Focal Point

Focal Point

ADVERTISE

Showing posts with label PAMERAN. Show all posts
Showing posts with label PAMERAN. Show all posts

LOCART 2015 : 25 ARTIST UNJUK GIGI DALAM TABU LORO SHOW

|


Berawal dari ungkapan Pemandangan Band tentang Tabu Loro Show “ tabula rasa refers to the epistemological idea that individuals are born without built-in mental content and that therefore all knowledge comes from experience or perception”.

www.PADAPANIK.COM - Semilir angin yang berhembus dari sore menuju malam seakan menyelimuti puing – puing rasa rindu para pelaku kreatif di Bandung terhadap hasil karya Seniman – seniman yang karyanya dipamerkan pada acara LOCART 2015 dengan tema “Tabu Loro Show” di Galeri Hidayat jalan Sulanjana no 36 Bandung. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 9 hingga 11 Oktober 2015 ini mulai sejak pukul 4 sore tadi. Keberagaman cara para seniman untuk mengekspresikan karya – karyanya mengalir tenang dengan seruling kebebasan dalam membentuk cara – cara unik mengkreasikan objek karya tersebut.


Selain itu, dalam acara Locart 2015 ini, banyak sekali hasil karya yang terpampang nyata di dinding galeri hidayat, salah satu yang menarik adalah karya dari Alexander Zulkarnain yang memberi judul karyanya dengan nama Papandayan. Filosofi dalam pemaknaan karya tersebut dimaksudkan jika kebebasan haruslah berawal dari rasa tenang dan ketenangan hadir karena rasa nyaman. Selain itu, ada 24 Seniman lainnya yang karyanya berada di galeri ini.



Selanjutnya, Locart 2015 kali ini terasa lebih hangat dengan penampilan live music dari beberapa band yang sudah tidak asing lagi di telinga anak muda Bandung, salah satunya adalah MR. SONJAYA. Band ini membawakan 5 buah lagu dan salah satu lagunya bercerita tentang rasa perih sebagian kecil warga di sebuah daerah kecil di Jakarta yang hampir semua tempat mereka mengalami “Penjaringan”. Lagu dengan judul penjaringan dibawakan dengan  suara khas vokalis yang khas dengan kumis tebal dan panjang ini membuat para audiens yang hadir di Locart 2015 menikmati jalannya syair lagu dan alunan musik klasik yang semakin sempurna membuat malam menjadi lebih hangat dan akrab.


Acara Locart 2015 ini ditutup dengan lagu dari Mr.Sonjaya yang berjudul  Sang Filsuf. Lagu yang didedikasikan untuk Amenkcoy ini dinyanyikan seraya menutup rangkaian acara hari pertama Locart 2015. Masih ada dua hari lagi bagi para penyuka hasil – hasil karya yang kreatif dan bisa menjadi event yang cocok untuk memulai mencari ide – ide kreatif untuk terus berkarya. Semoga acara seperti ini bisa terus ada sebagai wadah berkreasi nya Artist-artist lokal berbakat. 


Oleh : Hakim
Foto : Hakim 

DI BALIK BINGKAI SEORANG JURNALIS : PAMERAN DAN SEMINAR FOTO JURNALISTIK

|

www.Padapanik.com - Mengabadikan sebuah gambar melalui bidikan kamera, mungkin dianggap hal yang mudah oleh kebanyakan orang. Namun hal itu tidak berlaku bagi foto jurnalistik, dibutuhkan skill dan jam terbang yang cukup untuk bisa menghasilkan sebuah karya foto yang menyimpan kisah dan informasi menarik bagi masyarakat. Melalui sebuah acara yang bertajuk “Di Balik Bingkai Seorang Jurnalis”, mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Keluarga Mahasiswa Junralistik (KMJ)  Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar acara pameran foto dan seminar foto pada 28-29 Mei.

