saya pun terbayar dengan
alur cerita yang menarik dan penulisan naskah yang ciamik. Kalo soal
pengambilan gambar jangan ditanya, film ini syuting di 6 kota besar yaitu
Jakarta, Jogjakarta, Bali, Lampung, Makasar, dan Toraja. Jadi gak heran kalo
keindahan alam Indonesia juga diexplore dalam film ini. Dan firasat saya
tentang kehadiran karakter Tara dan Brie ternyata ada sedikit benarnya. Dua aktris ini rupanya membawa cerita drama
dalam cerita perjalanan Ben & Jody saat membangun kedai kopi. Tapi sungguh
kisah itu dituturkan dengan porsi yang pas dan gak lebay (berlebihan). Hubungan
dan konflik layaknya orang dewasa membuat film ini jadi suguhan yang recommend
buat anak-anak muda dalam menjali hubungan. Nuansa romantis dalam film
dihadirkan dengan bahasa yang baik dan banyak quotes-quotes menarik di
dalamnya.
Selain itu, sountrack dalam film ini juga
membuat film ini terasa semkin epic. Chicco Jericco selaku pemain juga
mengatakan bahwa pemilihan lagu dalam film ini cukup selektif karena setiap
lirik yang tertuang dalam lagu ditempatkan pada plot yang pas dalam film
sehingga lagu yang dimainkan menjadi narasi tersendiri bagi setiap adegan dalam
film. Hmm minusnya, mungkin film ini sedikit kurang cocok untuk anak di bawah
umur karena ada beberapa bahasa ka*sar yang mungkin terdengar biasa jika berada
di lingkungan pergaulan karena makna sebenarnya bukan ujaran kebencian .
Mengingat persahabatan Ben & Jody digambarkan sudah terjalin sejak lama,
sepertinya sang penulis naskah sengaja menempakan kata tersebut untuk
mempertegas kuatnya ikatan persahabatan mereka .
So, tunggu apalagi, buat kamu yang penasaran
sama kelanjutan kisah Ben & Jody, silakan kunjungi bioskop terdekat! Selain
memajukan film Indonesia, pembelian satu
tiket Filkop 2 ini juga membuat kamu ikut berkontribusi untuk menyumbangkan
satu benih bibit kopi bagi petani Indonesia loh. Dan khusus kamu yang
berdomisili di Jakarta dan Jogja, tiket nontonnya jangan dibuang ya! Kamu bisa
tuker sama kopi gratis loh di kedai Filosofi Kopi. Selamat menyaksikan!
Penulis :
Penulis :
Feari Krisna @fearikrisna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar