Focal Point

Focal Point

ADVERTISE

Showing posts with label FILM INDONESIA. Show all posts
Showing posts with label FILM INDONESIA. Show all posts

Dear Nathan : Kisah kasih SMA dua pribadi berbeda

|

“Kadang gue mikir Sal, lo itu ilusi yang gue ciptain atau emang nyata sih?” 

www.padapanik.com - Kisah cinta ala remaja SMA sepertinya tidak akan ada habisnya. Sebelumnya, di awal Maret ini, bioskop Indonesia digebrak oleh film re-make tentang kisah klasik SMA berjudul Galih dan Ratna. Dan kembali, dipertengahan bulan ini sebuah film berjudul Dear Nathan menjadi sorotan masyarakat. Film yang diambil dari novel laris berjudul “Dear Nathan” ini menceritakan kisah cinta anak SMA Garuda bernama Nathan (Jefri Nichol) dan Salma (Amanda Rawles). Diceritakan tentang Salma Elvira yang merupakan murid baru di SMA Garuda yang pertama kali mengenal Nathan ketika ia terlambat masuk sekolah. Nathan membantunya untuk menyelip ke dalam sekolah untuk menghindari hukuman karena terlambat upacara bendera. Mulanya, Salma sama sekali tidak mengenal Nathan. Sampai akhirnya ia baru mengetahui jika pria yang menolongnya hari itu adalah Nathan, murid di SMA nya yang terkenal suka tawuran dan membuat masalah. Perasaan Salma bercampur aduk, antara ilfeel ketika mendengar cerita tentang Nathan dari teman-temannya, dan rasa takjub dengan semua usaha yang dilakukan oleh Nathan untuk mendekatinya. Salma menjadi sosok yang bisa membuat Nathan jatuh hati dan berusaha sedemikian keras untuk mengambil hatinya. Meskipun Salma masih belum mengerti dengan perasaannya karena ia belum pernah pacaran sebelumnya.

Sebagai remaja yang sedang dimabuk asmara, Nathan melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan simpati dari Salma. Nathan rela menunggu Salma sampai ia selesai mengikuti rapat OSIS agar bisa mengantarkan Salma pulang bersama, menemani Salma berkeliling toko buku, menemani Salma ke Monas, dan hal-hal lainnya. Sayangnya, dibalik kebahagiaan dua insan tersebut, kembali datang sosok Seli yang merupakan masa lalu dari Nathan.

Kedua karakter yang berbeda: Nathan dengan mudah tersulut emosi dan suka tawuran, serta Salma dengan tingkah polos dan teladan akan menjadi bumbu-bumbu manis di film yang tayang 23 Maret ini. Untuk para pembaca yang ingin mengenang masa SMA bisa menjadikan film ini sebagai rekomendasi. Selamat menyaksikan! 

Penulis : 
Novia @noviafadina

Istirahatlah kata-kata : Sendiri bersama Wiji Thukul

|
www.padapanik.com - 19 Januari 2017 adalah hari perdana pemutaran film "Istirahatlah Kata-kata". Sayangnya banyaknya film yang masuk di tanggal itu  membuat film ini hanya mendapat 2 layar di pemutaran perdana nya. Di Bandung hanya ada Cihampelas walk pada jam 12.00 dan 14.00 siang. Bahkan pembelian tiket baru di buka pukul 11.30. Apakah pihak bioskop meragukan peminat film ini?

Siang itu, ada suasana berbeda di XXI ciwalk. Bioskop di penuhi orang-orang dengan penampilan berbeda, mungkin di penuhi para kritikus film, aktivis atau para penggemar sastra. Saya kurang paham sebenarnya, Wiji Thukul hanya saya ketahui sepintas tanpa mendalami sejarah track record nya. Tapi sejak awal melihat trailer nya, saya jadi tidak sabar menunggu film nya. Ternyata pihak bioskop salah, Ruangan bioskop penuh bahkan di pemutaran kedua pun ikut sold out. Hal ini membuat XXI menambah menjadi 5 kali pemutaran dalam sehari. 

Wiji Thukul (Gunawan Maryanto) adalah seorang penyair yang pada tahun 1980an menjadi populer dengan menciptakan puisi yang menjadi bahan bakar perlawanan terhadap tirani orba masa itu. Wiji Thukul bukan berasal dari kalangan mahasiswa, ia hadir dari kalangan rakyat kecil yang memilih turun langsung dalam usaha menggulingkan pemerintah. Kerusuhan Jakarta 1996 membuat ia dianggap berbahaya dan menjadi buronan pemerintah. Wiji Thukul akhirnya bersembunyi jauh hingga Pontianak dan berusaha hidup dengan identitas palsu. Disisi lain, Istrinya Sipon (Marissa Anita) hidup dengan dua anak nya di solo dalam pengawasan yang ketat. 
Film biografi / sejarah memang biasanya berjalan lambat. Alurnya pelan sehingga bagi yang tidak biasa akan mudah untuk meninggalkan kursi lebih cepat dari seharusnya. Film ini memulai dengan bahasa-bahasa sinematografi yang tidak mudah untuk di mengerti. Saya hanya mencoba menikmati suguhan audio visual nya saja selama beberapa menit awal. 

Sinematografi film ini harusnya mendapat penghargaan, suguhan tempat-tempat sederhana berhasil di buat indah dengan sudut pengambilan gambar yang brilian. Bahkan colour grading (teknik pewarnaan pada gambar) nya pun tidak banyak atau mungkin penggunaannya yang tidak berlebihan. Harusnya ini menampar para filmmaker yang menghabiskan ratusan juta untuk mengambil set lokasi di luar negeri. 

Sorotan saya tidak hanya pada visualnya saja, tapi pada penata suara yang gak kalah brilian nya. Sangat detail. Di beberapa scene saya mencoba memejamkan mata untuk menikmati audio nya yang lebih banyak bercerita. Beberapa scene sengaja tidak di buat stereo untuk menyempurnakan hasil film. Harusnya film ini jadi salah satu referensi penting dalam mata kuliah Sinematografi. Scene favorit saya adalah saat Wiji Thukul dan kedua teman nya ke warung kopi di malam hari. Hanya ada satu kamera yang mengambil dari sudut sempit mencoba menvisualkan suasana tanpa ada perpindahan kamera dalam waktu yang lama. Disitulah penonton akan fokus menikmati suguhan audio yang bercerita jauh lebih banyak tentang betapa serunya obrolan mereka malam itu. Saya juga merinding ketika Wiji Thukul dan Sipon bersenandung lagu "Darah juang" dengan siulan untuk melepas rasa rindu mereka. 

Film ini secara keseluruhan minim dialog, sinematografi dan audio nya memperkuat jalan nya cerita. Bahkan beberapa scene sepertinya di ambil di waktu-waktu yang sangat niat. Sampai saya menyadari satu hal. Film ini mengajak kita untuk merasakan kesendirian dan ketakutan menjadi seorang Wiji Thukul. Film ini membawa penonton kedalam kehidupan seorang penyair yang harus berlari menjauh dari musuh yang ada dimana-mana. Sosok protagonis namun harus meninggalkan istri dan anaknya selama berbulan-bulan untuk bersembunyi. Selama berpuluh-puluh menit saya dipaksa mengenal seorang Wiji Thukul dan merasakan perjuangan nya yang menyedihkan. 

Wiji Thukul tidak berani keluar saat matahari terik, ia akan keluar di malam hari hingga subuh ber melankolia dan menuliskan kata-kata yang ada di kepala nya. 

Film ini tidak setegang yang kalian bayangkan. Tenang saja, banyak dialog-dialog yang mengandung humor sehari-hari. Mudah untuk menimbulkan tawa. Film ini menggambarkan bahwa Wiji Thukul selalu menggunakan bucket hat dan totebag menunjukan betapa hipster nya di zaman itu. Bahkan sebelum style itu di banyak di pakai di acara gigs musik.

Seperti kebanyakan film sejarah, film ini berakhir dengan sendirinya dan sisanya di jelaskan melalui tulisan. Jelas film ini tidak di tulis ala 3 babak yang telah di siapkan happy ending nya di akhir. Namun saya ingin memuji Yosep Anggi Noen dan para kru. Semoga film ini mendapat lebih banyak lagi apresiasi.

Oh iya, film ini juga di tayangkan di beberapa festival film di luar negeri dengan judul "Solo solitude". Puisi "Bunga dan Tembok" yang di musikalisasi oleh Fajar Merah sang anak menjadi bagian yang manis di akhir. Saya dan penonton lainnya seperti di beri waktu dan fokus tingkat tinggi sebelum lagu itu di putarkan. Dan hingga saat ini masih saya dengarkan hingga review ini selesai.

"Seumpama bunga, kami adalah yang tak kau hendaki tumbuh".....

                       

8,5/10

Penulis :
Ashari @arhieashari, 
Tiket disponsori oleh ffbcommm

Cek Toko Sebelah : Drama komedi Highly Recommended

|

www.padapanik.com - Setelah kesuksesan "Ngenest". Ernest Prakasa tidak mau menunggu lama untuk segera menyelesaikan film kedua nya. Menjadi Penulis naskah, Sutradara sekaligus pemain tidak membuat Ernest kesulitan untuk segera mendulang kesuksesan nya kembali. "Cek toko sebelah" hadir dengan biasa saja tanpa pernah menjadi salah satu film yang di tonton dengan ekspetasi tinggi. 

Kalian pasti merindukan film yang mengangkat kisah sehari-hari yang sederhana dan erat dengan budaya. Tanpa harus mengeluarkan budget besar-besaran untuk syuting di luar negeri, atau menghabiskan ratusan juta untuk efek CGI yang memanjakan mata. Kemana pun kemajuan film Nasional nantinya pergi, Film-film sederhana dengan kisah yang ringan akan tetap dirindukan. Seperti film-film Monty Tiwa misalnya. 

Etnis Tionghoa di Indonesia yang erat mindset nya dengan pedagang atau membuka toko menjadi benang merah dalam film ini. Koh Afuk (Chew Kin Wah) adalah seorang pedagang toko sembako yang mulai sakit-sakitan dan merasa harus mewariskan toko ke anak bungsu nya Erwin (Ernest Prakasa). Sedangkan Erwin adalah seorang excecutive muda yang karir nya cemerlang bahkan sedang di promosikan untuk bekerja di Singapura. Disatu sisi, Yohan (Dion Wiyoko) adalah anak sulung dari Koh Afuk yang ingin sekali melanjutkan toko, sayangnya hidupnya yang berantakan membuat orang tua nya tidak mempercayai nya. Konfik tiba ketika Erwin harus memilih antara melanjutkan toko atau meneruskan karir, sedangkan di sisi lain, seorang pengusaha properti ingin membeli toko Koh Afuk. 

Jika di lihat dari sinopsis nya, Jelas sekali kalau cerita nya sederhana. Tapi tidak jika kalian sudah menonton filmnya. Karakter dan situasi disusun dengan baik sehingga penonton bisa memahami betul emosi nya. Penonton akan dibawa mengenal ketiga karakter utama lalu belajar memaknai pilihan dan kedekatan emosional dengan keberadaan toko. Bahkan ada beberapa detail yang berhasil diingat penonton. Misalnya tentang ibu Hilda yang suka ngutang. Saat di bahas di akhir, orang langsung related tentang kebiasaan utang nya. Padahal karakternya tidak banyak di tampilkan. Penonton yang tertawa berarti memahami betul karakter ibu wiwin yang hanya di tampilkan sekilas tersebut. 

Kalau Raditya Dika mengamini dan menjadikan jokes tentang akting nya yang begitu-gitu saja, Ernest malah habis-habisan mengeksplore kemampuan akting nya dalam scene-scene drama yang sulit. Apalagi setelah menimba pengalaman beradu akting dengan Reza Rahardian di film "Rudy Habibie" sebuah film yang minim komedi. Dion Wiyoko dan Chew Kin Wah adalah lawan main yang tepat. Ketiganya beradu peran dengan sangat dramatis, khususnya Dion Wiyoko yang semakin matang dari film satu ke film selanjutnya. Sayangnya peran Nathalie (Gisella Anastasia) tidak mengimbangi dengan baik. Memerankan tokoh penting dalam film pertama sepertinya jadi cobaan tersendiri. 

Selalu ada komedi yang miss, Tapi pecahnya scene komedi nya membuat orang memaafkan itu. Seperti biasa, humor dalam film ini di perkuat dengan keberadaan para Stand Up Comedian. Tidak tanggung-tanggung, Ernest mengkonfirmasi ada sekitar 20 komika yang ikut bermain dalam film ini. 
Tentunya, tingkah duo komika bekasi paling rese "Awwe" dan "Adjis Doa Ibu" masih menjadi jagoan dalam film ini sama halnya seperti di film Ernest sebelumnya. Kisah cinta segitiga antara "Dodit Mulyanto", "Arafah Rianti" dan "Anyun Cadel" juga gak kalah kocaknya. Sedangkan di pemain non komika. "Asri Welas" sangat berkarakter dan mengundang tawa sebagai bos perusahaan yang care tapi annoying. Jangan lupakan, "Kaesang" akan jadi kejutan di film ini.

Jangan berharap film ini hanya komedi. Drama dalam film ini digarap dengan sangat serius. Beberapa scene sangat menguras air mata bagi si peka. Sangat emosional, kejelian Ernest menyusun skrip-skrip drama yang tidak lama kemudian diangkat kembali ke komedi-komedi situasi yang gak kalah cerdas nya. Oh iya, film ini juga di dukung dengan baik oleh soundtrack-soundtrack nya. Film ini jadi sangat reccomended di awal tahun ini. Bahkan film ini layak di putar di negara-negara tetangga.

Rating 8.5/10

                       

Penulis :
Ashari, @arhieashari berharap kelak bisa segera menulis skrip komedi. 

HANGOUT : Thriller Comedy, Pembuktian Raditya Dika

|

www.padapanik.com - Hanya rentan beberapa bulan sejak Koala Kumal berhasil menembus 1,8 Juta dan bersaing dengan 4 film Indonesia lainnya di daftar film Indonesia yang tayang di bioskop saat hari libur lebaran, Raditya Dika kembali menyelesaikan film terbaru nya berjudul "Hangout" dan di tayangkan di bulan desember which is itu sangat ketat persaingannya.

Setelah "Koala Kumal" keluar, entah kenapa semakin banyak orang yang menyinyir Raditya Dika di media sosial. Salah satunya di Hipwee yang membahas tentang prediksi bahwa tidak lama lagi orang akan bosan dengan Raditya Dika. Hal itu sepertinya sampai ke telinga sang penulis hingga tidak lama "Hangout" hadir menjadi sebuah pembuktian seorang Raditya Dika. 

Gak tau kenapa, yang orang ingat dari setiap karya Raditya Dika hanya soal cinta. Padahal, beberapa karya dikemas dengan sangat jenius bahkan cara menulis komedi nya menjadi influence yang sangat berpengaruh bagi perkembangan industri komedi di Indonesia. Buku "Manusia setengah salmon" dan "Koala Kumal" misalnya. Value dalam buku pasti akan melewati ekspetasi para konsumen buku humor karena pembaca akan di buat berpikir hal-hal yang tidak kita sadari sebelumnya. 

Dalam 1 tahun membuat 2 film dan menjadi raditya dika itu sulit. Setelah di ejek karena karya nya "cinta-cintaan doang". Raditya dika menyelesaikan waktu singkat dengan membuat film bergenre Thriller-Comedy sebuah langka yang berani untuk membuktikan sesuatu. 

9 orang public figure diantara nya Raditya Dika, Mathias Muchus, Soleh Solihun, Prilly Latuconsina, Gading Marten, Dinda Kanya Dewi, Surya Saputra, Titi Kamal dan Bayu skak di undang seorang sosok misterius ke sebuah pulau. Bukannya di ajak syuting seperti yang mereka harapkan. Mereka malah mati satu-persatu hingga akhirnya yang tersisa berusaha mencari tahun siapa pembunuhnya. 

Hanya itu yang bisa saya tulis di sinopsis menunjukan film ini memang punya cerita sederhana dan rentan spoiler. Tidak hanya jalan cerita, ada beberapa hal yang membuat film ini bisa selesai dengan cepat. Meskipun melalui vlog yang di unggah di youtube, terlihat proses syuting nya sangat sulit.

Sebuah film membutuhkan waktu penulisan dan proses kreatif yang panjang, produktivitas Raditya dika dan kejeniusan nya mampu mengakali film ini agar bisa selesai dengan cepat. Di antara nya :

  1. Cerita ini sangat sederhana, kalau kalian penggemar card game / board game "Werewolf" pasti familiar dengan cerita ini. Bahkan di Jepang pernah membuat film yang ceritanya di adaptasi dari game ini. Raditya Dika adalah penggemar dan pemain pro dalam permainan ini. 
  2. Hanya ada 9 pemeran utama termasuk dia yang semuanya adalah aktor pro. Kecuali Bayu Skak yang meskipun adalah Youtubers, ia juga sudah beberapakali terlibat dalam film sebagai pemeran utama. Hal ini di buktikan Radit yang biasanya hanya mengandalkan Stand Up Comedian atau Youtubers pemula untuk mengurangi budget sekaligus menjadi buzzer untuk filmnya. 
  3. 9 Pemeran utama tersebut memerankan dirinya sendiri, nama mereka sendiri dan profesi mereka sendiri. Meskipun ada beberapa improve untuk kebutuhan komedi, yang jelas untuk membentuk karakternya tidak akan begitu menguras waktu karena aktor yang di pilih sudah memiliki background yang kaya. 
  4. Menulis skrip komedi memang sangat susah, di tambah lagi ia harus menulis materi untuk Stand Up Comedy dan beberapa kerjasama brand yang pasti menguras ide. Oleh karena itu, materi komedi kali ini kebanyakan seputar kehidupan pribadi para pemain. Jokes sehari-hari. Berbeda dengan Koala Kumal yang memperbanyak komedi situasi. Kali ini memasukan unsur komedi ceng-cengan sehari-hari atau bisa termasuk materi roasting tiap pemain. Sehingga mudah related dan mudah untuk di tertawakan. Seperti membahas Prilly sebagai mantan pemain GGS, atau Gading Marten yang masih kalah terkenal dengan Roy marten sang ayah. Komedi yang mudah, Radit hanya memikirkan timing nya yang pas. 
  5. Ingat film "Single" dimana Radit mengajak Babe Cabita dan Pandji Pragiwaksono untuk menjadi partner bermainnya? Hasilnya di bawah ekspetasi. 3 Stand up comedian senior itu ternyata tidak cocok, tektok yang di tawarkan tidak seru sama sekali. Kali ini, Raditya Dika mengajak Soleh Solihun dan Gading Marten sebagai partner nya. Hasilnya? Pecah!! Soleh Solihun di bebaskan ngoceh sepuasnya dan apapun yang keluar dari mulutnya seperti terlalu mudah untuk lucu. Jangan lupa masih ada 6 pemain lainnya yang siap menambah amunisi komedi nya.
Film ini di selesaikan dengan cepat dan pastinya tidak lama lagi akan menembus 1 juta penonton. Sayangnya Image Radit yang lama membuat para calon penonton menganggap bahwa film Radit hanyalah untuk segmentasi remaja. Sehingga menurunkan minat untuk menonton. Padahal ini adalah film Raditya dika pertama yang hanya bisa di tonton umur 13 tahun keatas. 

Ceritanya sederhana, dengan genre thriller dan comedy yang sangat kontradiksi. Sayang sekali, Teka-teki di selesaikan dengan terlalu mudah, modus pelaku nya juga cukup mengerutkan dahi. Plus nya, Raditya Dika selalu berhasil mengakhiri konflik dengan manis. Spesialis yang jarang orang ingat. 

Filmnya sangat padat, konflik sangat cepat. Ada beberapa adegan klise yang membosankan. Film ini disusun lumayan rapih. Sebagai spesialis film komedi, Adegan Thriller yang di tampilkan tidak main-main. Efek sadis dan darah pun cukup seram. Meskipun tetap saja bikin ketawa. Kalau saja film ini di persiapkan lebih lama, saya yakin hasilnya akan jauh lebih maksimal. 


Di luar itu, Prilly Latuconsina menunjukan kualitas akting yang sangat baik. Mungkin beberapa tahun lagi dia bisa jadi aktris yang mumpuni. Dinda kanya dewi memiliki peran yang cukup membantu komedi, sayangnya beberapa terlalu over, meskipun adegan paling pecah ada di scene dia. Di paragraf ini, saya tetap ingin memuji trio Raditya Dika, Soleh Solihun dan Gading Marten yang solid membentuk set up dan punchline. Komedi nya jelas sekali tidak di tulis oleh Radit sendiri. Mengingatkan saya pada Trio Warkop (maafkan saya fans warkop). Tapi celetukan Soleh Solihun sangat kaya akan komedi mengingatkan saya pada almarhun Kasino. Radit menjadi Alm.Dono dan Gading menjadi Indro. Itu versi saya loh ..


Rating 7.0 / 10

                     
Penulis :
Ashari @arhieashari, mengkonsumsi karya Raditya Dika sejak SMA.  

SCENE PENUH DEJAVU DI FILM WARKOP DKI REBORN PART 1

|

www.padapanik.com - Kalau ngomongin film "Warkop Reborn" mungkin sebagian udah pada bosan. Iyalah, beberapa bulan terakhir nih film jadi pembicaraan banyak media bahkan sejak para pemain nya belum ketahuan. Beberapa minggu sebelum penayangan di bioskop, para calon penonton di buat penasaran dengan muncul nya para cast di hampir seluruh program TV bahkan vlog mereka di akun "falcon" juga selalu update dan memenuhi beranda youtube. 

Kesempatan mengadaptasi dari film-film Warkop yang melegenda ini sepertinya tidak di sia-siakan oleh Falcon. Hal ini di perkuat dengan divisi marketing dari mereka yang sudah sangat solid, pastinya bakal teringat bagaimana film "Comic 8" di manjakan dengan strategi promosi yang baik dan hasilnya yang selalu di atas 1 juta penonton. Maka pada salah satu episode serial "Socmed Today" di channel youtube padapanik, kami tidak ragu memprediksi film Warkop akan mudah menembus 1 juta penonton. 
Warkop DKI Reborn part 1 menceritakan tentang tiga orang anggota CHIPS (Cara Hebat Ikut Penanggulangan Sosial) Dono (Abimana Aryasatya), Kasino (Vino G. Sebastian), dan Indro (Tora Sudiro) di beri tugas oleh bos (Ence Bagus) untuk menghetikan aksi begal di ibukota. Sayangnya di tengah-tengah menyelesaikan tugas, mereka bertiga malah terkena musibah dan akhirnya harus mengganti biaya ganti rugi sebesar 8 Miliar rupiah atau mereka akan masuk penjara. Ditengah keputusasaan, mereka bertiga mendapat misi baru untuk memecahkan kode rahasia untuk mendapatkan warisan yang mungkin bisa menyelamatkan nasib mereka bertiga. 
Film di mulai dengan munculnya Pakde Indro yang asli untuk membacakan beberapa berita ngawur yang sayangnya tidak berhasil, meskipun mengingatkan kita pada adegan warkop namun jokes nya membuat satu studio bioskop hening. Saya mulai mengerutkan dahi dan menurunkan ekspetasi bahwa film ini memang hanya untuk nostalgia belaka. Sejak awal saya kurang yakin kalau jokes warkop masih bisa relevan di zaman sekarang (relevan dalam artian pecah). 

Sayangnya prediksi saya salah, hanya beberapa menit setelah adegan tersebut, satu persatu akting Warkop versi 2.0 ini membuat satu studio terbahak-bahak. Ini benar-benar parah, Penonton di hajar terus-terusan dengan punchline yang nonjok meskipun beberapa jokes mampu di tebak penonton.

Saya harus memuji para penulis dan consultant comedy yang bertanggung jawab atas kelucuan ini. Benedion, Awwe dan Arie Kriting. Sebelumnya yang saya ingat dari Warkop hanyalah perpaduan antara Slapstick dan adegan vulgar. Film ini menyadarkan saya tentang beberapa hal rumus dari film warkop secara kompleks.
  1. Warkop identik dengan mengisi kekosongan frame dengan stock shoot yang menampilkan fenomena sosial di masyarakat yang tidak jarang tetap mempertahankan ritme humor di dalam film nya. Mulai dari kelakuan pengemudi motor di jakarta sampai tulisan-tulisan lucu di bagian belakang truck. 
  2. Pakde Indro pernah mengatakan kalau Warkop sebenarnya adalah Stand up comedian yang selalu membawa isu sosial politik di berbagai panggung. Sayangnya untuk generasi kayak kami belum sempat menikmati hal tersebut karena hanya tau film-film slapstick nya saja. Di film ini jelas sekali banyak isu sosial politik yang ingin di sampaikan. Meskipun sangat sulit membungkusnya dengan komedi. 
  3. Jangan lupa, Warkop juga identik dengan editing keren yang malah menghasilkan kelucuan. Di film-film terdahulu, Warkop menggunakan trik kamera yang unik dan imajinasi yang liar. Kali ini (karena kecanggihan jaman) editing juga di tambahkan dengan CGI (Computer Graphic Image) yang menambah kelucuan. Meskipun editing nya jelas sekali, tapi selalu bisa di amini saat menonton film humor. 
  4. Warkop memiliki pembagian peran yang sangat baik antara ketiga pemainnya. Indro menjadi playmaker, Kasino menjadi eksekutor dan Dono menjadi target man atau bisa juga jadi sasaran utama. Uniknya, Dono selalu memiliki hoki paling tinggi diantara semuanya. Sehingga menjadi kekayaan cerita dan humor tersendiri. 
  5. Warkop identik dengan musik juga. Beberapa lagu yang dibawakan mereka langsung bisa diingat dengan baik. Tidak jarang masyarakat mengklaim lagu yang dibawakan adalah lagu warkop (padahal beberapa adalah adaptasi bahkan cover dari lagu lain). Sayangnya di film ini Vino G. Sebastian menyanyikan "Nyanyian kode" saya rasa kurang berhasil. Memang Vino bukan seorang penyanyi, berbeda dengan Kasino yang terkenal paling jago masalah lagu.
  6. Sisanya adalah Jokes Slapstick, Warkop Angel yang sexy, dan komponen-komponen lainnya.
Dalam film ini juga terdapat jenis jokes yang menceritakan bahwa mereka benar-benar sedang syuting, saya sendiri belum tau jenis jokes apa itu tapi sudah sering di gunakan di berbagai film maupun sitkom. Jokes seperti "Namanya properti syuting pasti ringan yah", "Jangan sampai ketinggalan, biar kontini", "yah namanya adegan kejar-kejaran yang harus seru lah" atau "Ah elu, nambah-nambah durasi aja".  Entah apa istilah untuk jokes satu itu. Ada yang tahu?

Film ini kaya sekali dengan jokes stand up comedy yang di tulis dengan baik. Kalian akan menemukan pola semacam "Rules of three" atau "Callback" dalam alur cerita nya. Kalau sudah begini, saya optimis dengan masa depan film komedi di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya profesi "Consultant comedy" tadi. Dan adegan-adegan khas yang membuat dejavu dan nostalgia di jahit dengan rapi sehingga tidak terkesan maksa.

Saya benci mencari hal negatif dalam film yang saya sukai, tapi jika itu di butuhkan untuk menjadi sebuah review yang kompleks. Ada beberapa hal yang harus saya kritik misalnya penampilan Dono dengan perut yang terlalu over (film aslinya tidak sebesar itu), Akting Tora yang masih terlihat sangat tora, bahkan jokes-jokes pun saya percaya adalah khas dari Tora Sudiro itu sendiri, Alur cerita yang terlalu sederhana, bahkan pemilihan diksi 8 Miliar untuk ganti rugi menurut saya terlalu impossible untuk di percaya. Padahal hanya 1M saja, penonton akan lebih mudah related dan percaya. Saya juga menyayangkan peran Pakde Indro yang hanya berperan layaknya Adjis Gagap dalam OVJ. Sayang sekali.

Part kedua bersambung dengan cukup baik, tidak begitu nanggung karena berhenti ketika memasuki petualangan selanjutnya. Belum ada bocoran kapan tayang, Tapi penonton malah makin dihajar dengan adegan bloopers diakhir film yang sangat pecah (tidak perlu menunggu credit tittle). Goodjob lah semua yang terlibat dalam film ini, terimakasih sudah sangat menghibur. Jayalah film Indonesia.


                

Penulis :
Ashari @arhieashari, Penikmat warkop dari VCD dan TV di hari libur lebaran.

Koala Kumal : Sebuah komedi patah hati lagi

|

www.padapanik.com - Raditya dika kembali dengan karya terbaru nya, Koala kumal. Lagi-lagi diangkat dari sebuah buku nya yang selalu laris manis kayak kue cubit greentea. Dan seperti biasa, hewan menjadi inspirasi nya dalam menganalogi kan keresahan nya. Kali ini sebuah lukisan koala di sebuah hutan di Australia yang habis di tebang dirasakan Raditya dika sebagai sebuah peristiwa kembali nya seseorang ke suatu tempat yang telah ditinggalkan, namun terasa sangat berbeda ketika pulang.

Koala kumal, rasanya tidak perlu di beri sub judul "Sebuah komedi Patah Hati". Karena hampir semua film dan karya Raditya dika berbicara tentang patah hati. Bedanya, keadaan nya di buat se complicated mungkin sehingga menjadi film Patah hati terhebat yang pernah di buat Raditya Dika.

Dika (Raditya Dika) harus merasakan patah hati di ambang pernikahan nya dengan Andrea (Acha Septriasa) yang merasa bertemu dengan cinta sejatinya James (Nino Fernandez). Keadaan tersebut membuat Dika merasakan patah hati terhebatnya sehingga menganggu produktivitas nya menyelesaikan buku terbaru dan tidak bisa menemukan pengganti Andrea dalam kurun waktu yang lama. Hingga akhirnya Dika bertemu Trisna (Sheryl Sheinafia) seorang ketua club buku dengan kepribadian yang unik dan berusaha menjadi pahlawan yang membantu Dika menyelesaikan masalah nya dan keluar dari patah hati terbesarnya. Sayangnya Trisna memiliki ide-ide yang absurd dan tidak mudah untuk berhasil begitu saja. 

Setelah menonton film nya, saya pribadi hampir tidak mengingat cerita mana yang diangkat dalam buku nya. Saya sudah membaca buku Koala Kumal dan tidak familiar sama sekali dengan tiap adegan nya. Raditya Dika hanya mengangkat benang merah dari analogi Koala Kumal dalam buku nya.

Lagi-lagi film ini punya kekuatan yang kuat karena dari pemain utama hingga figuran memiliki nama-nama besar yang sudah memiliki penggemarnya masing-masing. Stand up comedian seperti McDanny, Rahmet Ababil, Hifdzi Khoir, Muhadkly Acho, Ernest Prakasa dan Yudha Keling tentunya. Duet Ernest dan Raditya dika jauh lebih klop di bandingkan di Trio di film "single" (Pandji dan Babe). Sayangnya, scene nya tidak begitu banyak. Duet tersebut mengingatkan saya pada kesuksesan duet Raditya Dika dengan Ryan Andriandy yang sukses di serial Malam Minggu Miko. Bad news nya, beberapa komika lainnya terasa tidak maksimal. Atau tidak di maksimalkan oleh script. Entahlah.


Film ini juga terbantu dengan peran para Youtubers familiar yang lalu lalang sebagai cameo dalam film ini. Tomy Limmm, Kevin Anggara, Arif Muhammad, Pao Pao LDP, Duo Harbatah, dan duo pasangan Indovidgram Ardina Putri dan Dhino haryo yang cukup mengambil peran dalam film ini. Youtubers sepertinya mulai menjanjikan aktor-aktor baru berbakat.

Raditya dika memanfaatkan momen film ini untuk berduet dengan nama-nama besar dalam dunia perfilman tanah air. Selain itu, Dika berani berduet dengan Acha Septriasa yang mungkin jauh lebih berpengalaman. Sheryl mungkin menjadi salah satu daya tarik terkuat film ini. Dika sepertinya sudah sangat mempersiapkan karakter Trisna untuk Sheryl, bahkan gaya komedi nya berbeda dengan karakter Dika yang absurd dan konyol. Sedangkan karakter Trisna di buat lucu dengan komedi situasi yang sederhana tapi pecah. Sayangnya karakter Trisna yang sok tau, punya ide-ide absurd yang selalu gagal, dan percaya diri mengingatkan saya pada karakter Ryan di serial Malam minggu miko. Hampir tidak ada bedanya kecuali gender dan latar belakang kehidupan karakternya.

Jika film "single" terlalu mengandalkan kualitas Cinematografi dan Visual Effect nya, di Koala kumal dibuat seimbang. Meskipun tidak terlalu mewah seperti film sebelumnya, kualitas Cinematografi nya sangat memanjakan mata di seimbangkan dengan script komedi absurd khas Raditya dika. Yah seperti biasa, selalu saja ada punchline yang miss. Menulis script komedi memang berat. Dan sebagai stand up comedian, Raditya dika jelas meletakan punchline terbaik nya di akhir layaknya sebuah set Stand up comedy. Dan tentunya di akhiri dengan kalimat-kalimat baper seperti di setiap karya nya.

Bagi saya, mungkin ini salah satu film terbaik Raditya dika.  Jika film "Single" terkesan hambar dan drama, Film Koala kumal menyeimbangkan komedi dan drama nya dengan sangat baik. Saran saya, sebaiknya Raditya dika tidak terlalu memberi embel-embel komedi pada film selanjutnya. Karena ekspetasi penonton akan lebih mengarah ke komedi daripada jalan ceritanya. Sehingga wajar jika mendapat banyak kritikan negatif. Andai film Koala Kumal di sounding sebagai film drama, komedi nya akan dianggap sebagai nilai plus nya. Sedangkan jika di sounding sebagai film komedi, orang akan fokus kepada setiap scene dengan harapan ada punchline yang lucu di setiap akhir scene nya. Padahal sejak dulu, karya Raditya dika tidak hanya soal komedi tapi juga soal keresahan.

                       
Penulis :
Ashari @arhieashari, penonton Koala kumal di akhir-akhir penayangan karena mudik. 

RUDY HABIBIE : ENDING TERTEBAK YANG DIKEMAS SANGAT BAIK

|

www.padapanik.com - Film Habibie & Ainun yang telah dirilis di tahun 2012 lalu masih menjadi salah satu film Indonesia yang sukses dan berhasil mencetak angka penonton yang fantastis. 4 Juta penonton membuat film arahan Faozan Rizal ini menjadi 10 besar film dengan penonton terbanyak di Indonesia. Kisah romantis dan inspiratif dari seorang tokoh bangsa sepertinya berhasil di ramu dalam sebuah film berdurasi 180 menit yang juga berhasil memperkenalkan sosok mantan presiden Indonesia ke-3 tersebut ke kalangan yang lebih luas dan tentunya meningkatkan rasa hormat masyarakat Indonesia terhadap pribadi dan perjuangan nya untuk Indonesia. Jika film ini ada sekuel nya, sebagai penonton saya sendiri tidak bisa menebak cerita yang akan diangkat.

Tongkat estafet sekuel Habibie & Ainun selanjutnya diserahkan kepada Hanung Bramantyo untuk menvisualisasikan naskah berjudul "Rudy Habibie" yang di bebani penuh oleh ekspetasi tinggi dan sinis nya para penonton setia film selanjutnya.

Film Rudy Habibie mengangkat kisah Bacharuddin Jusuf Habibie muda (Reza Rahardian) yang mengenyam pendidikan di RWTH, Aachen, Jerman. Cerita yang diangkat adalah masa saat belum bertemu sosok Ainun yang pastinya tidak ada dalam film kali ini. Rudy bertemu dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang juga sedang menyelesaikan studi nya antara lain Liem Keng Kie (Ernest Prakasa), Poltak Hasibuan (Boris bokir), Ayu (Indah Permatasari) dan Peter (Pandji Pragiwaksono) dan berjuang bersama-sama di bawah nama Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) untuk mewujukan mimpi-mimpi Rudy yang dianggap kurang rasional dan masuk akal. Dalam perjalanan nya, Rudy bertemu dengan seorang wanita Polandia yang menjadi satu-satunya figur yang selalu percaya pada cita-cita besar nya. Illona Ianovska (Chelsea Islan) yang seketika menjadi kekasih Rudy dalam waktu singkat. Perjalanan seorang Rudy di Jerman tidak begitu mulus karena banyaknya pertentangan dari pihak Panca dkk yaitu seorang mantan tentara pelajar. Bagaimana film ini menginspirasi?

Film ini dimulai dengan setting masa kecil habibie, saya lupa mereka mencantumkan tahunnya atau tidak. Mungkin sekitar tahun 40-an di mana agresi militer masih sangat gencar-gencarnya di Indonesia. Apalagi sampai jauh-jauh menyerang hingga kota kecil yang terletak 150km dari kota Makassar itu. Sayang sekali visualisasi kota Pare-pare tidak berhasil di wujudkan. Terlihat hampir sama seperti di jawa, tentunya di perburuk dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia bahkan tanpa logat bugis sama sekali, sehingga suasana kota tersebut tidak tergambarkan sama sekali. Hanya sekali menggunakan logat gorontalo hanya untuk menandakan perpindahan kota dari Parepare ke kota Gorontalo.

Alur cerita terus bergantian dari tahun 50-60an saat di Jerman dan masa kecil Habibie yang berusaha di hubungkan hingga berhasilkan menyalurkan perasaan perjuangan beliau pada waktu itu. Akting Reza rahardian kembali berhasil memukau sejak detik pertama kemunculan nya. Saya sendiri benci menulis hal yang sama ketika menulis review film yang diperankan oleh aktor senior tersebut. Untungnya film ini tidak melulu soal Reza rahardian, Film ini diperkuat Chelsea Islan yang mungkin menjadi salah satu penampilan terbaik di film yang ia bintangi (yang saya tonton). Memerankan karakter perempuan keturunan polandia yang fasih berbahasa Indonesia, tentu saja dengan aksen bule atau terkesan seperti noni belanda di jaman penjajahan. Terdengar sangat natural dan tidak dibuat-buat. Tentu saja wajah nya di perkuat dengan divisi wardrobe dan make up yang mumpuni, jadilah tokoh Illona yang cantik dan menarik perhatian. 

Film ini diperkuat lagi dengan para pemeran pendukung nya yang juga bermain maksimal. Boris bokir, Ernest Prakasa, dan Pandji pragiwaksono yang notabene nya adalah Stand up comedian yang menggelitik, kini menyelesaikan tantangan Hanung untuk bermain serius dan hasilnya, cool! Jangan lupakan karakter Ayu sang puteri keraton yang diperankan oleh Indah Permatasari. Menurut penuturan mereka disalah satu talkshow di televisi, karakter Ayu adalah karakter fiksi yang digabungkan dari berbagai karakter lain di kehidupan nyata, pastinya sangat sulit. 

Sayangnya film Rudy Habibie jelas sudah ketahuan ending nya, kisah cinta Habibie dan Ainun yang sudah di tonton jutaan orang kini mengangkat sosok wanita lain di masa lalu. Namun film ini sangat worth it untuk di tonton karena sinematografi nya yang memanjakan mata. Akhir-akhir ini, kualitas sinematografi film Indonesia memang semakin baik, apalagi diperkuat dengan visual effect yang semakin halus. Jangan lupakan kalau film ini adalah kisah hidup dari tokoh Nasional kita yang mendunia, yang pastinya penuh dengan adegan-adegan yang membakar semangat muda, optimisme anak muda, Perfectionist, Nasionalisme dll semuanya di buat dengan hati-hati tanpa membuat sosok Habibie terlihat terlalu sempurna karena diimbangi dengan kekurangan karakter yang di tampilkan. Minusnya, beberapa adegan dramatisasi membuat saya geleng-geleng kepala karena tau ini adalah biografi seseorang, sehingga saya sendiri tidak begitu percaya kalau hidup seorang Habibie se dramatis itu ketika melihat adegan nya. Saat penonton gak percaya, tentunya pesan dan emosi tidak akan sampai. Ya Sudah lah, film ini saya jamin masih sangat menghibur, bahkan saya pribadi lebih suka film ini di banding film pertama. Selamat menonton, selamat berlibur. 


                         

Penulis :
Ashari @arhieashari  Se-optimis Habibie dengan keberuntungan seburuk Donald Duck.

AACH.. AKU JATUH CINTA : Kisah cinta, Puisi Rumi, dan Musik Ismail Marzuki

|

Di tahun 2015 kemarin www.padapanik.com berharap bisa mereview setidak nya 1 film Indonesia setiap bulan nya, karena kami menyadari tinggi nya minat pembaca terhadap review-review film kami yang kebanyakan film hollywood dengan harapan, Masyarakat khususnya anak muda bisa lebih aware terhadap film Indonesia yang saat ini kualitas nya semakin baik, Sikap underestimate kita lah yang membuat semua film di Indonesia terkesan biasa aja. Sayangnya di beberapa bulan terakhir kami tidak bisa memenuhi target tersebut, hingga di tahun 2016 akhirnya kami kembali mendapat kesempatan, banyak nya film Indonesia berkualitas di tahun ini membuat kami bingung bahkan untuk membandingkan dengan film-film hollywood yang sudah siap merajai box office tahun ini. Setelah mereview "Surat dari Praha" akhirnya kami mendapat kesempatan untuk menghadiri pemutaran film "Aach Aku Jatuh Cinta" karya Garin Nugroho. Semoga jadi awal yang baik agar semakin banyak review film Indonesia di www.padapanik.com

www.Padapanik.com - Bulan februari buat penikmat film bisa bikin kantong kering, film-film keren seperti "Siti", "Surat dari Praha", "Ketika mas gagah pergi", "Talak 3", "Jagoan Instan" dan masih banyak lagi film keren di bulan ini, belum lagi saingan dengan film-film Hollywood. Sebuah kesempatan yang menyenangkan untuk mengenal film karya Garin Nugroho ini, sayangnya seperti kasus "Ayat-ayat adinda" di review sebelumnya, Pemilihan judulnya membuat penulis secara pribadi kurang berminat untuk memutuskan menonton film ini. Sehingga tidak ada ekspetasi yang tinggi ketika menonton film ini. 

Sinopsis : 
Film ini mengambil latar tahun 1970an hingga 1990 (semoga tidak salah) bercerita tentang persahabatan masa kecil Yulia (Pevita Pearce) dan Rumi (Chicco Jerikho) hingga akhirnya menjadi cinta, sikap Rumi yang sejak kecil di didik keras oleh Ayah nya dan di tinggal pergi oleh Ibu nya membuat ia tumbuh sebagai anak yang usil dan terus mencari perhatian seorang Yulia, yang secara tidak sadar mempermalukan Yulia sendiri karena caranya yang konyol karena tidak tahu cara mengutarakan rasa sayangnya, bahkan tidak jarang menjadi pembawa masalah besar bagi Yulia. 

Sifat Rumi yang demikian ternyata membuat Yulia sulit melupakan Rumi. Sejak berpisah, mereka terus berkomunikasi melalui botol limun yang berisikan surat. Hingga Yulia sadar, sulit sekali berpisah dengan seorang Rumi. 

Kisah cinta sederhana tersebut di kemas dengan sinematografi yang epic! Banyak sekali poin plus yang bisa diambil dalam film ini. Jika kalian anak muda penggemar band "White shoes and the couples company" kalian akan di bawa ke era yang menyenangkan seperti yang selalu di representasikan band tersebut (harusnya mereka yang jadi pengisi soundtrack nya!) Fashion warna-warni terasa pantas dan manis sekali apalagi dikenakan oleh Pevita pearce, dengan riasan sederhana ala remaja Indonesia jaman itu, dan juga era dimana Indonesia kental dengan budaya pop nya yang mendunia. Karya-karya emas Ismail marzuki menjadi bagian penting dalam membangun suasana. jika tidak salah ada 3 lagu salah satunya "darimana datang nya asmara" yang di populerkan oleh Memes serta "payung fantasi" semuanya kental dengan unsur pop jazz khas Indonesiana di zaman itu. Penulis sendiri berkaca-kaca sampai spechless saat menyaksikan Sinematografi, sastra, kisah cinta, dan musik zaman itu menyampaikan banyak kebahagiaan. Ini bukan kembali ke jaman muda karena penulis pun tidak melewati masa itu, hanya saja masa tersebut adalah golden era yang harus nya di kenang dan diadaptasi lagi, jangan hanya di apresiasi di negara luar saja. 

Sebenarnya beberapa adegan terasa "sinetron" sekali, atau beberapa adegan bahkan aneh dan terasa tidak relevan. Beberapa adegan dramatis pun malah menimbulkan tawa, mungkin karena kultur yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Contoh nya seperti di film "Tenggelamnya kapal Van der wick" di beberapa adegan sedih nya pun malah menimbulkan tawa ketika Herjunot berusaha berdialog dengan dialeg khas "Makassar" yang terdengar aneh di tambah dengan naskah jadul yang menyesuaikan novel nya.

Selain itu, yang perlu di acungi jempol adalah hasil edit colouring nya yang super keren. Property dan wardrobe nya mungkin salah satu penunjang nya juga. Dan jangan lupakan dialog dan puisi-puisi yang manis, cocok buat kamu yang hobi nya masang quote di timeline aplikasi chat. Karena film ini banyak sekali yang bisa dijadikan quote..
"Bertemu kamu seperti menemukan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Aku putuskan menaruh bom itu di kantungku. Maka jika bom itu meledak dekat jantungku, akan menjadi pijaran kembang api yang penuh kisah cinta."
Di beberapa part film ini para penonton akan di buat terbahak-bahak juga bertepuk tangan atas imajinasi-imajinasi unik dalam film ini. Film ini harusnya bisa tembus di atas 500 ribu penonton. Oh iya, film ini juga sudah di putar di festival International loh!


Genre : Komedi - Drama
Sutradara : Garin Nugroho

Pemain :
Pevita Pearce sebagai Yulia
Chicco Jerikho sebagai Rumi
Nova Eliza sebagai Ibu Rumi

Produksi : MVP (Multivision plus)
Rilis : 4 Februari 2016

Penulis : 
Ashari (@arhieashari), Anak muda yang punya selera tua, kadang sok tau tentang karya-karya Ismail Marzuki

SURAT DARI PRAHA : Kisah cinta aktivis yang diasingkan

|


www.Padapanik.com - Siapa bilang seorang aktivis tidak bisa galau karena cinta ? aktivis yang mempunyai citra keras, frontal dan radikal dikemas dengan penuh perasaan dalam film "Surat dari Praha" yang akhir januari kemarin rilis di Bioskop. Sebuah cerita tentang perjalanan seorang aktivis yang menolak rezim orde baru hingga akhirnya terbuang ke Praha, Rep. Czech dan kewarnegaraanya pun dilepas sehingga membuat dirinya tidak bisa kembali ke tanah air. Aktivis penolak rezim orde baru itu bernama Jaya (Tio Pakusadewo) Seorang sarjana nuklir yang menjadi pekerja bersih-bersih di sebuah teater di Praha.

Tokoh lainnya adalah Laras (Julie Estelle) Seorang anak dari Sulastri (Widyawati) yang mempunyai hubungan romansa dengan Jaya sebelum menikah dengan ayah dari Laras. Sulastri pun meninggal karena penyakit yang dideritanya, Laras pun sebagai anak satu-satunya mendapat warisan dari orang tuanya sebuah rumah beserta isinya dan juga sebuah kotak dan sepucuk surat. Laras akan mendapatkan warisan tersebut bila memenuhi permintaan terakhir dari orang tuanya yaitu mengantarkan kotak tersebut dengan sepucuk surat yang sudah tertera alamat ke Praha.

