Banner

Banner

ADVERTISE

ART TELLING : Kolaborasi UTBBYS, Seni, dan Teman Musisi

|

www.Padapanik.com - Sabtu (28/03) merupakan hari sakral bagi Under The Big Bright Yellow Sun atau yang dikenal dengan UTBBYS. Disebut hari sakral bukan karena tanpa alasan, melainkan hari tersebut merupakan hari dimana konser mereka digelar yang bertajuk “Art Telling”. Art Telling secara harfiah di artikan “Seni berbicara”. Konser ini juga melibatkan banyak pihak dari berbagai kalangan pelaku seni. Konser Art Telling ini digelar di Maja House, Bandung dan open gate pada pukul 13.00 WIB.

Saat pertama masuk, penonton langsung disuguhkan dengan berbagai macam art work dan pameran seni lainnya sebagai pelengkap konser ini. Dari mulai pameran artwork dari para fansnya UTBBYS hingga artwork lainnya dari Kultse, Storn System dan Gnomic berjajar memenuhi tiap sudut area sekitar venue.

Perform dimulai pukul 16.00 sore. Di stage depan ada penampilan dari Bondan. Bondan memiliki keunikan dalam performnya, yaitu memainkan instrument musiknya memakai gitar namun tidak seperti orang lain biasa memakainya, melainkan dengan menidurkan gitarnya. Selain itu di stage dalam sedang diadakan workshop stop motion. Disini para pengunjung diajarkan untuk membuat video stop motion secara singkat dan mudah dalam waktu yang telah ditentukan.


Semakin malam penonton pun semakin memadati venue. Walaupun hujan besar sedang melanda hampir di seluruh wilayah Bandung. Pada pukul 19.00 malam giliran Dalton yang menghibur para pengunjung di stage depan selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu puncak acara dimulai dengan penampilan dari Munthe sebagai opening konser Art Telling ini. Dengan membawakan singlenya sepertiPure,Uglydan masih banyak lainnya, Munthe sukses menghibur dan mengajak penonton bernyanyi bersama selama setengah jam. Akhirnya yang ditunggu-tunggu para pengunjung pun dimulai, satu persatu personil UTBBYS naik ke panggung. Band yang digawangi oleh Komeng (treble guitar bow & noisy sounds), Ranyay (low guitar & experimental bell), Eza (middle guitar & harmony sounds), Didi (Bass) dan Uwee (Drum) mengawali konsernya dengan laguBreath Symphony. Penonton yang berada di bagian depan pun memilih untuk duduk agar penonton yang dibelakang dapat menikmati juga konser Art Telling ini. 


Setelah beberapa lagu dibawakan sepertiA Life In a Day,Fur ElizabethdanGood Morning Sunshinedengan alunan post rock instrumental dengan ambient sound dan experimentall bell sebagai nafas dan ciri khasnya yang sukses menghipnotis seluruh penonton, lagu selanjutnya mereka memberi kejutan dengan menambahkan alat glockenspiel yang di gawangi oleh Nobie “Bottlesmoker” untuk mengiringi laguSong Before. Belum berhenti disitu, UTBBYS memberikan kejutan lagi dengan mengajak Tomo “Polyester Embassy” untuk bermain bersama diatas panggung dalam laguIronic. Pembawaannya yang energik sanggup membawa emosi seluruh penonton menjadi terpacu mengiringi alunan lagu yang dibawakan.Did You Remember,Wasting Time,Circus,Robotic,In Hope I DiedanTime Is Nearpun turut dibawakan untuk menghibur para penonton yang hadir pada malam itu. Dan pada laguPrahara, UTBBYS kembali mengajak seorang musisi untuk featuring bersama dalam konser Art Telling. Seorang musisi tersebut yaitu Koi yang merupakan teman dekat dari personil UTBBYS. Kolaborasi ini pun lagi-lagi memacu adrenalin para penonton karena dentuman suara drum yang dibawakan oleh Koi berirama cepat dan keras. Tak terasa 85 menit berlalu, yang menandakan lagu terakhir dari UTBBYS pada gelaran konser Art Telling kali ini. Threshold pun dipilih menjadi lagu pamungkas dan sukses membuat konser Art Telling berakhir klimaks. Penonton pun memberi applause tiada henti dan terlihat kagum serta puas karena telah menjadi saksi dari konser Art Telling Under The Big Bright Yellow Sun!

Oleh  : Dewe
Foto   : Dewe

FIND BRILLIANT IDEAS : PROSES IDE DIBALIK SEBUAH PROGRAM RADIO

|

www.Padapanik.com – Dunia broadcasting khususnya Radio sampai saat ini masih cukup diminati di berbagai kalangan. Meskipun perkembangan Teknologi Alternatif hiburan semakin marak berkembang. Kehadiran Compact Disc (CD) dan Mp3 juga mengalihkan orang-orang untuk mendengarkan musik dengan cara yang lebih mudah, tidak hanya lewat Radio. Hal ini salah satu penyebab Radio saat ini umumnya hanya di dengarkan saat berada di perjalanan, atau saat tengah malam.

Inovasi Program Radio yang semakin hari semakin berkembang menjadi alasan kenapa Radio masih bertahan dan semakin marak hari ini. Tentunya sebuah Program Radio yang unik dan Ratting yang tinggi tentu tidak lepas dari proses nya yang panjang. Menemukan Ide yang menarik, Penulisan Skrip, Penyempurnaan konsep, Pemilihan Announcer yang tepat, survey pendengar dll. Prosesnya mungkin sudah hampir sama dengan proses di balik program TV. Salah satu program Radio yang sedang menarik perhatian salah satunya adalah Nightmare Side. Program dari Ardan Radio ini memang program yang unik karena bergenre horor dan memainkan Theater of Mind dari pendengarnya.   


Dan isu Inilah yang coba di angkat oleh Keluarga Mahasiswa Manajemen Komunikasi (KMMK) Unisba yang setiap tahunnya membuat Seminar Akademik. Tema yang diangkat tahun ini adalah Find Brilliant Ideas : Make your Radio Programme yang menghadirkan tamu dari ARDAN Radio yaitu Gebyar AG seorang Commercial Supervisor sekaligus Produser program Nightmare Side dan Dimas Tri Aditio seorang Announcer program Nightmare Side.


Selasa (24/03) pukul 07.30 pagi, Seminar ini menampilkan Mahasiswa Manajamen Komunikasi Unisba yang berprofesi di dunia Radio. Luthfi Faza (Announcer Paramuda) dan Rama (Announcer OZ). Tidak hanya itu, Moderator yang hadir juga tidak lain masih Mahasiswa Mankom Unisba yang punya pengalaman bekerja di Dunia Radio antara lain Belinda Dwi Lestari (Produser Prambors Bandung), dan Iksan Hermana (Announcer Paramuda). Meskipun masih di bangku kuliah, Tapi pengalaman mereka berempat sudah cukup banyak untuk sharing hari itu. Ini juga menjadi motivasi bagi peserta Seminar yang notabenenya adalah Mahasiswa untuk tidak menjadikan alasan padatnya Jadwal kuliah untuk mencari berkreasi dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.


Setelah sharing dari Mahasiswa, Giliran Gebyar AG yang sharing tentang pengalamannya di dunia Radio khususnya dalam membuat sebuah program Radio. Bagi Gebyar sendiri, Ide kreatif dimulai dari rasa penasaran terhadap sesuatu. Ia mengambil contoh dimana seorang anak ketika diberikan mainan, Rasa penasaran untuk mengotak-atik hingga mainannya rusak hingga puas mempelajari objek yang sedang dimainkannya itu. Selain itu, Kreatif berasal dari pengamatan-pengamatan terhadap sesuatu yang aneh.

Ide kreatif dalam bentuk apapun juga harus di sebarluaskan agar dapat dinikmati khalayak luas. Oleh karena itu, Gebyar menambahkan bahwa Ide kreatif butuh promosi. Salah satu cara terbaik adalah dengan meminta jasa Artis untuk sebuah iklan promosi. Artis dengan massa yang banyak sangat mempengaruhi eksistensi program yang sedang berjalan.



Setelah Gebyar, giliran Dimas Tri Aditio yang akan sharing, Sebelumnya pria yang akrab disapa Dimasta ini membuat suasana Aula Universitas Islam Bandung menjadi horor dengan cerita-cerita misteri yang dibawakan. Melihat penonton yang sudah fokus dan antusias, Dimasta mencoba untuk sharing tentang Pengalaman-pengalaman horornya sehari-hari. Sebagian hanya mitos, namun ada juga fakta-fakta yang coba disembunyikan sehingga dianggap horor oleh masyarakat. Selanjutnya Dimasta juga sharing tentang Basic Announcer dan Cara bikin topik siaran. Tidak hanya teori, Dimasta juga mengajak 3 orang peserta Seminar untuk mengikuti “Simulasi Siaran Dadakan” yang khusus diadakan hari itu. Suasana pun cair, Para peserta seminar terhibur dengan adanya simulasi siaran tersebut. Karena para peserta yang ikut terbata-bata dan sangat tegang ketika di ajarkan Simulasi dadakan. KMMK juga berharap seminar akademik yang diadakan setiap tahun ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi para peserta Seminar khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi.

Oleh : Ashari 
Foto : Aggi

PASIFIC 2 Third Event : Arena Musik Berkualitas.

|

www.Padapanik.com - Setelah melewati serangkaian event pada beberapa waktu lalu, akhirnya acara puncak PASIFIC 2 digelar. Mengusung tema "The Soul Of Nature", Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Padjajaran (Unpad) ini menyuarakan kepeduliannya terhadap lingkungan melalui pertunjukkan musik pada Sabtu (21/03). Tak hanya itu, mereka juga memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup serta mengajak masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam melestarikan lingkungan. Hal itu sejalan dengan event yang telah terselenggara sebelumnya, pada second event Pasific 2 yang diberi tagline "Senyumkan Bandung". Mahasiswa FEB ini melangsungkan serangkain kegiatan positif yang seperti flashmob di Car Free Day Dago Bandung untuk mengajak pengunjung ikut menanam bibit pohon di Taman Hutan Raya. Kemudian gerakan pungut sampah dengan berjalan kaki dari Car Free Day Dago ke Tahura, dan penanaman bibit pohon di Tahura. Salut nih  buat anak muda Bandung yang terlibat dalam event ini, dengan gerakan penghijauan yang dilakukan hari ini kita bisa menjaga suasana Bandung yang sejuk untuk anak cucu kita nanti, save Bandung tetap hijau ya.


Pada ajang musik tahun kedua Pasific menghadirkan 4 band keren yang gaungnya sudah terdengar dimana-mana seperti Mocca, Maliq & D’Essentials, Sheila On 7, dan band legendaris Dewa 19 featuring Ari Lasso. Sebagai band pembuka, Mocca berhasil membawa suasana santai di area auditorium Sasana Budaya Ganesha. Suasana sehabis hujan di Bandung membuat suasana konser belum terlalu diramaikan banyak orang, beberapa pengunjung terlihat lebih leluasa untuk mencari sudut paling nyaman untuk mendengar lantunan musik yang dimainkan oleh Arina dan kawan-kawan. Lagu Mocca yang beraliran swing jazz ini sepertinya jadi soundtrack yang pas banget buat para pengunjung yang datang dengan pasangan. Mocca memeperkenalkan  beberapa lagu dari album terbarunya yaitu Stars In Your Eyes dan Changing Fate yang terdapat pada album “Home” yang rilis pada akhir 2014 kemarin. Sambutan hangat pengunjung terasa ketika tembang populer seperti Secret admirer, I Remember, My Only One dan Do What You Wanna Do, mulai di lantunkan. Menggunakan baju hitam bermotif Bunga Arina suskes membuat suasana konser menjadi lebih hidup bersamaan dengan senandung para pengunjung yang ikut bernyanyi. Sebelum menutup aksinya, Toma Pratama yang merupakan bassist band Mocca spontan membawakan sepenggal lagu "Dan" yang merupakan salah satu hits Sheila On 7 yang kemudian disambut tawa dan tepuk tangan dari penonton.

Selepas maghrib, pengunjung dihibur oleh band asal Jakarta Maliq and d’essentials yang digawangi oleh Angga, Indah, Lale, Jawa, Widi, Rejoz dan Ilman. Kehadiran mereka di panggung disambut odengan teriakan penonton yang sebagian besar dilantangkan oleh kaum hawa. Penampilan Maliq yang dipadukan dengan aksi koreografi yang khas, selalu menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung, tak heran jika band yang satu ini menjadi salah satu pengisi acara favorit pada beberapa event konser di Bandung. Pada penampilannya kali ini penonton dipuaskan dengan tata panggung yang megah dengan munculnya kobaran api di sela-sela penampilan Maliq menghibur. Sabuga yang mulai dipenuhi pengunjung, membuat arena panggung mulai dikerumuni penonton yang ingin menikmati aksi Maliq dari dekat. 

Membawakan lagu "kangen", "terdiam", "drama romantika", "untitled", "himalaya", "dia" dan sejumlah hits lainnya, penonton dibuat jingkrak-jingkrakan dan melupakan sejenak dinginnya suhu Kota Bandung hari itu. Suasana Pasific mulai memanas, beberapa penonton terlihat mulai mengeluarkan keringat ketika tengah bernyanyi, mungkin ini yang dinamakan keringet bahagia.

Sekitar pukul delapan, band yang menjadi ikon anak muda generasi 90’an Sheila On 7, sukses mengguncang panggung dengan lagu pembuka Sahabat Sejati. Dengan mengenakan kemeja dan kacamata hitam, mata penonton tertuju pada Duta sang vokalis yang bernyanyi dengan sangat energik. Beberapa pengunjung terlihat mulai mengeluarkan gadget dan berburu untuk mengabadikan moment Sheila On 7 saat dipanggung. Hampir semua hits yang dibawakan band yang satu ini akrab di telinga penonton, meskipun banyak remaja yang hidup di era 2000’an tapi ternyata seisi Sabuga terdengar kompak mendendangkan lagu Dan yang terdapat pada album pertama tahun 1999. Perlu diakui memang lagu mereka gak pernah habis termakan jaman, banyak penyanyi bersuara emas yang mungkin suranya lebih bagus dari Duta, tapi ajaibnya lagu Sheila On 7 selalu terdengar lebih asik kalo dibawain oleh versi aslinya. Dari tahun ke tahun, lagu mereka gak pernah bosan untuk didengar, lagunya jauh dari kata kuno, sehingga tak heran hits mereka yang dulu tetep dikenang dari satu generasi ke generasi lain. Saluuuuut!!! Malam itu Sheila On 7 sukses membuat suasana pecah dengan lagu "Itu Aku", "Yang Terlewatkan", "Seberapa Pantas",  dan "Lapang Dada". Penampilan mereka ditutup dengan lagu "Melompat Lebih Tinggi" yang sempet sukses menjadi soundtrack film 30 Hari mencari Cinta.



Ini dia line up artis terakhir yang jadi pamungkas acara Pasific tahun ini, Yeaaah.... finally, semua penonton berteriak memanggil band yang sudah 20 tahun lebih tidak manggung di Bandung. Dewa 19 featuring Ari Lasso memang menjadi guest star utama yang pantas menjadi penyedot pengunjung untuk hadir di Sabuga. Sesaat lampu panggung mati, kemudian Andra Ramadhan terlihat naik ke atas panggung dengan gitarnya di susul oleh Ahmad Dhani yang datang dan mulai melantunkan lagu "Pangeran Cinta" sebagai pembuka. Tak lama berselang di tengah lagu, Ari Lasso pun naik dan inilah reuni Dewa 19 yang ditunggu para Baladewa Bandung sejak lama. Inilah yang menjadi pembeda Pasific tahun ini dengan gigs musik serupa. Dewa 19 berhasil menarik penonton usia dewasa dalam jumlah besar yang biasanya enggan untuk datang ke konser musik, acara ini menjadi konser yang dinikmati oleh kalangan muda hingga dewasa, bahkan tak sedikit yang pengunjung yang turut serta membawa anak dan keluarga hanya untuk menonton band legendaris ini. Suasana Sabuga menjadi sebuah ruang karoke yang sesak, semua pengunjung terlihat asik ketika Ari Lasso menyodorkan micnya ke arah penonton, beberapa lagu yang menjadi andalan pada malam itu diantaranya "Separuh Nafas", "Roman Picisan", "Pupus", "Cintakan Membawamu", dan "Kangen". Bahkan beberapa penonton yang duduk di bangku VVIP terlihat beranjak berdiri dan bernanyi tanpa canggung menikmati setiap lagu. Suasana rock dan mellow berhasil disuguhkan dengan indah oleh guest star utama pada malam ini. Sebagai penutup, lagu "Kamulah Satu-satunya" berhasil membuat penonton rela menguras habis energinya untuk bernyanyi, beberapa orang bahkan kehabisan suara karena terlarut dalam suasana konser yang ramai. Sebelum turun panggung, para personil Dewa 19 pun saling merangkul dan mengucapkan terimakasih kepada pengunjung yang datang. Selesai tepat waktu sekitar pukul sebelas, acara ini membuat saya merasa puas bisa menjadi bagian suksesnya acara Pasific 2 tahun ini. 4 buah band lintas generasi dan genre sukses memberikan penampilan yang memorable, melihat antusias penonton yang luar biasa saat bernyanyi kadang membuat suasana konser mendadak merinding. Sukses untuk panitia Pasific 2 tahun ini, buat kalian yang gak sempet datang ke acara ini mungkin kalian harus bersabar untuk menjadi bagian di acara Pasific 3 tahun depan.

Oleh : Feari
Foto : Aldira

Saturday Sound Vol.6 : Panggung Indie untuk band kampus

|

www.Padapanik.com - Selain kota kembang, Bandung sepertinya sudah layak di nobatkan sebagai Kota musik. Hampir setiap harinya bermunculan band-band baru yang berpotensi. Hal inilah yang membuat para band harus berjuang untuk mendapatkan panggung untuk tetap eksis dan menuruti hasrat mereka untuk beraksi diatas panggung. Salah satu tempat lahirnya band-band besar adalah di Kampus. Tempat dimana mereka saling bertemu setiap harinya, membahas musik yang sama dan akhirnya menjadi alternatif di tengah kejenuhan mereka selama kuliah membuat banyak sekali band-band kampus yang tidak sedikit menjadi band besar.


Sudah bulan ke-6 acara bertajuk Saturday Sound yang dilaksanakan oleh BEM FEB UNISBA ini menjadi panggung yang ditunggu-tunggu untuk para musisi kampus. Berawal dari mewadahi band-band kampus, Acara ini mendapat apresiasi yang baik dari mahasiswa yang selalu butuh hiburan gratis di kampus. Hingga Sabtu (14/03) di bulan maret kembali hadir sebagai acara ke 6 Saturday Sound. Sebelumnya, meskipun targetnya setiap bulan. Acara ini tidak berjalan setiap bulan oleh karena itu sangat ditunggu oleh mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas yang melaksanakan.


Saturday Sound vol.6 ini menghadirkan sekitar 16 band yang bakal perform sejak pukul 16.00 hingga 23.00 malam. Stage kecil, Venue yang juga kecil, beberapa hiasan dekorasi dan stand-stand makanan yang bikin laper cukuplah membuat pengunjung yang datang untuk menikmati band-band ajaib dari kampus. Sempat ngaret akhirnya North West menjadi pembuka, meskipun terbilang baru. Band ini sudah memiliki sejumlah lagu yang sangat enak didengarkan meskipun musik berisik disusul oleh Ruam. 



Siapa sangka di tengah jeda band satu dan band lainnya, Dua orang dosen ikut naik keatas panggung untuk perform. Dibantu oleh beberapa panitia untuk melengkapi format band, Seorang dosen yang ternyata juga adalah wakil dekan tersebut mengisi posisi lead guitar dan seorang dosen lainnya menjadi vocalist. Seakan tidak mau kalah dengan mahasiswa-mahasiswa nya, Kedua dosen tersebut bermain sangat baik dan menikmati. Membawakan beberapa lagu seperti Home dari Michael Buble dll dengan sentuhan nuansa blues dari sang pemain gitar. Tepuk tangan meriah menyambut permainan gitar dan band dadakan tersebut yang menjadi simbol dukungan pihak kampus terhadap acara ini.


The Old Coffe mencoba memanaskan suasan dengan naunsa Rock 'n Roll nya yang total, Berisik dan liar, bahkan sang vocalis Erland sampai turun dari panggung untuk beraksi di tempat yang lebih luas lagi, diiringi sorakan penonton. Vokalis yang juga Drummer dari band Alunan Semesta itu terlihat sangat menikmati penampilannya. disusul oleh penampilan Joy Of Motion dengan nuansa yang sama tidak mau kalah.


Setelah Saturday Sound menjadi panggung rock dalam beberapa jam, Giliran Motion Vibe menurunkan adrenalin penonton dengan Pop Jazz yang Romantis. Membawakan lagu Treasure (Bruno Mars) dan You are my everything (Glenn Fredly) membuat venue yang tadi nya diisi oleh pria-pria gondrong berkaos hitam kali ini mulai blend dengan mahasiswi-mahasiswi modis. Penampilan Motion Vibe ditutup dengan single mereka berjudul Cie.

Sebelum break magrib, Suasana kembali diramaikan dengan penampilan Sabtu Sore Ska seperti biasa, musik ska memang sangat asik untuk berjoget-joget ria. Setelah break, Nuansa Saturday Sound berubah tenang. Digilite memberikan suasana ambient yang asik saat sebelumnya salah satu personilnya asik dengan glockenspiel nya. Lalu blues dari Tone Lighter yang kembali berisik dan penonton yang seru.

Belum puas dengan Blues dari Tone Lighter, Kali ini giliran para senior dari Bandung Blues Community yang kali ini berduet dengan Mahattir Alkatiry seorang vokalis senior dari band yang sempat meledak dijalur indie, Speakerfirst. Dilanjutkan oleh Reator yang punya keunikan pada suara vokalisnya yang melengking tinggi, sangat mengagetkan melihat sang vokalis terlihat pendiam. Kembali istirahat, kali ini Suka Suka Project menjadi satu-satunya band pop dengan nuansa Saxophone yang tampil di Saturday Sound.

Semakin larut, Penonton semakin sepi. Meskipun begitu The Mahad bertugas untuk menjaga panggung tetap berisik dan suasana semakin malam tetap ramai. Lalu giliran Baby Rock. Meskipun sang vokalis harus memakai tongkat karena sedang cedera. Tapi usaha mereka untuk tetap nge Rock sampai lagu selesai cukup berhasil. Penampilan ditutup dengan Red Wire dan berakhirlah Saturday Sound vol.6 ini.

Untuk acara ke 6 sebenarnya bisa dikatakan belum begitu ramai, Selain itu banyak evaluasi yang harus dicatat dan di perbaiki oleh Panitia di acara selanjutnya. Meskipun demikian, Acara ini tetap menjadi dambaan band-band kampus untuk manggung. Dan harapannya bisa di organisir lebih mateng dan rapi. Support terus band kampus!

Oleh : Ashari
Foto : Ashari, Renaldi

Baca Juga : 
Pesta UNISBA : Silaturahmi UKM ditutup penampilan band-band kece  : http://bit.ly/1NHnC2g
Pidibaiq rusuh di Talkshow Picture                                                             : http://bit.ly/19PFlHy
Sound Of Your Heart : Menciptakan panggung suasana persaudaraan     : http://bit.ly/1xrInNQ

Insurgent : Dibalik Motif Penangkapan Tris Prior

|
sumber foto : teaser-trailer.com
www.Padapanik.com - Setelah menanti selama satu tahun, akhirnya film yang diangkat dari novel trilogi Divergent rilis. Film bergenre Science Fiction ini memang menjadi salah satu yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya mengingat kesuksesan seri pertamanya yang berhasil mencuri perhatian para penggemar film fiksi. Insurgent yang berarti pemberontak mengisahkan tentang bagaimana Tris Prior yang diperankan oleh Shalene Woodley dan Four yang diperankan oleh Theo James memutar otak dan merencanakan strategi untuk melawan kekuasaan di bawah pimpinan Jeanie (Kate Winslet).

Berakhirnya pertumpahan darah yang terjadi di serie sebelumnya, membawa Tris beserta Four, Marcus (Ray Stevenson), Caleb (Ansel Elgort), dan Peter (Miles Teller) keluar dari daerah teritorial Dauntless. Gerbong kereta yang mereka tumpangi kini telah berhasil menembus benteng pertahanan faksi Amity. Di sinilah Tris memulai kehidupan barunya, bersama kaum yang menjunjung tinggi nilai perdamaian dia bersama timnya bersembunyi dan menyusun strategi untuk membunuh Jeanie yang menjadi otak penyerangan kaum Abnegation. Meskipun keberadaan Tris sebagai divergent diterima dengan baik, Tris harus menghadapi kenyataan lain bahwa kini dia tengah menjadi buronan Jeanie karena ulahnya melawan penguasa. Eric (Jai Courtney) yang merupakan kaki tangan Jannie berhasil mencium keberadaan Tris dan melakukan penyerangan kepada Kaum Amity untuk menangkapanya. Beruntung Tris, Four dan Caleb berhasil kabur dan memisahkan diri dari serangan yang dilancarkan Eric.

