Cerdik? Kosakata yang kuno sekali...
Iya, untuk semua Kampus, Sekolah atau EO sekalipun. Tidak semua dari kalian punya hasil dana usaha atau fresh money dari sponsor yang cukup untuk mengundang band-band besar yang menjadi idaman tiap panitia. Untuk menggaet 500 pengunjung misalnya, tidak perlu memaksakan untuk mengundang Maliq & D'essentials atau Sheila on 7. Kalian bisa memenuhi target, asal bisa menyusun line up dengan baik. Kenali target kalian lalu scouting & survey dengan se detail-detailnya. Tahun lalu, PR Fest mengundang Fourtwnty yang views youtube nya mencapai jutaan tapi jarang sekali ke Bandung. Kalaupun ke Bandung, paling hanya promo radio. Hasilnya! Penuh! Mereka pasti bukan band yang mahal setahun yang lalu. Apalagi di akhiri dengan OM PMR yang jadi ending super pecah. Harga kedua band tersebut saya rasa hanya setengah dari band-band idaman panitia.
Iya, untuk semua Kampus, Sekolah atau EO sekalipun. Tidak semua dari kalian punya hasil dana usaha atau fresh money dari sponsor yang cukup untuk mengundang band-band besar yang menjadi idaman tiap panitia. Untuk menggaet 500 pengunjung misalnya, tidak perlu memaksakan untuk mengundang Maliq & D'essentials atau Sheila on 7. Kalian bisa memenuhi target, asal bisa menyusun line up dengan baik. Kenali target kalian lalu scouting & survey dengan se detail-detailnya. Tahun lalu, PR Fest mengundang Fourtwnty yang views youtube nya mencapai jutaan tapi jarang sekali ke Bandung. Kalaupun ke Bandung, paling hanya promo radio. Hasilnya! Penuh! Mereka pasti bukan band yang mahal setahun yang lalu. Apalagi di akhiri dengan OM PMR yang jadi ending super pecah. Harga kedua band tersebut saya rasa hanya setengah dari band-band idaman panitia.
Tahun ini sepertinya panitia PR Festival cukup memutar otak sampai akhirnya memutuskan line up yang disuguhkan di acara kemarin. Ping Pong Club, The Fox and the thieves, dan The Schuberts menjadi 3 band utama yang tampil setelah jam 7 malam.
Ping Pong Club adalah band baru, tapi para personil nya enggak. Wajah-wajah familiar di scene musik Bandung yang kini bergabung untuk menuntaskan hasrat bermusik di genre yang berbeda di band sebelumnya. Sedangkan The Fox and The Thieves malah terkesan menampilkan musik yang lebih ceria setelah tidak lagi bersama vokalis sebelumnya. Setelah itu, The Schuberts di daulat tampil sebelum headliner. Band yang musiknya sangat "anak muda" ini tampil energik meskipun diawali dengan banyak kendala teknis.
Kalian pasti sepakat kalau tiga band tersebut (untuk saat ini) tidak mampu mengundang crowd sesuai target. Padahal acara ini gratis! Sampai performer terakhir naik keatas panggung. Diskoria Selekta x Fariz RM. Diawali dengan naik nya Duo DJ asal Jakarta dengan genre disko 80-90an yang tanpa ada opening speech sudah langsung memulai lagu pertama nya. Mereka bahkan gak ada mic sama sekali. Hanya terus menyelesaikan setlist nya.
Lagu-lagu cinta seperti Galih dan Ratna (Chrisye), Khayalan (The Groove), Malam pertama (Nia Daniaty), Dansa yo Dansa (New Rollies) hingga lagu tahun 2000an seperti Karena ku suka dirimu (RAN) di mix dengan irama disko membuat para penonton malam itu tidak berhenti bergoyang dalam waktu yang lama (Mungkin hampir 20 lagu). Musik 80-90an akan mengundang para hipster untuk hadir bergoyang sampai larut malam, mampus kau shelter!
Hingga Fariz RM ikutan naik dengan Keytar andalan nya. Sebenernya nama Fariz RM tidak begitu ngetop di kalangan anak muda, kita cuma tahu namanya, dan lagu "Sakura" nya (kemungkinan besar generasi kita taunya saat di remake Rossa). Followers instagram beliau cuma 4ribu. Berarti bukan pasarnya anak muda kan? Lalu siapa yang datang malam itu?
Pertama adalah kalangan orang tua, ada beberapa pasang suami istri yang datang ke PR Festival yang pastinya mau nonton Fariz RM. Ya iyalah, masa nonton MC. Jadinya sedikit awkward sih ketika mereka ngelihat para penonton goyang energik setengah sadar pas Diskoria main. Yang kedua adalah kalangan penikmat musik, Mereka mungkin ingin menambah experience menonton mereka yang dipastikan sebelumnya belum pernah menonton Fariz RM. Datang untuk menyaksikan idola orang tua mereka dulu. Yang ketiga adalah para Hipster, Mereka yang merasa senang berbeda dari yang lain, atau karena pakaian hippies mereka sudah lama tak terpakai jadi ini momentum yang tepat atau para kolektor vinyl pemula yang mulai mendewakan musik indonesia 80an. Atau bisa juga ini jadi momen yang artsy bagi mereka yang merasa berjiwa seni banget. Dan yang terakhir adalah pengunjung yang gak ada kerjaan aja. Mumpung acara gratis, dateng aja yah kan? Namanya juga Mahasiswa~
Harusnya setiap panitia festival men-challenge dirinya untuk menemukan solusi line up yang mutakhir, udah kayak pelatih bola aja sih. Tapi namanya acara musik akan gitu-gitu aja. Tema acara cuma sampai sore hari, sisanya hanya band utama yang tampil bergantian. Jadi, harus totalitas nemuin formula Line up yang bakal di suguhin meskipun dengan budget seminimal mungkin. Kalau sponsor kalian banyak dan line up nya band-band mahal sih, gak perlu media partner juga acara kalian pasti rame.
Penulis & Foto :
Kalian pasti sepakat kalau tiga band tersebut (untuk saat ini) tidak mampu mengundang crowd sesuai target. Padahal acara ini gratis! Sampai performer terakhir naik keatas panggung. Diskoria Selekta x Fariz RM. Diawali dengan naik nya Duo DJ asal Jakarta dengan genre disko 80-90an yang tanpa ada opening speech sudah langsung memulai lagu pertama nya. Mereka bahkan gak ada mic sama sekali. Hanya terus menyelesaikan setlist nya.
Lagu-lagu cinta seperti Galih dan Ratna (Chrisye), Khayalan (The Groove), Malam pertama (Nia Daniaty), Dansa yo Dansa (New Rollies) hingga lagu tahun 2000an seperti Karena ku suka dirimu (RAN) di mix dengan irama disko membuat para penonton malam itu tidak berhenti bergoyang dalam waktu yang lama (Mungkin hampir 20 lagu). Musik 80-90an akan mengundang para hipster untuk hadir bergoyang sampai larut malam, mampus kau shelter!
Hingga Fariz RM ikutan naik dengan Keytar andalan nya. Sebenernya nama Fariz RM tidak begitu ngetop di kalangan anak muda, kita cuma tahu namanya, dan lagu "Sakura" nya (kemungkinan besar generasi kita taunya saat di remake Rossa). Followers instagram beliau cuma 4ribu. Berarti bukan pasarnya anak muda kan? Lalu siapa yang datang malam itu?
Harusnya setiap panitia festival men-challenge dirinya untuk menemukan solusi line up yang mutakhir, udah kayak pelatih bola aja sih. Tapi namanya acara musik akan gitu-gitu aja. Tema acara cuma sampai sore hari, sisanya hanya band utama yang tampil bergantian. Jadi, harus totalitas nemuin formula Line up yang bakal di suguhin meskipun dengan budget seminimal mungkin. Kalau sponsor kalian banyak dan line up nya band-band mahal sih, gak perlu media partner juga acara kalian pasti rame.
Penulis & Foto :
Ashari @arhieashari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar