Focal Point

Focal Point

ADVERTISE

Showing posts with label OUTOFTHEBOX. Show all posts
Showing posts with label OUTOFTHEBOX. Show all posts

Coklat dalam Jar yang punya ratusan reseller

|

www.padapanik.com - Siapa tak kenal cokelat?  makanan yang identik dengan rasa manis ini memang menjadi salah satu makanan yang gak pernah lekang termakan jaman dan ditinggalkan para pecintanya. Cokelat memang terbukti mampu menjadi magnet bagi banyak orang. Karena gak sedikit juga orang yang percaya kalo coklat itu salah satu obat buat sakit hati atau moodboster saat hari loe lagi gak asik.


Di zaman modern kaya sekarang, banyak banget cara untuk menikmati cokelat. Bagi kamu yang gak suka ribet, menyantap coklat dalam bentuk batangan aja mungkin rasanya udah cukup bikin bahagia. Tapi gak sedikit juga loh orang yang rajin banget nyariin makanan atau minuman olahan coklat yang beda dan unik. Dan alasan itulah yang kemudian seringkali dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk memulai usaha dalam bidang kuliner berbahan dasar coklat.

Nah buat  kamu yang suka banget sama hot coklat, di rubrik out of the box kali ini Feari bakal ngasih rekomendasi kuliner unik berlabel Denu Coklat. Cemilan coklat ini menawarkan kamu untuk bisa meyantap coklat dalam keadaan panas melalui botol kaca atau jar. Dipadukan dengan berbagai topping menarik, memakan cokelat dengan cara tersebut, kini seakan menjadi trend yang coba ditularkan oleh dua pengusaha muda Amelia Devita, 29 dan Nugraha Sugiarta, 34 melalui bisnisnya.


Ide bisinis yang digeluti keduanya, berawal dari kegemaran Amelia mengkonsumsi cokelat. Melihat kondisi pasar yang masih sepi pada 2011, dia memutuskan untuk mencoba peruntungannya berbisnis di dunia kuliner dengan berbekal modal Rp.300.000. “Awalnya saya bisnis coklat menjual merek orang lain kemudian dijual lagi, sempet bikin custom yang berbentuk karakter, coklat kiloan sampai akhirnya dua tahun kemarin muncul ide membuat cokelat dalam bentuk jar,” katanya saat ditemui tim Padapanik beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan, choco curust hasil produksinya telah menjadi pionir dan disambut antusias oleh berbagai kalangan sejak awal kemunculannya. Untuk menikmati jenis kuliner tersebut, konsumen hanya perlu merebus botol kaca dalam keadaan terbalik, tak kurang selama 10 hingga 15 menit cokelatpun mencair dan dapat dinikmati dengan sempurna bersama varian topping sesuai selera.
“Kita sendiri di sini menawarkan 9 jenis produk mulai dari coklat bubuk, coklat cair, coklat yang diolah menjadi cookies, tapi yang paling favorit memang choco crust karena unik dan beda dengan coklat pada umumnya,” paparnya. Harga yang ditawarkan bervariatif mulai dari Rp.25.000 sampai Rp.70.000 tergantung jenis cokelat dan bahan yang digunakan.

Meski laku keras, Amel mengaku produknya masih menggunakan cokelat impor sebagai bahan utama. Namun,  ada beberapa bahan tambahan yang membuat produk Denu Cokelat memiliki rasa yang khas. Tak heran jika dalam sehari dia mampu memproduksi cokelat hingga seribua buah untuk dipasarkan ke berbagai daerah.

Alhamdulillah saat ini kita punya 110 agen resmi dan 980 reseller yang tersebar mulai dari Aceh sampai Jayapura juga ada. Kita memang membebaskan bagi siapa saja yang mau menjadi reseller, sementara untuk agen resmi kita dibatasi paling banyak dua dalam satu kota,” jelasnya.


Menjalankan bisnis cokelat selama tiga tahun terakhir, dia mengaku mampu mengantongi omzet hingga Rp.100.000 dalam sebulan. Selama ini, produk-produk tersebut dipasarkan melalui media online seperti facebook, instagram, dan website. Tak jarang, dia juga mempromosikan produknya dengan menggaet artis sebagai salah satu strategi pasar agar produknya semakin populer.

Selama menjalani bisnis tersebut,  Amel dan Nugraha juga kerap kalin menemukan produk cokelat dengan kemasan serupa. Namun, pasangan ini mengaku tak gentar menghadapi persaingan pasar mengingat Danu Cokelat telah resmi dipatenkan dan memiliki sertifikat dari Dinas Kesehatan sehingga produknya terjamin aman bagi konsumen tidak mengandung bahan pengawet.

Untuk pembelian di wilayahan Bandung sendiri, konsumen bisa menemui produk ini di beberapa tempat yakni Mie Gandaria, Tobucil, Warung Ngemil. “Harapannya nanti bisa punya toko sendiri atau cafe sih, selain itu dalam waktu dekat mau coba bikin cokelat untuk souvenir pernikahan juga,” jelasnya. 

Penulis dan Foto :
Feari Krisna @fearikrisna, penulis feature masa kini
Foto tanpa watermark di ambil dari google.com

Case Handphone bermotif batik laris manis di luar negeri.

|

www.padapanik.com - Gadget adalah salah satu barang mewah yang di punya banyak orang saat ini. Harga nya yang mahal bikin kita di wajibkan untuk menjaga gadget kita dengan baik-baik. Salah satunya dengan menggunakan accesories pelindung gadget. Sayangnya Softcase maupun hardcase tidak jarang membuat tampilan dari gadget kita jadi jelek, akibatnya malah nutupin desain gadget yang dari sananya udah keren. 

Nah, konten "out of the box" kali ini akan ngebahas tentang case handphone yang bermotif batik. yang dinamakan Batik Geek! Brand tersebut di ambil untuk sebutan orang yang fanatik terhadap batik. Maka ia coba mengaplikasikan motif batik ke dalam sebuah case handphone yang ternyata peminatnya gak kalah dengan motif-motif luar negeri loh. 

Afrizal Rahadian Sodiq, Teman kita yang satu ini adalah penggagas dari batik geek. Menggabungkan budaya Indonesia ke dalam teknologi mungkin menjadi ide yang tepat untuk menularkan semangat nasionalisme kepada generasi muda masa kini. Pemuda asal Bandung ini sukes merintis bisnis samrtphone cases berbahan bambu dengan mengkombinasikan ukiran bernafaskan budaya Indonesia  dalam setiap produknya.


Berawal dari tugas bussinessplan yang diberikan dosen sewaktu masa kuliahnya, pada tahun 2012 dia bersama rekannya Nurulita Wijayanti mencetuskan sebuah ide cemerlang untuk memadukan batik ke dalam sebuah perangkat gadget yang lazimnya hampir dimiliki oleh  hampir sebagian masyarakat. “Target awal membuat produk ini mengarahnya ke anak muda kaum perkotaan yang suka gadget. Jaman sekarang orang pasti pakai gadget nah kita pengen masukin batik ke dalam genggaman dan aktivitas keseharian mereka,” ucapnya kepada www.Padapanik.com.

Terobosan yang dilakukan oleh dua orang kreatif ini rupanya berhasil menyabet  juara kedua dalam ajang  Enterpreneur Star 2012 yang diselanggarakan oleh School Buisness and Management, Institut Teknologi Bandung  di Jakarta. Prestasi ini lah yang kemudian mendorong mereka untuk berani mengembangkan potensi produk tersebut ke industri pasar. Keren kan?

Batik geek kini tersedia dalam sepuluh motif menarik antara lain burung garuda, batik, barong, tokoh pewayangan, tribal dan lain sebagainya. Nama batik geek sendiri dapat diartikan sebagai orang yang fanatik dengan batik . “Dulu waktu pertama bikin lomba itu lagi ngetrend motif-motif USA, heran juga kenapa motif itu bisa mendunia. Terus waktu traveling liat motif bagus banget, kenapa batik yang punya potensi tidak coba dieksplor” tuturnya.

Selain ramah lingkungan, menurut Afrizal hawa dingin yang dihasilkan bambu juga akan bikin produk batik geek terasa lebih aman bagi gadget. Di menambahkan, desain yang dia hasilkan menjadi keunggulan utama yang membuat produk ini mempunyai daya jual yang tinggi dan mampu bersaing dengan produk sejenis.

“Kita mendesain dengan motif kontemporer, tapi kita juga mengikuti aturan batik yang seharusnya sehinga filosofinya masih terjaga dengan baik. Selain itu untuk desain sendiri, kita juga berkolaborasi dengan beberapa designer dari Jakarta, Semarang, dan Jogja untuk memperkaya model yang dihasilkan karena setiap orang punya style sendiri,” katanya.

Dalam menjaga kualitas barang yang dihasilkan, dia mengaku masih mengimport material bambu dari luar negeri karena kurangnya pasokan dan sulitnya menemukan bambu yang sesuai dengan kebutuhannya di Indonesia.  Smartphone case yang dihasilkan melalui tangan dingginnya dibandrol dengan kisaran harga Rp.100.000 hingga Rp.400.000.

Untuk mempertahankan bentuk presisi dari case dan menjaga konsistensi design yang diukir, Afrizal mengaku telah beralih dengan menggunakan mesin Computer Numerical Control (CNC) sejak produknya mulai di kenal dan diproduksi massal. Kini dalam sehari  batik geek mampu memperoduksi dua puluh sampai tiga puluh case smartphone.

Namun, saat ini produk batik geek sendiri hanya bisa dinikmati oleh sebagian kalangan pengguna smartphone seperti iphone, samsung, dan LG. “Batik Geek sangat mengedepankan kualitas produk salah satunya degan presisi ukuran yang tepat. Jadi untuk saat ini hanya type tertentu yang dibuat, mengingat porses riset untuk satu tipe hp juga cukup panjang,” jelasnya.

Batik Geek dipasarkan secara online melalui website, instagram, dan facebook. Setelah sukses menyasar konsumen dari dalam negeri, produk ini rupanya juga telah dilirik oleh beberapa pelanggan dari luar negeri. Dia mengaku, produknya yan dihasilkan dari tangan dinginnya rutin dipasarkan ke berbagai negara mulai dari Singapura, Malaysia, Korea, Jepang, Belanda, hingga Jerman. Wow...

Penulis :
Feari Krisna @fearikrisna, pengangguran muda yang berkelana menulis feature.
Suka konten "out of the box" ? baca tulisan lainnya. klik disini

CLOCKWERK, LEBIH VINTAGE DENGAN POSTER BERBAHAN KAYU

|

www.padapanik.com - Dinding kamar kamu sepi? cuma ada cicak sama sarang laba-laba? daripada dibiarkan kosong begitu aja, kalian bisa mempercantik kamar dengan mengisi space kosong di dinding dengan berbagai macam hal loh! Misalnya Sterefoam untuk nempelin hal-hal penting, kertas note warna-warni buat nulis, atau poster dengan gambar favorit kamu.

Ngomong-ngomong soal poster, uniknya kalian bisa memilih poster berbahan dasar karton atau kayu. 

Hah? kayu?


Konten Out of the box, kali ini akan berbicara mengenai seorang mahasiswa Universitas Parahyangan (Unpar) yang berbisnis poster berbahan dasar kayu. Poster berbahan dasar kayu mungkin sudah sering kalian lihat menjadi dekorasi andalan di dinding-dinding cafe atau distro. Berawal dari hobi mengkoleksi poster kertas, Fadhlullah menciptakan produk yang diberi nama "Clockwerk" yang kini laris di beli karena dianggap menguatkan unsur vintage pada dekorasi. Produk ini juga di buru oleh para kolektor loh..

“Awal saya memulai bisnis gara-gara ngeliat poster  waktu liburan di Malang, gambarnya bagus saya suka, karena nyari di Bandung susah kemudian bikin sendiri poster kertas dan berhasil.  Akhirnya saya iseng juga coba bikin dari bahan kayu dan ternyata hasilnya memuaskan,” ujarnya.

Tingginya permintaan terhadap produk buatannya, Mendorong Fadlullah untuk melebarkan sayap dan memasarkan karya nya ke target anak muda kota Bandung. Dalam merintis bisnis nya, Fadlullah sempat mengalami proses panjang hingga akhirnya mematenkan kayu pinus sebagai bahan poster buatannya. 


Belum berumur 3 tahun, Clockwerk sudah mulai mencoba memproduksi produk lain seperti gantungan kunci, jam dan tatakan gelas. Peminatnya sendiri sudah tersebar di berbagai daerah seperti Sumatera, Bali, Kalimantan sampai ke Sulawesi. Range harga mulai dari Rp.110.000 - Rp.500.000,- tersedia dari ukuran A5 sampai A0.

Dalam seminggu, pebisnis yang baru berusia 22 tahun ini mengaku bisa memproduksi hingga 36 poster kayu.

“Ini sistemnya bukan melukis sendiri,  kebanyakan orang memang nyangkanya gambar, padahal ada trik khusus. Cara mebuatnya mirip sistem sablon tapi manual, mungkin bedanya kita pake cairan khusus untuk melapisi kayu. Fungsinya untuk membuat warna lebih keluar dan tidak mudah pudar,” katanya.


Saat ini, Clockwerk hanya melakukan pemasaran di media sosial seperti flickr dan instagram serta ikut serta dalam berbagai event pameran di Bandung. Fadlullah yang di bantu rekan nya Ria Christina sedang berusaha untuk berinovasi antara lain membuat poster glow in the dark atau merambah ke furniture lain namun dengan desain khas clockwerk.


Penulis : 
Feari @fearikrisna

LEDIEG ART : OMZET JUTAAN RUPIAH DARI LIMBAH DAN TULANG

|

www.padapanik.com -  Menggunakan aksesesoris dalam berbusana, tentu menjadi salah satu cara seseorang untuk tampil modis dan percaya diri di hadapan umum. Setahun belakangan ini, aksesoris kalung berbahan dasar tulang sempat ramai di kalangan anak muda Bandung dan menjadi viral di beberapa media sosial. Seperti yang kita tahu, Bandung yang terkenal dengan industri kreatif punya puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan pengerajin yang merambah bisnis fashion atau aksesoris. Nah kali ini, www.Padapanik.com bakal ngulas dan ngajak kaula muda untuk mengintip buah tangan hasil karya Kosim salah satu pengrajin asal Bandung yang merupakan salah satu penggagas aksesories berbahan dasar tulang ini.

Saung Ledieg Art, begitulah sebutan untuk ruang kerja sekaligus galeri kecil milik Kosim yang terletak di jalan Kanayakan, Dago, Bandung. Di ruangan kecil bernuansa etnik ini, tumpukan tulang dan limbah disulap menjadi berbagai aksesoris yang unik dan bernilai seni tinggi. “Nama Ledieg sendiri diambil dari bahasa sunda yang artinya kusam. Kenapa namanya ini karena biasanaya barang yang kusam menambah nilai eksotis sebuah benda”, ungkapnya saat disambangi www.Padapanik.com beberapa waktu lalu.


Pria asli Bandung ini, memulai karirnya sebagai pengrajin sejak tahun 2003 silam. Bisnisnya diawali dengan memproduksi boneka sederhana yang terbuat dari bahan karung goni. Bersama rekan-rekannya, Kosim merintis bisnis tersebut dengan modal kecil dan mengandalkan kreativitas sebagai bahan utama. Melihat kondisi pasar yang semakin menurun, akhirnya Kosim memutuskan untuk beralih dan melakukan inovasi dengan membuat aksesoris dari tulang dan limbah.

“Saya gak punya dana awalnya, orang lebih menghargai barang-barang bekas menjadi karya seni jadi saya memilih kerajinan ini supaya dihargai orang,” tuturnya. Bahan-bahan yang dia pakai beragam mulai dari tulang sapi, kucing, taring babi, hingga gigi beruang. Semua limbah tersebut dia peroleh secara cuma-cuma dari buah tangan temannya atau hewan peliharaan yang sudah mati. Tak jarang dia mencari sendiri bangkai kucing dan tikus untuk memenuhi kebutuhannya menghasilkan aksesoris yang cantik.

Meskipun Kosim tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang seni, ide membuat aksesoris ini murni berasal dari hasil pemikirannya. Kalung yang dihasilkan dari tangannya dibandrol dengan harga mulai dari puluhan hingga ratusan ribu tergantung dari bahan dan detail ukiran pada tulang. “Kalau misalnya tulang sapi kan banyak saya udah punya langganan jadi harganya murah beriksar 50 ribu juga dapet, tapi kalo kaya gigi beruang kan jarang jadi harganya bisa sampe 500 ribu hingga satu juta,” tuturnya.


Dua tahun menjalani bisnis ini, siapa sangka omzet yang dia peroleh kini telah menyentuh angka jutaan. Dalam seminggu, Kosim mampu mengantongi  10 juta rupiah dari hasil karyanya. Bukan hanya Bandung, rupanya buah tangan karya Kosim juga mampu memikat pasar internasional. 

“Hampir setiap tahun saya rutin diundang ke Bintan untuk mengajar pengrajin di sana untuk membuat aksesoris dari limbah. Dari Bintan biasanya hasil karya saya juga dikirim ke Singapore untuk dipasarkan di sana,” jelasnya.

Sebelum menjadi aksesoris yang eksotis, ada beberapa tahapan yang Kosim lakukan. Untuk menghasilkan warna tulang yang putih yaitu dengan melakukan pembusukan tulang selama satu bulan tanpa dicuci setelahnya.


Selanjutnya tulang yang telah busuk dikeringkan. Proses ini memakan waktu selama dua minggu hingga akhirnya dicuci dengan pembersih untuk menghilangkan bau tak sedap yang melekat pada tulang.

Setelah dibersihkan, tulang telah siap untuk digambar sesuai keinginan, tahap ini dinamakan sketching. Beragam bentuk hasil karya Kosim mampu membius para pelanggannya, seperti gambar wajah, taring, atau tokoh pewayangan. Konsumen juga bisa memesan bentuk sesuai keinginannya selama bentuk yang diinginkan dinilai wajar dan detail yang diinginkan tidak terlalu rumit.

Tahap selanjutnya adalah memotong tulang sesuai dengan sketsa yang telah dibuat. Pada tahap ini Kosim harus ekstra hati-hati karena kontur tulang yang lunak rentan patah jika tidak dipotong dengan teliti.

Setelah memlampaui proses yang cukup panjang, pengukiran menjadi tahap terakhir yang harus dilakukan. Tidak membutuhkan waktu lama, untuk membuat ukiran wajah sederhana, Kosim mampu menyelesaikannya dalam waktu 15 menit saja. “Kalau untuk ngukir sekarang gak terlalu sulit karena sudah pakai mesin cunner berbeda dengan awal-awal yang hanya bermodalkan pisau dan cukup memakan waktu,” kata pria bertato tersebut.

Kini aksesoris tulang telah terbentuk dengan sempurna. Biasnya Kosim memadukan tulang dengan biji-bijian atau elemen lain seperti bulu hewan agar aksesoris yang dihasilkan lebih eksklusif dan bervariatif.

“Inovasi kedepannya saya berencana membuat jam tangan dari limbah. Kalo untuk Ladieg Art sendiri mungkin saya ingin membuat saung yang lebih nyaman dan strategis di pusat kota biar produk ini bisa lebih eksis dan dikenal masyarakat,” ujarnya.


Meskipun belum ada perhatian khusus dari Dinas Kota Bandung, Kosim berharap hasil karyanya akan terus berkembang dan turut mengharumkan nama pengrajin yang ada di Kota Kembang. Meskipun hanya bermodalkan limbah, Kosim mampu menciptkan karya seni baru yang mampu menambah gaya berbusana yang unik dan bernilai etnik.

Penulis / foto :
Feari Krisna @fearikrisna 

Boneka lumut adapatasi seni kokedama Jepang

|

www.padapanik.com - Boneka Lumut yang Diadaptasi dari Seni Kokedama di Jepang Satu lagi produk kreatif yang lahir dari kreativitas anak muda asal Bandung. Dibawah bendera Planter Craft, mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad), Faldi Adisajana, menciptakan sebuah inovasi baru dalam bidang tanaman hias. Terinspirasi dari seni menghias tanaman di Jepang atau biasa dikenal dengan sebutan Kokedama, dia bersama rekannya Anwar Imannurdi mencoba mengaplikasikan seni tersebut dengan menggunakan kaktus dan sukulen sebagai produk utamanya.


Sekilas, benda mungil yang dilengkapi susunan seperti mata, tangan, dan kaki ini nampak seperti layaknya boneka biasa. Namun, jika lebih dekat, kamu pasti gak akan nyangka kalo produk kreatif ini ternyata merupakan gumpalan lumut yang telah dipercantik sedemikian rupa menjadi tanaman hias dan menyerupai boneka.

Ketika tim padapanik menyambangi rumah produksi Planter Craft di Jalan Sukagalih Kota Bandung, suasana asri dan rimbunnya pepohonan nampak menghiasi pekarangan rumah seakan meggambarkan rasa cinta mahasiswa jurusan agribisnis tersebut terhadap lingkungan. Ide bisnis ini berangkat dari kegabutan yang dia alami selama menjalani tahun terakhirnya menyandang status mahasiswa. Ya sebagaimana lazimnya mahasiswa tnigkat akhir yang mulai bosan jadi aktivis kampus dan minta uang jajan ke orang tua, berbisnis bisa jadi salah satu pilihan yang tepat buat ngisi dan ngasah bakat kamu sebelum memasuki dunia kerja.


Sebelum memulai bisnisinya pada Mei 2015 tahun lalu, Faldi mengaku nyaris patah semangat karena sulitnya menembus pasar dan menciptakan produk yang dapat diminati masyarakat. “Awalnya saya dan Anwar udah semangat jual tanaman hias dengan dudukan pot yang modelnya lucu terbuat dari kayu terus kita coba ikut event di Car Free Day Dago dan gak ada yang beli satupun,” curhatnya. Walapupun sang empunya bisnis sempet merasa down, pengalaman itu tak lantas menguburkan mimpinya untuk mempunyai bisnis sendiri. Jiwa bertani yang tertanam dalam tubuhnya lantas mengantarkan dia untuk terus bereksperimen hingga akhirnya tercipta boneka berbahan lumut yang disukai banyak orang.

Selain bentuknya yang menggemaskan, ukuran tanaman yang minimalis juga membuat proses pemeliharaan boneka lumut ini lebih mudah. Dalam melakukan perawatan kamu hanya perlu merendam boneka lumut dua atau tiga menit selama satu kali dalam seminggu. Media lumut yang digunakan dalam produk ini memang menyebabkan tanamanan yang ditanam lebih lama untuk tumbuh dan berkembang. Namun, tingginya tingkat kelembaban yang terkandung dalam lumut juga membuat kadar air di dalamnya terjaga lebih lama sehingga porses perawatannya lebih praktis.
Lumut yang dia gunakan dalam produknya berasal dari kawasan hutan di berbagai daerah Kota Bandung seperti Dago dan Ciwidey. Dia menjelaskan, hanya jenis lumut tertentu yang dapat digunakan sebagai media tanam. Jadi, jangan asal coba bikin pakai lumut di selokan ya guys (kasian ntar hasil kagak malah bau yang ada). Di awal merintis Planter Craft, Faldi mengaku biasa mencari sendiri bahan lumut yang diperlukan dalam proses produksi. Namun, melihat kondisi pasar yang semakin ramai dan terbentur waku kuliah, kini dia memilih untuk menyuplai bahan lumut dari orang lain.

Dalam membangun bisnis tersebut, Fadli menerangkan hanya menghabiskan dana sekitar Rp.500.000 sebagai modal awal. Tak disangka dengan kerja kerasnya, kini dia bisa memperoleh omzet dari Rp.10 juta hingga Rp. 30 juta rupiah setiap bulannya, tergantung pesanan dan event yang dia ikuti. Boneka lumut hasil karyanya bisa kamu beli mulai dari harga Rp65.000 sampai Rp.75.000 /pcs, tergantung dari jenis tanaman dan biaya transportasi. Dalam memasarkan produknya, Faldi rutin mengikuti berbagai event di Kota Bandung maupun di Jakarta. Beberapa kegiatan diantaranya event kampus di Unpad, Bandung Agri Market, dan mengisi pameran rutin yang digelar oleh Komunitas Organik Indonesia di Kemang setiap minggunya.


Boneka lumut planter craft sendiri telah tersebar hampir ke berbagai daerah di Indonesia mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Bali, NTT, hingga Sulawesi. Untuk menjaga eksistensinya saat ini, dia mengaku akan melakukan berbagai inovasi sehinga produknya bisa lebih dicintai dan digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan.


“Inovasi ke depan mungkin produk ini bakal lebih bervariatif kaya dikasih kacamata atau emotions yang bervariatif  untuk menciptakan karakter berbeda di setiap boneka jadi lebih unik. Dalam waktu dekat, setiap pembelian juga akan dikasih sertifikat biar mirip adopsi hewan peliharaan, konsumen juga akan bekali CD interaktif supaya anak-anak yang beli misalnya bisa dapat wawasan baru mengenai tumbuhan,” katanya.


Nah buat kamu yang mulai ngerasa kebanyakan nongkrong gak jelas, mungkin sepenggal kisah ini bisa jadi inspirasi buat kamu memulai bisnis. Buktinya gak selalu butuh modal yang besar untuk memulai bisnis, asalkan kamu punya ide out of the box dan diterima pasar, kamu pasti bisa sukses berbisnis. Buat kamu yang ingin meminang karya cantik ini sebagai cindera mata tengok aja langsung instagramnya @plantercraft dan jadilah bagian dalam kampanye go green sebagai salah satu upaya menjaga kelestariaan lingkungan.
Halo pembaca setia padapanik! ini adalah konten baru dari www.padapanik.com yaitu "out of the box". Konten ini akan menampilkan bisnis, hobi atau konten unik lainnya yang bisa jadi referensi kalian untuk berkarya, Jangan lupa di share ke teman-teman mu yah...
Penulis dan foto : 
Feari @fearikrisna, pencetus konten out of the box
 foto (tanpa watermark) :
Dokumentasi pribadi Plantercraft