Perjalanan Tris, Caleb, dan Four kembali mengalami masalah. Setelah melarikan diri dari penyerangan, mereka bertemu kaum tanpa faksi yang memaksanya untuk kembali bertarung. Kemampuan Caleb yang tidak mahir beradu fisik membuat Tris dan Four kesulitan melawan kaum Factionless dalam jumlah banyak. Akhirnya Four membuka identitasnya sebagai Tobias Eaton yang ternyata namanya cukup berpengaruh dan telah lama dicari keberadaanya. Hal ini terjadi karena rupanya Evelyn Eaton (Naomi Watts) yang tidak lain adalah ibu kandung Four, merupakan pemimpin kaum Factionless. Mendengar hal ini Tris pun seolah tak percaya, ternyata selama ini Four berbohong dan merahasiakan keberadaan ibu kandungnya kepada Tris. Evelyn telah memalsukan keatiannya dan meninggalkan Four saat dia berusia enam tahun bersama Marcus. Hal tersebutlah yang membuat Evelyn dan Four kini mengalami perang dingin. Ajakan kerja sama yang ditawarkan Evelyn untuk melawan Jeanie pun diacuhkannya, hal tersebut berseberangan dengan sikap yang  ditunjukan Tris yang berusaha menerima tawaran tersebut mengingat kebutuhannya mengumpulkan sekutu.

Penyerangan Jeanie kepada kaum Abnegation ternyata bukan tanpa sebab, nyawa yang telah dipertaruhkan kedua orang tua Tris bukan semata-mata untuk melindunginya. Seusai penyerangan tersebut Janie menemukan sebuah box yang selama ini disembunyikan oleh kedua orang tua Tris. Box ini lah yang ternyata menjadi tujuan utama Jeanie melakukan penyerangan. Untuk memperoleh kekuasaan penuh, Jeanie harus membuka kotak tersebut yang sayangnya hanya bisa di pecahkan oleh seorang keturunan Divergent. Setelah melakukan pencarian di berbagai faksi, upaya Janie pun gagal, karena tak seorang pun dari keturunan divergent mampu membuka misteri dalam kotak tersebut. Hanya keturunan Divergent terpilih yang bisa membuka kotak tersebut, hal ini membuat Tris menjadi sosok yang paling diyakini bisa memecahkan misteri dalam box tersebut.

Buat kalian yang memang dibuat penasaran sama kelanjutan film Divergent sebelumnya, rasanya kalian wajib nonton sekuel satu ini. Setelah sempat bingung dan menebak-nebak bakal kaya gimana sih cerita film ini melalui trailernya, ternyata apa yang disuguhkan oleh Robert Schwentke lebih dari ekspetasi yang saya bayangkan. Jika pada sekuel sebelumnya faksi Abnegation, Dauntless, dan Erudite lebih banyak ditampilkan , di sini beberapa faksi lain seperti Amity dan Cendor turut mengambil bagian penting dalam perjalanan Tris melewati petualangannya.  Banyak action menegangkan yang ditampilkan oleh Shalene Woodley sebagai tokoh utama. Selain itu konflik dalam film ini juga cukup beragam karena di film ini Tris dihadapkan dengan banyaknya pengkhianatan yang ditunjukkan oleh orang-orang terdekatnya. Kematian Will yang merupakan teman dekat Tris juga membuatnya tertekan oleh rasa bersalah luar biasa hingga dia tak berhenti memimpikannya. Belum lagi Tris harus menjelaskan peristiwa tersebut kepada Christina yang merupakan kekasih Will. Munculnya sosok Evelyn yang merupakan ibu kandung Four juga menjadi awal baru dalam kisah ini yang sepertinya akan berlanjut pada sekuel ketiganya. Secara keseluruhan Insurgent menawarkan suguhan yang lebih menarik dari sekuel sebelumnya, saya pribadi cukup puas dan tidak merasa menyesal menonton film ini, meskipun ending dalam film ini sedikit mirip dengan film sebelah yang kayanya kalo saya sebutkan malah jadi spoiler.  Meski begitu saya masih merekomendasikan film ini untuk kalian tonton bulan ini, karena saya sendiri masih penasaran untuk menonton sekuel ketiganya.

Oleh : Feari            

PIDIBAIQ RUSUH DI TALKSHOW PICTURE 2015

|

www.Padapanik.com - Peace In College To Cultural Revolution (PEACE) adalah sebuah Talkshow yang mengangkat tema Perdamaian ini berusaha membahas Perdamaian dan Kebebasan dalam berbagai sudut pandang dari setiap Pemateri yang berbeda-beda.  Talkshow ini menghadirkan Irfan Amalee (Peace on Culture), Ridwan Kamil (Peace on Creativity), Ginan Koesmayadi (Peace on Mind) dan Pidibaiq (Peace on Music)

Dilaksanakan Rabu (4/3) di Aula Universitas Islam Bandung ini dimulai sejak pukul 09.00 yang dibuka dengan berbagai Ceremony. Sekitar 150 Peserta hadir dalam acara ini, Sebagian besar adalah mereka yang sudah membeli tiket beberapa hari sebelumnya. Meskipun acaranya diadakan di Unisba. Tapi antusias dari Mahasiswa kampus lain juga tidak kalah besar. Beberapa Mahasiswa dari Unpas, Itenas, Unpad dan lain-lain juga tercatat ikut hadir dalam acara tersebut.

Pemateri pertama adalah Irfan Amalee. Tapi sayang sekali, hari itu beliau tidak bisa hadir karena sedang di rawat di Rumah Sakit. Erik Lincoln lah yang ditugaskan menjadi pengganti hari itu. Beliau adalah Warga negara Amerika tepatnya Chicago yang Berasal dari komunitas yang sama dengan Irfan yang mengusung persatuan dan Anti Rasisme di Dunia. Meskipun seorang bule Tapi Erik terdengar sangat fasih dalam berbahasa Indonesia. Bahkan terkadang menggunakan istilah-istilah gaul atau Bahasa Indonesia yang tidak formal. Erik menceritakan pertemuannya dengan Irfan yang sangat berbeda latar belakang, ras maupun agama. Tapi akhirnya mereka bersatu dengan harapan usaha mereka untuk menyatukan keanekaragaman di dunia berhasil.

Erik Lincoln adalah mantan Konsultan Anti kekerasan, Anti Geng, dan Anti Narkotika di Amerika. Sedangkan di Indonesia dia kerja sebagai Pengajar Bahasa Inggris di Mizan sampai akhirnya terjun ke dunia aktivis perdamaian. Beliau sangat fokus terhadap pemberantasan Bully, Rasisme, dan Geng-geng yang negatif. Di akhir materinya beliau yang warga asli Amerika malah memotivasi Anak muda Indonesia untuk menjadi Indonesia dengan Identitas yang ada.

"Jangan mau seperti Inggris atau Amerika, Juga jangan mau seperti Arab atau Irak. Jadilah Indonesia yang berdiri sendiri dengan Identitas yang sudah ada, Perkenalkan kepada dunia kalau Indonesia bisa Mandiri" - Erik Lincoln

Pemateri kedua adalah Ridwan Kamil, Sayang sekali lagi-lagi pemateri kedua tidak bisa hadir. Kesibukan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung memang menuntut beliau untuk bekerja lebih ekstra sehingga sulit untuk menyempatkan diri untuk sebuah agenda Talkshow hari itu.

 Baca Juga : Ridwan Kamil di acara Boscha 2015 : http://bit.ly/1EW3h9Z

Entah bagaimana pusingnya panitia hari itu, 2 pemateri di awal tidak bisa hadir. Ridwan Kamil kali ini di gantikan oleh Syafii Efendi. Seorang Motivator termuda di Indonesia. Hari itu ia hadir untuk mencairkan suasana dengan memberikan motivasi-motivasi terbaiknya. Selain itu, Peserta juga semakin semangat dengan cara-cara ia memberikan ice breaking kepada peserta. Talkshow ini juga di hibur oleh The Mahad sebelum break makan siang dan kembali di buka dengan Baby Rock

Baca juga : The Mahad dan Baby Rock buat panggung untuk band Indie Bandung : http://bit.ly/1xrInNQ

Pemateri ketiga adalah seorang ODHA (Orang dengan HIV AIDS) setidaknya begitulah informasi tentang dirinya yang ia tuturkan saat dimulainya materi. Terlihat tidak ada bedanya dengan orang biasa. Ginan Koesmayadi adalah salah seorang pendiri dari Rumah Cemara, yaitu sebuah komunitas terbuka yang nyaman bagi mereka yang positif ODHA dan pengguna Narkoba yang ingin berhenti. Rumah Cemara telah membawa banyak pengaruh terhadap mereka yang sempat frustasi dan terbuang dari lingkungannya karena Narkoba dan HIV. Ginan bercerita tentang bagaimana ia melawan stigma masyarakat yang kejam terhadap ODHA hingga ia bisa bangkit mengalahkan dirinya sendiri untuk tetap berkarya dan berusaha menjadi orang biasa. Ginan adalah peserta Homeless World Cup 2011 di Paris (Street Football Competition Dunia yang diikuti oleh orang-orang yang ter Marjinal kan di negaranya) dan menjadi pemain terbaik di sana, Selain itu Ginan mengeluarkan buku berjudul "Melampaui Mimpi" Suasana seru dan Intim di bawa oleh Ginan dengan cara duduk lesehan di panggung bersama moderator.

Belum selesai pemateri ketiga, Pidibaiq meminta kepada panitia untuk masuk duluan. Para peserta pun antusias dan mengisi bangku terdepan, Namun Imam besar The Panas Dalam itu langsung mengajak seluruh peserta seminar untuk membawa kursinya semakin didepan, Suasana jadi rusuh karena semua berebut tempat. Akhirnya panitia memutuskan untuk mengatur para peserta seminar untuk duduk lesehan di lantai bersama kedua pemateri dan dua Moderator. Benar-benar Rusuh haha.

Penulis novel Dia DILAN Ku itu menegaskan bahwa beliau tidak pernah berniat membuat novel sebelumnya, ia hanya senang bercerita. Sama dengan membuat lagu-lagu The Panas Dalam yang semuanya berawal dari keisengan. Sesuatu yang didasari dengan iseng dan pikiran ingin bermain menghasilkan sesuatu yang baik tanpa ada niat untuk besar ataupun disanjung orang lain. Meskipun sempat kesulitan dengan dua Moderator dan dua Pemateri dalam satu panggung. Namun akhirnya acara ini berhasil memuaskan para peserta dengan materi-materi yang disampaikan.

Pidibaiq juga tidak lupa memainkan beberapa lagu seperti "Jangan Takut" dan "Tanpa Nia" yang membuat para peserta tidak berhenti terhibur, dan suasana intim yang diciptakan oleh pria yang biasa dipanggil Ayah menghilangkan jarak antara para audience dengan Pemateri. Kapan lagi ada Talkshow di sebuah Aula besar tapi peserta dan Pematerinya berkumpul secara acak dan lesehan disekitar panggung?

Oleh : Ashari
Foto : Randie


JAVA JAZZ FESTIVAL 2015 : KOLABORASI POP JAZZ ? ATAU JAZZ POP ?

|


www.Padapanik.com - Hari pertama , Jumat, 6 Maret 2015, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta. Musikus lintas genre tampil di 17 panggung yang didirikan. Dimulai pukul 16.30, beberapa musikus, seperti band lokal, Rekoneko, dan pemain organ asal Jepang, Akiko, telah membuka Java Jazz. Adapun panggung utama menampilkan Ruth Sahanaya, Titi DJ, dan Krisdayanti yang tergabung dalam 3 Diva.

“Ini pengalaman pertama saya manggung di Java Jazz," ujar Krisdayanti.

"Kalau Ruth Sahanaya, sudah sering menampilkan musik jazz, sementara saya dulu pacaran sama musisi jazz," ujar Titi DJ disambut tawa penonton.

Mereka yang tampil kompak dengan kostum putih-abu menyanyikan lagu bernuansa pop, seperti medley Ekspresi, Bawa Daku Pergi, dan Mahadaya Cinta; lagu nge-jazz seperti medley L.O.V.E dan Lady is A Tramp; juga lagu pop yang dibawakan dengan sentuhan jazz, seperti lagu Pilihlah Aku dari Krisdayanti.

Panggung utama yang terletak di Hall D2 ini sekaligus juga menjadi panggung yang paling penuh pengunjung. Di luar itu, panggung Java Jazz relatif masih sepi pada jam-jam awal hari pertama ini.
Java Jazz hari pertama berlangsung hingga dinihari. Artis yang tampil dalam festival ini antara lain Glen Fredly, Marcell, dan Sandhy Sandoro yang menggelar panggung tribute untuk Michael Jackson. Ada pula Kenny Latimore, Snarky Puppy, Dian Pramana Putra, Dewa Budjana, Payung Teduh, Sheila on 7, dan lain-lain.

Hari kedua, Tribute to The Beatles yang didendangkan Karim Suweileh and the Jazzy Quintet hingga solois Indonesia Tulus mewarnai perhelatan hari kedua Java Jazz Festival 2015 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta. Bernostalgia dengan tembang klasik nan abadi milik the Beatles namun dengan aransemen yang berbeda menyimak Karim Suweileh and the Jazzy Quintet di panggung Lawu Acoustic pada pukul 18.00. Sementara Tulus tampil pada 18.45 di panggung A3.

Reza Artamevia, Tohpati, Rinni Wulandari, Idang Rasjidi Quintet, Dion Subiakto Team, dan Gerald Situmorang merupakan deretan musisi Indonesia yang akan manggung hari kedua.

Tampil juga musisi dari dua generasi berbeda yakni Kahitna yang tenar sejak era 90-an serta Mocca dan Afgan yang menjadi ikon musik kaum muda masa kini.
Di barisan musisi mancanegara tampil diantaranya Ron King Big Band, Bobby McFerrin, Magnus Lindgren, dan Ginetta Vendetta.

Selain itu, penyanyi bossanova asal Jepang Lisa Ono tampil pada pukul 18.15 di Hall D1 dan pembetot bass beraliran jazz dari Kamerun, Richard Bona, pada pukul 21.15 di gedung A3.
Menjelang larut malam, Java Jazz memunculkan Chakra Khan Featuring Incognito, Kenny Lattimorem dan Skyline.

Total ada 62 musisi domestik dan mancanegara yang siap memanjakan telinga penikmat musik di Java Jazz Festival 2015.


Hari ketiga, Setelah puas dihibur oleh banyak musisi pop, Java Jazz Festival 2015 akhir menghadirkan hiburan lokal berkualitas. Tiga 'lady jazz' sekaliber Ermy Kulit, Margie Segers dan Rien Djamain disatukan di hari ketiga Java Jazz 2015 hari ketiga pada Minggu (8/3/2015).
Tiga lady jazz itu pun membentuk kolaborasi dengan nama The Ladies of Jazz. Meski sudah tak muda lagi, penampilan mereka tetap sukses menghipnotis Hall D2 JIExpo, Kemayoran.
Membawakan hits mereka, ketiga wanita tersebut sukses membawa warna yang indah di awal panggung hari terakhir Java Jazz 2015. Belum lagi munculnya nama Adra Karim dan Trust Orchestra.

Selain Tiga ‘Lady Jazz’ Christina Perri pun tampil memukau di hari terakhir ajang festival musik Java Jazz 2015 yang berlangsung semalam, Minggu (8/3) di Jakarta. Namun, tak hanya sang musisi yang sukses memuaskan para penonton, para penonton pun sukses membuat si artis terpukau.
"wow jakarta!! completely speechless!" kicaunya via akun Twitter @christinaperri, Minggu (8/3).

Saat konser berlangsung ketika lagu A Thousand Years dimainkan, penonton pun sontak bernyanyi pada bagian chorus. "Wow, Jakarta, kalian adalah penonton yang menyanyikan A Thousand Years paling kencang yang pernah kutemui," ujar Christina Perri yang malam itu tampil rapi.
Dengan mengenakan kaos Bertuliskan Jakarta, penyanyi berasal dari benua Amerika ini membuka penampilannya dengan meriah.

Lagu Domino dinyanyikan oleh Jessie J ini menjadi lagu pembukaan yang energik di JJF 2015. Dalam kesempatan itu Jessie J meminta para pengunjung tetap setia dengan penampilannya.
"Lagu ini untuk kalian, tetap nikmati laguku di sini," ujar Jessie J di acara Java Jazz Festival di JIEXPO, Minggu 8 Maret 2015 malam.

Di penampilan selanjutnya, Jessie membawakan lagu dengan alunan Jazz. Para penonton terhipnotis dengan alunan Jazz yang memukau dari Jessie J. Disambung lagu sendu Who You Are membuat panggung Jessie J terdiam.

Setelah tampil satu jam akhirnya Jessie J menyanyikan lagu andalannya Price Tag. Lagu terbarunya, Masterpiece, juga dinyanyikan Jessie. Akhirnya Jessie menutup Java Jazz Festival 2015 dengan lagu Bang Bang.

Oleh : Aldira
Foto : Aldira

PESTA UNISBA : DIMULAI DENGAN SILATURAHMI UKM, DITUTUP DENGAN BAND-BAND SUPER KECE.

|

www.Padapanik.com - Setelah melalui rangkaian Ta'aruf dan PPMB (Semacam Ospek), Mahasiswa baru angkatan 2014 di akhiri dengan undangan Pesta meriah. Meskipun sedikit terlambat, Namun acara bertajuk Pentas Seni Civitas Unisba ini akhirnya sukses di selenggarakan. Dimulai dari masa pengenalan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) 17-20 Februari dimana para mahasiswa angkatan 2014 ini harus "bersilaturahmi" ke setiap UKM-UKM dan BEM yang ada di Unisba. Dilanjutkan di hari sabtu, (21/2) Setiap UKM memasang stand di tenant-tenant yang telah di sediakan lalu bergantian perform yang tujuannya untuk memperkenalkan UKM/LKM mereka, Tidak sedikit yang langsung tertarik dan bergabung.

Sekitar 23 UKM/LKM tampil satu persatu dan memperkenal diri mereka kepada Mahasiswa-mahasiswa baru. Suasana kekeluargaan yang patut dicontoh karena sudah bukan jamannya senioritas lagi, bener gak?  Acara ini bertajuk PESTA UNISBA Sesuai dengan namanya, Mahasiswa baru maupun Mahasiswa Lama (ada juga yang kelamaan) datang ke Kampus dan menikmati acara bersama-sama.



Tidak hanya sampai disitu, Acara puncak nya yaitu Minggu (22/2) diisi oleh Line up band yang seru-seru. Panggung yang besar, Serta Tenant makanan menjadi pelengkap Pesta hari itu. Band Unisba maupun luar Unisba tampil satu persatu sejak pukul 10 pagi. Skaliska, Band SKA yang biasanya identik dengan Kawanan Terompet dan lain-lain. Band ini malah menggunakan 3 Pianika sebagai pengganti Terompet, Unik sekali. Praire Wind dengan komposisi instrumennya yang menggunakan Biola dan Guitalele, Faculteits des recht dengan vokalis cewek yang punya suara melengking, Sisi Lain dengan nuansa Folk nya atau Nuansa ambient nya Digilite. Sore itu ditutup dengan penampilan Romantis ala Pop Jazz nya Motionvibe dan Penampilan kocak dan seru ala akang-akang Semester Depan, Sampai sekarang gak ada yang bisa memprediksi mereka semester berapa.

Setelah Break magrib dan Isya, Suasana masih sepi. Para pengunjung masih malu-malu untuk merapat ke stage. Break panjang akhirnya dibuka kembali oleh sebuah Teatrikal Musikal yang menampilkan seru. Lalu Brother Season yang melaksanakan tugasnya dengan baik untuk memanaskan suasana, Pengunjung mulai memadati venue,

Dan Para pengunjung pun semakin banyak dan padat, Sebabnya sudah dapat diketahui. Sigit dkk yang tergabung dalam TIGAPAGI sudah terlihat diatas panggung dan bersiap untuk perform. Seperti biasa, tidak banyak obrolan. "Alang-alang" lalu dilanjutkan dengan "S(M)unda" dan "Yes, Were Lost in our Hometown". Ciri khas band ini memang memainkan lagu-lagunya terus-menerus tanpa ada jeda berhenti. Hingga beberapa lagu lagi seperti "Tangan Hampa Kaki Telanjang", "Pasir", "Batu Tua" dan "Verterbrate Song". Benar-benar playlist baru yang jarang dibawakan. Meskipun Sigit terlihat kesulitan menyanyikan lagu "Pasir" yang aslinya di isi oleh Cholil ERK. 


Setelah Tigapagi tampil dan mendapatkan sambutan yang baik dari penonton, Giliran Guest Star yang paling ditunggu-tunggu malam itu. Tidak hanya fans dari Tigapagi yang datang malam itu, tapi juga fans ENDAH N RHESA! Pasangan suami istri ini siap menutup rangkaian Pesta Panjang Unisba dengan Indah. Dimulai dengan "Baby Its you" Tidak butuh waktu lama untuk membuat para pengunjung kegirangan. "Wish you were here" menjadi lagu selanjutnya, dibumbuhi dengan aksi adegan suami istri di atas panggung. Eit, Adegan ini memang khusus suami istri yang profesinya musisi, Karena memainkan satu gitar berdua itu sepertinya cukup sulit haha. Itulah Adegan Suami Istri ala endahNrhesa. 

Ditutup dengan "When You Love Someone" Duo Akustik itu masih betah di panggung dengan bermain-main lagu spontan dengan lirik-lirik yang bikin para penonton terkesan dan tidak bisa tidur. Sekaligus iri kali yah melihat pasangan kompak tersebut haha.

Oleh : Ari, Dirga
Foto : Aldira, Yoga

BOSCHA 2015 : MENUJU BANDUNG SMART CITY

|

www.Padapanik.com - Pemerintahan Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung periode 2013-2018 terus bekerja keras, tidak jarang manfaatnya mulai terasa sehari-hari. Semakin berbenahnya kota Bandung, Semangat Kolaborasi yang di tularkan Bandung mengajak siapapun warga Bandung untuk ikut kreatif dalam berbenah. Selain menjadi warga yang paling bahagia, Menjadi warga yang mandiri juga sangat penting untuk Bandung.

Selain Movement dari komunitas yang terus-terusan berlanjut, Event-event positif nan kreatif juga tidak henti-hentinya di buat. Salah satunya Bandung Open Datan Summit Challenge 2015 (BOSCHA) Acara yang di gelar 21 Februari 2015 ini merupakan sebuah rangkaian acara yang mempertemukan dan mendorong kolaborasi yang berkelanjutan antara para pemangku kepentingan dalam ekosistem data terbuka (open data). Acara ini merupakan bagian dari 120 Event open data di dunia!

Dimulai pukul 09.30, Acara yang dihadiri ratusan orang yang terdiri dari Mahasiswa, Tamu Undangan, Portal Data Indonesia, Pihak Code Bandung, Developer dan Wartawan ini sangat antusias mendengarkan Keynote Speechess dari berbagai perwakilan. Salah satunya mengenai penjelasan tentang Website West Java Incorporated yaitu sebuah website tentang kota Bandung yang sedang dikembangkan yang di dalamnya berisi data tentang Kota Bandung, Proyek Kota Bandung yang sedang maupun akan berjalan, Potensial Kota Bandung dan lain-lain yang salah satu tujuannya adalah mendatangkan investor untuk perkembangan Jawa Barat khususnya Bandung.

Penggunaan Teknologi, Aplikasi, dan Elektronik untuk kemudahan sehari-hari menjadi salah satu syarat sebagai Smart City. ICT Development Index Indonesia di tahun 2014 di peringkat 97. Keynote Terakhir adalah Ridwan Kamil yang mewakili dari pemerintahan Kota Bandung. Meskipun terlihat sangat lelah, Beliau masih harus mengikuti 7 agenda hari itu, meskipun hari sabtu.

Ridwan Kamil sabtu itu (21/2) menghimbau masyarakat untuk mengaplikasikan ilmunya untuk kemajuan Kota Bandung, dan untuk mencapai Bandung Smart City, Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) juga menargetkan penggunaan 100 Aplikasi. Menurut Kang Emil, Teknologi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan bijak. Salah satu Teknologi yaitu Sosial Media dirasanya sangat berperan penting dalam masa jabatannya. Beliau juga menambahkan dan memohon doanya, Juli 2015 Beliau akan terbang ke New York di Forum Walikota Dunia untuk Sharing Knowledge, Tema yang dibahas adalah Solidaritas Bandung.

"Jadi kalau ingat Bandung, Ingat Solidaritas" tambahnya.
Dalam Konferensi Pers, Kang Emil juga menjelaskan konsep Cashless Society dimana masyarakat kemana-mana tidak perlu membawa uang Cash, Cukup bawa Smart Card. Bandung baru punya 20 Aplikasi yang diterapkan di Bandung, meskipun cukup jauh dengan Singapura yang sudah menerapkan 1600 Aplikasi. Dalam BOSCHA 2015 ini diterapkan beberapa fokus antara lain Transportasi, Kebencanaan dan Ekonomi Investasi.

Oleh : Ashari
Foto : Aggi