Banner

Story of Kale (2020) : Toxic Relationship dengan dialog yang kompleks.

|


padapanik.com - Buat kalian yang sudah menonton film "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini" (2020) pasti cukup terkesan dengan penampilan Ardhito Pramono di film debut nya sebagai Kale, seorang manager band yang sangat menarik perhatian dengan segala persona dan pembawaannya yang menyenangkan. By the Way, Kenapa Kale di film itu menolak untuk berhubungan serius dengan Awan? Ah Fakboi aja itu mah. Eh atau ada sosok wanita sebelum Awan yang menbuat Kale masih trauma untuk menjalani hubungan serius? 

Sudah lama tidak mengulas film, kali ini padapanik mau mengulas film terbaru dari Angga Dwimas Sasongko. Sebuah Spin off atau Prequel dari NKCTHI universe yaitu "Story of Kale". Kenapa disebut NKCTHI unverse? Karena sudah dikonfirmasi akan ada NKCTHI 2 dan "Story of Dinda" di tahun depan. Kira-kira sejauh mana IP NKCTHI ini berhasil untuk terus dikulik? 

Sebelumnya Padapanik mau ngajak kalian juga ini untuk ikut terlibat dalam mengulas film "Story of Kale" ini di website terbaru padapanik yaitu ulas.id . Caranya gampang tinggal daftar, bikin username kamu, lalu pilih film yang ingin kamu ulas di halaman utama atau di kolom search. Tentuin rating nya lalu ceritain ulasan kamu setelah menonton film ini. Terimakasih sudah #bantufilmindonesia

Sebelum menjadi manager band Arah, Kale (Ardhito Pramono) adalah seorang additional player as keyboardist di band tersebut. Saat itu, Posisi Manager di band Arah adalah Dinda (Aurelie). Dibalik sosoknya yang penyayang dan perhatian dengan band nya, sosok Dinda ternyata memiliki masalah hidupnya sendiri dimana ia terjebak dalam Toxic Relationship dengan pacar nya, Argo (Arya Saloka) dimana karakter Argo ini cenderung kasar dan mendominasi hubungan keduanya. Kale yang merasa hal tersebut tidak benar, berusaha menyelamatkan Dinda dan akhirnya terjebak dalam sebuah hubungan baru yang diharapkan akan lebih sehat dan menjadi jalan keluar untuk Dinda.

Film ini adalah film baru, dalam artian syuting beberapa bulan terakhir sebelum film ini dirilis dengan standard protokol covid-19, dengan waktu yang terbatas, dan budget yang mungkin jauh lebih kecil dari NKCTHI sepertinya. Apalagi proyeksi film nya hanya untuk ditayangkan di sebuah website bukan untuk bioskop. Pastinya sudah ada perhitungan yang tepat untuk produksi nya.

Hal ini membuat Angga Dwimas Sasongko cukup cerdik mengakali film ini dengan hanya ada dua pemain yang intens di banyak scene, memaksimalkan lokasi-lokasi yang tidak terlalu sulit dan berulang, serta benang merah cerita yang sederhana. Tentunya tetap maksimal dengan sinematografi dan divisi art nya yang prima.  

Tapi sebagai orang yang tertarik dengan penulisan film, Takjub dengan pemilihan tema nya yang relate, unik dan pengembangan cerita nya yang bisa jadi satu kesatuan dialog yang Panjang. Skrip dan Cerita dari Story of Kale sangat menarik jika dibedah untuk belajar penulisan film. Script Dialog nya sendiri ditulis oleh Irfan Ramli. 

Jika NKCTHI mengambil tema besar “Masalah internal di keluarga”, Story of Kale mengambil garis besar “Toxic Relationship”. Dua-duanya masih soal trauma di masa lalu. Kalau di NKCTHI kita dibuat penasaran dengan karakter Kale, di film ini, karakter Dinda emang bikin greget dan penuh teka-teki.

Seperti yang penulis bilang tadi, kalau saja film ini sangat minimalis dengan tema dan alur cerita yang dinamis karena maju mundur nya itu. Yang disayangkan adalah 65% dari film ini adalah perdebatan Kale dan Dinda yang rumit dan Panjang. Setelah beberakali scene nya kembali kesitu, penulis pribadi merasa cukup bosen. Ditambah lagi, Akting keduanya yang cukup bisa dimaklumi karena bukan aktor senior. Jika di bandingkan dengan scene di film lain misalnya Dion Wiyoko dan Ardinia Wirasti saat di Cek Toko Sebelah mungkin emosinya jauh. Perbedaan jam terbang juga kali yah.

Ardito sangat cocok dengan peran seperti Kale, dengan cara bicara dan gaya Bahasa sehari-hari, apalagi memerankan anak band yang pastinya dia banget.  Sedangkan Aurelie, mungkin ini film yang paling menguji kemampuan acting nya dari sekian banyak film yang diperanin nya. Selain scene emosional kedua nya di rumah kontrakan, acting mereka cukup baik. Scene di kamar hotel misalnya.

Yang penulis tangkap dari film ini adalah kehadiran Kale dalam hidup Dinda yang seolah ingin menjadi pahlawan dan merasa bisa lebih baik ternyata tidak sesuai kenyataan. Bahkan Kale bisa saja dirasa lebih brengsek dari Argo, atau Cara Kale yang berlebihan kepada pasangan nya itu ngebosenin. Intinya balik lagi ke teka teki kepala Dinda atas segala keputusannya yang juga balik lagi pada kenyataan bahwa menebak kepala perempuan itu susah.

Padapanik ngasih 7.5/10 untuk film ini. Minimalis dengan garis besar cerita yang fresh, simple tapi pengembangan cerita dan dialognya dibuat kompleks. Bagi penulis pribadi yang kurang hanyalah pada durasi nya yang terlalu panjang dengan scene-scene yang sama terus mendominasi. Jadi rasanya cukup flat. Kita bahkan gak dikasih kesempatan untuk menikmati manisnya hubungan Kale dan Dinda karena sejak awal mereka udah adu argument sambil teriak-teriak. 

Penulis : 
Ashari @arhieashari


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar