Banner

Banner

ADVERTISE

ALBUM REVIEW : ADRIAN YUNAN - SINTAS

|

www.padapanik.com - Nama Adrian Yunan Faisal sebenarnya bukan nama yang asing di scene musik lokal. Ia dikenal sebagai bassist Efek Rumah Kaca yang bisa di katakan sebagai salah satu grup indie dengan massa terbanyak saat ini. Ditengah nama besar ERK yang semakin melambung, ia memutuskan untuk vakum karena harus berjuang melawan virus yang menyerang penglihatannya. Di tengah perjuangan tersebut, ia masih berhasil menyelesaikan tugas mengisi suara bass dalam album Sinestesia. 

Selama ini, banyak yang mengira kalau lirik-lirik jenius dari ERK adalah tanggung jawab Cholil Mahmud sang vocalist sekaligus guitarist. Ternyata tidak sepenuhnya benar. Di beberapa lagu, Adrian ikut menulis lirik. Salah satunya di lagu "Keberagaman" yang menjadi salah satu fragmen lagu "Kuning". Single terbaru ERK berjudul "Merdeka" juga adalah hasil buah pikiran Adrian Yunan. 

Disalah satu Konferensi Pers, Cholil mengungkapkan bahwa selama ERK vakum, ia berharap Adrian bisa mengisi kekosongan. Menurutnya, lagu-lagu Adrian sangat banyak dan layak untuk di publikasikan. 

Sintas akhirnya dirilis. Sebuah album full perdana dari project solo Adrian Yunan. Dengan keterbatasan yang dimilikinya saat ini. Adrian meninggalkan Bass nya sementara dan bermain gitar akustik lalu bercerita dari panggung ke panggung. 

Folk Akustik adalah jalur yang diambil. Sederhana dan jujur adalah benang merah dari genre ini. Jalur ini menjadi sangat mainstream di kalangan indie akhir-akhir ini. Sebuah hal yang kontradiktif. Pria bijak dengan Gitar akustik akan datang dan bercerita dengan kesyahduhannya.

Oleh karena itu orang-orang akan men-generalisasikan album ini sebelum mendengarkan. 

Nuansa akustik dalam album ini malah tidak begitu kental seperti yang lain. Hal ini karena musiknya dikemas juga dengan nuansa Elektronik dari tangan dingin Muhammad Asranur. Ternyata hasilnya menarik. Perpaduan yang aneh tapi seru. Selain itu didukung juga dengan permainan perkusi dan bass yang apik. 

Album ini sepertinya telah melewati proses panjang dalam setiap tema yang diangkat maupun liriknya. Terdiri dari 10 lagu yang sangat spiritual. Adrian Yunan berhasil mematangkan album ini sebelum akhirnya di dengarkan secara umum. Setelah mendengarkan sebulan penuh, penulis mereview album ini dengan sangat yakin.

Mikrofon menjadi track pembuka, lalu Lari keduanya akan mempermainkan imajinasi dan gambaran visual di otak pendengar. Merdu, Syahdu, Bijaksana, dan haru. Kedua lagu ini sepertinya tidak butuh video klip. Dengarkan dengan headset, maka bayangan visual nya akan muncul.

Parti & partner adalah lagu yang sangat personal, Lagu ini di hadiahkan untuk teman nya yang saat itu menikah. Kesannya lagu ini hanya di buat untuk moment tertentu. Hanya spesial untuk mereka yang ditujukan. Bukan buat orang lain. Dan pastinya lagu ini dibuat dalam waktu singkat. Ternyata tidak sama sekali. Ini mungkin akan menjadi salah satu track favorit di album ini. Lirik dan musik dikemas sangat sesuai. Ketukannya akan mudah di tangkap oleh otak. Nuansa nya juga cocok untuk jadi backsound video pernikahan.

Terminal Laut mungkin akan jadi lagu yang cocok buat anak-anak. Tentang sahabat diujung perpisahan yang berjanji akan bertemu kembali. Liriknya adalah contoh penempatan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Di sesuaikan dengan latar laut yang di hubungkan dengan tema sebelumnya. Tidak lupa pesan moral yang tidak maksa.

Komedi Situasi dan Mainan adalah eksplorasi unpredictable di album ini. Bermain tempo yang jarang di gunakan di genre ini. Di Komedi Situasi, Adrian memainkan beat layaknya musik hip hop yang swag dibawakan oleh Elda Suryani (Stars and Rabbit) ternyata bukan eksperimen yang ngasal. Kapan lagi mendengarkan Elda bernyanyi lagu berbahasa Indonesia setelah keluar dari Evo? Apalagi dengan cara bernyanyi nya hampir seperti Rapper. Unik, dan liriknya pun magis. Kematangan penulisan lirik ke level yang lebih tinggi. Lagu Mainan memainkan tempo yang lebih cepat, Tentang rasa bersalahnya ke pada sang anak saat merusak mainan. kedua lagu ini sepertinya adalah part yang easy listening atau dikemas dengan mood yang ceria.

Setelah melewati part tadi, akhirnya masuk lah ke part yang sulit dan spritual seperti yang sudah dituliskan sebelumnya. Mimpi Seperti Hidup akan menurunkan mood pendengar jauh menjadi sendu, lemah, dan gelap. Entah kenapa, nuansa lagu nya seperti Dewa 19 di album-album awal. Mungkin cuma perasaan atau karena effect vokal yang digunakan sama. Ruang Yang sama akan datang sebagai penasehat yang menyenangkan. Kedua lagu ini adalah fase-fase perenungan yang sangat spritual. Pendengar di bawa untuk merasakan kegelapan yang dirasakan oleh penulis lirik. 

Tak ada Histeria menjadi sebuah pelipur lara. Setelah melewati perjalanan dalam album ini, salah satu track terbaik datang dengan suasana easy listening. Tak ada Histeria seperti menghibur bahwa apa yang baru saja kita lewati adalah hal yang biasa-biasa saja, anggap saja sebuah pengalaman dan terapi menuju kematangan pikiran dan iman. 

Alzheimer menjadi track penutup. Lagi-lagi menyedihkan. Tapi setelah melewati masa-masa panjang sebelumnya, Alzheimer hanya akan menjadi sesuatu yang mungkin akan datang ke pribadi yang telah siap. Lebih jauh dari itu, di lagu ini menggambarkan sikap seseorang yang mau tidak mau harus siap menghadapi takdirnya. Semua yang lahir akan kembali, Jangan takut. Sambutlah. 

"Selamat datang hari tua, bercumbulah dengan jenaka"
"Selamat datang masa lelah, dan tunggulah aku disana". 

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, Album ini adalah album folk yang harus nya dijadikan referensi bagi yang baru akan memulai menulis lagu nya sendiri. Lirik indah dan puitis tanpa makna mendalam hanya akan di dengarkan dalam waktu singkat. Album ini adalah sebuah kematangan. Penulisan lirik, Penataan Musik, hingga Penyusunan track. Album yang ditunggu dan layak. 

Review Singkat : 
  • Packaging : 7.0
  • Materi : 9.0
  • Hits : "Tak ada Histeria"
  • Rekomendasi : "Terminal Laut"
  • Musik terbaik : "Lari"
  • Lirik terbaik : "Komedi Situasi"

Penulis :
Ashari @arhieashari

No comments:

Post a Comment