Bertempat di Student Center Unisba, acara ini terbagi ke dalam dua sesi. Pada hari pertama, pengunjung disuguhkan dengan berbagai karya foto hasil karya mahasiswa yang dapat dinikmati secara gratis. Peringatan Mayday atau hari buruh sedunia, menjadi tema pameran foto kali ini. Sebagai pekerja media, jurnalis juga merupakan buruh yang ikut terlibat dalam memperjuangkan hak kaum buruh yang sampai saat ini belum terpenuhi.

Beragam aksi kaum buruh yang terjadi pada peringatan Mayday di kisahkan melalui sebuah karya foto jurnalistik. Cerita haru, menegangkan, dan menggugah emosi disampaikan oleh mahasiswa melalui sebuah foto. Berbagai foto yang dipamerkan merupakan karya masyarakat jurnalistik Unisba saat peringatan hari buruh di Bandung dan Jakarta pada 1 Mei. Melalui foto tersebut pengunjung diharapkan dapat masuk dan meresapi segala peristiwa besar yang terjadi pada Mayday. Bukan hanya itu, segala momen yang terjadi juga berusaha untuk membawa pengunjung untuk larut dan merasakan apa yang dialami oleh para jurnalis foto saat di lapangan.


Pada hari kedua, sebuah seminar foto digelar. Seorang pewarta foto wanita yang namanya sudah melanglang buana ke luar negeri dihadirkan menjadi narasumber utama. Dia adalah Adek Berry yang juga merupakan anggota Photo Journalist di sebuah News Agent yang cukup terkemuka di dunia yaitu Agence France Presse (AFP). Pada kesempatan ini, beliau menjelaskan tentang pengaruh sebuah foto bagi masyarakat. “Foto jurnalistik bukan lagi sekedar foto yang terpampang di ruangan atau tersimpan di laci, lebih dari itu foto menjadi media untuk berbagi informasi,” ujarnya.
Selain itu, Adek juga membagi pengalamannya ketika seorang jurnalis ditugaskan untuk mengabadikan foto di daerah konflik. Dia menuturkan tidak semua pewarta foto memenuhi klasifikasi untuk turun ke daerah perang. Modal utama yang diperlukan oleh seorang jurnalis adalah mental. Memotret di wilayah konflik bukan hanya sekedar memperkaya wawasan seorang jurnalis, banyak peristiwa tidak terduga yang dapat membuatnya shock. Jurnalis harus mampu menjaga kestabilan emosinya saat melihat kondisi korban yang berserakan dan tak berdaya.

“Dalam satu kondisi tertentu saya bahkan harus berjalan dibelakang petugas militer yang memegang detector untuk mengambil gambar. Nyawa menjadi taruhannya karena banyak ranjau bertebaran pada saat itu,” kata wanita berjilbab ini. Mencari informasi sebanyak-banyaknya menjadi hal wajib yang harus dilakukan oleh seorang jurnalis sebelum memasuki wailayah konflik. Jurnalis dituntut untuk tahu banyak hal dan menciptakan jaringan yang luas untuk memperoleh informasi baik itu dengan petugas, timsar, aktivis, maupun wartawan lokal.

Dosen psikologi Unisba, Suci Nugraha. S. Psi, M.Si yang didaulat menjadi narasumber juga turut hadir dalam dan memberikan pandangannya mengenai dampak psikis seorang photographer di daerah konflik. Beliau menyampaikan ketika seorang jurnalis mengalami guncangan yang mengakibatkan trauma ketika meliput di wilayah konflik maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuka diri kepada orang lain.
           
“Mengeluarkan perasaan negatif akan membantu kita untuk menyeimbangkan kembali emosi. Maka bagilah apa yang kita rasakan, jangan biarkan trauma itu menggagu dan berkelanjutan dalam diri kita karena trauma yang tidak selesai akan menjadi gangguan emosi yang lebih berat saat kita mengalami hal serupa atau bahkan lebih berat pada situasi lain,” ucapnya.
           

Oleh : Feari
Foto : Feari