Banner

Jalan Satu Arah di New York, Kisah yang biasa saja - Ali & Ratu Ratu Queens (2021)

|

padapanik.com - film baru Indonesia lagi yang tayang di Netflix. Untung saja tayang di OTT satu ini, kalau enggak, mungkin saya gak nonton film ini. Soalnya, sampai hari ini masih aja belum kembali ke bioskop. Dari yang tadi nya parno sampai sekarang lebih ke udah males. Mungkin nanti aja deh pas ada film super keren yang gak bisa ditolak, saya akan melepas selimut mager ini dan kembali ke bioskop. 

Ali & Ratu ratu Queens adalah salah satu film yang menarik saat melihat trailer nya. Meskipun premis ceritanya tidak begitu menarik, tapi sepertinya cukup ringan dan seru untuk ditonton dirumah. Ditambah lagi, komposisi Cast nya sangat menarik. Iqbal Ramadhan, Marissa Anita, dan Ibnu Jamil adalah komposisi keluarga yang menarik. Selain itu ada komposisi geng Ratu Queens yang gak kalah gokil. Tika Pangabean, Asri Welas, Nirina Zubir dan Happy Salma. Baru liat trailer nya saja, saya sudah bisa membayangkan keseruan geng satu ini. 

Ali (Iqbal Ramadhan) sejak kecil ditinggal oleh Ibu nya (Marissa Anita) ke Amerika untuk mengejar cita-cita nya yang tertunda sebagai seorang penyanyi. Sayangnya, sang ayah (Ibnu Jamil) tidak pernah setuju dengan rencana itu, dan lebih memilih membesarkan Ali sendirian. Hingga akhirnya, Ayah Ali meninggal. Ali dewasa akhirnya memutuskan untuk pergi ke New York sendirian, mencari ibu nya. Ali beruntung, di perjalanan nya yang buta arah itu, ia bertemu Party (Nirina Zubir) dan geng nya. Ali yang harusnya bisa saja menjadi gembel di Amerika malah tinggal bersama geng Queens yang seru sembari tetap berjuang mencari ibunya. 

Film ini banyak menggunakan pengambilan gambar yang unik, seperti handheld jadi kesannya raw gitu. Sayangnya konsep tersebut pada akhirnya tidak mendukung berbagai suasana dalam filmnya. Dalam beberapa scene yang seharusnya emosional malah terkesan hambar. Divisi Music Scoring juga harusnya bertanggungjawab penuh akan hal ini. Sayang sekali kesan emosional nya tidak tersampaikan dengan baik. 

Beberapa dialog pun cukup aneh, mungkin bukan cuma dialog, tapi penyampaiannya. Saat Mia (Marissa Anita) menangis dan berbicara kepada anaknya Ali. Rasanya aneh. Iya itu yang saya rasakan saat mencoba menonton scene ini dan saya ulang 2x. Lebih aneh lagi kalau tau penulisnya script nya adalah Gina S. Noer yang juga menulis untuk "Dua Garis Biru" (2019) dan "Keluarga Cemara" (2019). 

Sama rasanya seperti menonton film "The Guys" (2017), Pertemanan atau Kebersamaan yang coba di highlight di akhir masih kurang kena. Masalahnya sama, yaitu kurang banyak scene yang menjelaskan tentang kedekatan Ali dan Geng Queens nya. Karakter yang diciptakan juga sebenarnya biasa saja kecuali karakter yang diperankan Happy Salma dan Nirina Zubir. Dalam dialog kelima nya juga sangat minim komedi yang membuat kedekatannya lagi-lagi biasa saja. Scene favorit saya adalah ketika Ali dan tante Ance (Tika Panggabean) curhat sambil maskeran. Mungkin ini scene yang paling menggambarkan kedekatan Ali dengan geng queens. 

Yang paling berhasil dari building character dari film ini hanya Mia, Mama dari Ali. Ketika menonton saya merasakan gundahnya hati seorang ibu yang merasa bersalah namun tidak bisa berbuat apa-apa. Scene saat ia di foto oleh Ali, ekspresi nya sangat bagus. Canggung tapi tetap dengan tatapan kasih sayang mencoba mengikuti apa yang anaknya inginkan, keren banget. Oh iya, saya lupa menghighlight Eva (Aurora Ribero), scene lain yang menurut saya pesannya nyampe adalah ketika Ali datang menemui Eva diakhir film. Penonton diingatkan kalau Ali tidak tau harus kemana lagi kecuali Eva, baru deh kita bisa merasakan rasanya menjadi Ali. Jauh lebih tepat daripada scene beradu mulut dengan ibunya.


Penulis :

Ashari @arhieashari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar