![]() |
Sumber foto : Twitter @kineruku |
"Menjadi musisi bukan hanya soal apakah bisa hidup dari musik atau tidak, Tapi apakah kita bisa hidup tanpa musik atau tidak" - DeugalihAlbum ini memiliki Packaging yang sangat baik. Bahkan Covernya hasil dari Artwork yang sangat imajinatif dan menyenangkan mata. Warna air sungai yang digambarkan begitu hidup, Dan secara umum menggambarkan bahwa album ini menjanjikan banyak sekali cerita yang harus di dengarkan. Album ini juga sangat cocok untuk dijadikan hadiah kepada sahabat karena tampilannya yang catchy.
Cover album ini juga pernah di jadikan background panggung saat Launching album ini, bahkan di buat bergerak.
Mari memutar CD dan mendengarkan..
Lagu pertama, "Anak Sungai" Dengan tempo yang pelan, Lagu ini sangat tepat untuk menjadi lagu pembuka, sebagai sebuah salam perkenalan terhadap warna musik Deugalih & Folks yang kental dengan nuansa Folk nya. Suara Guitar Akustik dan Konga seperti sangat harmoni, Ditambah Tin Whistle yang membuat suasana serasa di tengah sampan yang sedang mengarungi sungai. "Di bawah bendera" menjadi lagu selanjutnya yang membawa pesan terhadap tercemarnya Sungai Citarum, Meskipun begitu, Nuansa yang dihadirkan lebih cepat, Nuansa Folk Eropa bahkan menurut Deugalih, Musiknya terkesan centil. Lagu ini juga kental dengan Instrumen Mandolin nya.
"Bunga Lumpur" masih dengan tempo yang asik dan mungkin enak untuk sedikit bergoyang. Lagu ini menjadi Single pertama dalam album ini. Ada sensasi aneh dalam lagu ini, Masih dalam lingkaran folk tapi beberapa part terkesan mengandung unsur Jazz. Apalagi dengan Instrument yang megah dan permainan keyboard yang jazzy. Sebuah penggabungan yang unik. Lagu ini dipersembahkan khusus untuk anak-anak Petani di Indramayu
"Minggu pagi" kembali ke nuansa folk yang menenangkan pikiran. Lagu ini diciptakan oleh Abah Donny untuk Rhiannon, putri sulungnya. Di lagu ini, pendengar bisa mendengarkan Vokal yang sederhana dengan harmoni berbagai instrument musik yang baik, dan Lirik yang manis membuat lagu ini seperti menjadi sebuah kesatuan yang utuh. "Sebagai tanda cintanya, pada Bunga dan Rumput, dia santuni sepenuh hati" Sebuah penggalan lirik yang menjadi doa untuk anaknya agar dapat mencintai alam sekitarnya.
"Buat Gadis Rasyid" lagu yang diciptakan Deugalih saat tugas kampus ini merupakan musikalisasi dari puisi yang dibuat Chairil Anwar (Yang terampas dan yang terputus 1949) untuk seorang jurnalis wanita tangguh. Lagu ini mengeksplore kemampuan bernyanyi Deugalih habis-habisan agar lagu ini terasa emosional. Bagian akhir lagu, Deugalih juga berpuisi dan dibait terakhir di ledakan dengan Teriakan ala post rock dari Deugalih (yang notabenenya adalah mantan vokalis band grunge).
Lalu "Ilalang" yang kembali pelan dan menyenangkan. Sebuah fakta unik, lagu ini diciptakan bersama lagu berjudul Sore dan keduanya dinyanyikan langsung secara spontan tanpa ada revisi lirik sampai lagu ini di rekam dan masuk dalam album.
"Heyya Kid" berlirik bahasa inggris dengan nuansa ceria layaknya musik folk yang bercerita. Lagu ini juga sepertinya sangat cocok di dengarkan untuk anak-anak. Lagu ini diciptakan oleh Rasus Ono untuk anaknya agar tegar menghadapi fenomena Bully di sekolah nya.
"When No One Sing This Song" lagu ini hanya diisi oleh Gitar dan Harmonika. Nuansa Folk balada yang pada dasarnya memang berisi pesan atau seruan terhadap orang banyak. Deugalih awalnya sedih ketika menonton berita di CNN yang menyebutkan "Senjata Israel 90% akurat" padahal di balik dibanggakannya senjata tersebut, ada banyak anak-anak yang mati dan kehilangan kebahagiannya. We can share our pain my friend~ "Earth" Lagu ini mungkin sudah sering di perdengarkan disetiap Deugalih & Folk manggung. Dibalik lagu jelas sudah di buat sejak lama, Tahun 1998. Dimana saat itu juga terjadi sebuah kerenggangan antara etnis Tionghoa dan pribumi. saat itu Deugalih merasa dunia tidak lagi tempat yang nyaman. Bahkan Indramayu (tempat lahir Deugalih)."Becoming White" menjadi penutup dari album ini. Kali ini hanya Deugalih yang bernyanyi dan bermain gitar sendiri, Terinspirasi dari buku Cultural Studies dengan judul yang sama karya Aquarini Priyatna. Oh iya, lagu ini adalah satu-satunya lagu yang di rekam secara live di kamar Galant, Bandung.
Hampir di setiap review album di padapanik.com hanya menggambarkan secara umum, Tapi untuk album ini, memang sangatlah sulit. Semua lagu memiliki cerita-cerita hebat dibaliknya. Tidak hanya itu, Nuansa Folk dari Deugalih & Folks seperti tidak kehabisan aransemen sehingga menciptakan musik folk yang sangat berbeda. Nuansa Tin Whistle sangat kental dan menjadi pemanis hampir di setiap lagu. Juga vokal dari Deugalih yang berat tapi merdu, Terasa dari hati dan tulus. Musik Folk juga jadi media untuk menyampaikan keluh kesah mereka (semua personil). Entahlah, tapi semua pujian ini terasa tidak lebay untuk perjuangan dan kerja keras mereka selama lima tahun. Dan 35.000 Rupiah terasa tidak sebanding dengan apa yang mereka sajikan dalam 10 lagu.
Best Track (subjektif) dalam album ini adalah Minggu Pagi, Bunga Lumpur, dan Anak Sungai.
Jika ditanya adakah kekurangan dalam lagu ini? Cukup bingung sebenarnya, tapi yang tertangkap di telinga penulis hanyalah kurang puas di lagu Buat Gadis Rasyid jika dibandingkan dengan saat live dengan emosi yang lebih meluap. Mungkin karena bagian dari proses editing dan lain-lain sehingga terdengar lebih halus.
CD better than Mp3
Oleh : Ari
Baca juga :
Konser Anak Sungai "Deugalih & Folks" http://bit.ly/1IP1IME
Album "Cold Sun" Zaggle Griff http://bit.ly/1HrtVad
Album "Roekmana Repertoire's" Tigapagi http://bit.ly/1IDyEo9
aaaaak, ini salah satu album yang pengen banget saya miliki tahun ini!!
BalasHapusSaya pensaran siapa yg mendesain Artwork pada cover album Deugalih, tolong kasi tau ya ka, makasi
BalasHapusYang tertulis di album, Namanya Resatio Adi putra, Instagram atau twitter nya @resatio
HapusTerimakasih sudah membaca :) bantu share yah ..
izin Copas ya gan :D
BalasHapusMaaf, di copas buat apa? sebenarnya jelas tidak boleh..
Hapus