Laraspun mau tidak mau harus memenuhi wasiat dari orang tuanya untuk mendapatkan warisan tersebut karena Laras sedang membutuhkan biaya untuk bercerai dengan suaminya. Sesampainya di Praha Laras pun bertemu dengan Jaya untuk meminta Jaya menandatangani sebuah dokumen syarat lain agar Laras mendapatkan warisanya. Jaya langsung mengusir Laras setelah membuka kotak yang diberikannya. Drama terjadi antara Laras dan jaya karena Jaya menolak dan mengusir Laras dari apartemennya.

Setelah beberapa kali Jaya mengusir laras akhirnya Jaya menceritakan mengapa dirinya menolak kota tersebut dan akhirnya membuat Laras sadar dan sangat memahami Jaya akan keadaanya sekarang yang tidak bisa kembali ke tanah air dan menepati janji kepada Sulastri.

Film bergenre drama-romantis ini disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan diproduseri Glenn Fredly. Film ini mempunyai alur yang bisa membawa para penonton kedalam sebuah drama karena musik-musik yang dibawakan dan diciptakan oleh Glen Fredly ini seakan membius perasaan para penonton hingga ke klimaks. Lantunan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Julie Estelle dan Tio Pakusadewo dinyanyikan sangat tepat dengan kejadian yang ada didalam film membuat perasaan terpana saat menonton hingga bisa menitikan air mata.

Setelah sukses habis-habisan di bulan desemeber kemarin, Perfilman Indonesia seakan mengawali tahun 2016 dengan sebuah film yang sangat berkelas. Dari segi cerita hingga pengambilan gambar sangat berkelas. Sayangnya film-film Indonesia masih kesulitan dalam menggugah minat penonton Indonesia terkalahkan dengan banyaknya film-film hollywood yang dianggap lebih bergengsi.


Genre       : Drama, Romantis 
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko 
Produser  : Glenn Fredly

Pemain Film Surat Dari Praha : 
Tio Pakusadewo sebagai Jaya 
Julie Estelle sebagai Laras
Rio Dewanto sebagai Dewa 
Widyawati sebagai Sulastri

Produksi : Visinema Pictures
Tanggal Rilis : 28 Januari 2016

                       



Penulis :
Alta Titus (@altatitus),  Tukang Spoiler, Disaat skripsi nya belum terselesaikan, ia menyelesaikan beberapa review film. 

COMIC 8 CASINO KING PART I : JOKES SEGAR ALA COMIC, KEMEWAHAN VISUAL DAN ACTION BERKELAS

|

www.Padapanik.com - Kesuksesan para comic (sebutan untuk stand up comedian) dalam film Comic 8 membuat sang sutradara Anggy Umbara dan Falcon pictures untuk kembali membuat sequel keduanya. Para Comic pun yang terbilang masih baru dan belum banyak di kenal masyarakat luas (khususnya yang bukan penggemar Stand up comedy) ternyata langsung berhasil menarik perhatian masyarakat penggemar film. Hal ini jelas di buktikan dengan jumlah penonton di film pertama yang menembus angka 1,6 juta dan menjadi film dengan jumlah penonton paling banyak di 2014 mengalahkan The Raid 2. Sedangkan para komik akhirnya mendapat tawaran bermain di film-film lain.

Comic 8 Casino king sepertinya diyakini akan menyamai bahkan melebihi jumlah penonton di film sebelumnya. Oleh karena itu film di buat sangat detail dan rapih, meskipun beberapa jokes terkesan gagal. Comic 8 sendiri kali ini tidaklah lengkap. Saat pertama kali melihat poster nya beberapa bulan lalu, pikiran penulis langsung bertanya-tanya seputar ketidakhadiran Mudy Tailor, seorang comic yang terkenal dengan gitarnya. Sedangkan dalam film, Indro Warkop (Pimpinan Comic 8) mengatakan kalau Mudy sedang dalam perjalanan misi di Meksiko dan akan kembali lagi nanti (mungkin di sekuel ke 3). Kurangnya personil Comic 8 membuat Ge pamungkas menjadi pelengkap terakhir. Hal ini seperti nya menjadi strategi tersendiri karena Ge akan menambah warna komedi dengan Act nya yang berlebihan, terlebih lagi akan membuat fans-fans wanita untuk memenuhi bioskop. Jika diingat kembali, Ge di film sebelumnya ada di pihak Pandji pragiwaksono atau di pihak lawan. Sedangkan dalam Casino king, Ge menjadi salah satu orang yang bekerja di balik tim comic 8.

Film ini akan kembali membuat penonton kebingungan karena alurnya yang maju mundur. Sama seperti film sebelumnya, menonton comic 8 sama seperti menyelesaikan sebuah puzzle yang semakin lama semakin jelas kesinambungannya. Meskipun begitu, penonton akan di buat terkagum-kagum dengan hasil editing khususnya di colouring dan design graphics. Beberapa tampilan animasi juga sudah cukup baik (jangan di bandingkan dengan film hollywood) misalnya dalam ledakan, aksi tembak-tembakan bahkan buaya raksasa tidak akan terlihat seperti naga yang bertahun-tahun eksis di tv swasta. Beberapa bagian juga terkesan memainkan emosi penonton, contohnya disaat adegan mongol menjawab kuis dengan sederhana ternyata membuat penonton tertawa terbahak-bahak dan setelah itu tidak terduga muncul lah pocong yang membuat penonton seketika histeris kaget. Unpredictable. 

Jika Comic 8 cukup dengan formasi Arie kriting, Kemal Pahlevi, Ernest Prakasa, Mongol Stress, Fico Fachriza, Bintang bete, Babe Cabita dan Ge Pamungkas. Kali ini ini tim mereka menjadi 16 orang yang terdiri dari 8 comic lain yang tidak kalah populer. Adalah Gilang Bhaskara, Isman HS, Asep Suaji, Adjis doa ibu, Uus, Arief Didu, Awwe, dan Insan nur akbar. Tidak hanya itu, pemain-pemain pendukung seperti gank Komik medan seperti Benedion, Lolox dan Bhebita. Cak lontong juga tetap ada. Tidak mengenal mereka? ada total 50 pemain dalam film ini mulai dari Sacha Stevenson (Youtubers) hingga pemain-pemain senior seperti Barry prima, George Rudy, Ray Sahetapi dll. Jangan lupa artis-artis familiar seperti Sophia Latjuba, Prisa Nasution,  Nikita Mirzani, Dea Ananda dll. Film ini ramai sekali.

Hal yang di sayangkan atau mungkin mengembirakan adalah film ini terbagi dua part yang akhirnya membuat penonton harus berhenti di saat-saat klimaks, dan harus menunggu hingga februari 2016 untuk part 2 nya. Dan film ini masuk dalam film Indonesia layak tonton di bulan juli, apalagi penggemar Stand up comedy. Karena seluruh komik berperan menjadi dirinya sendiri, itu berarti jokes-jokes yang di hadirkan murni dari persona mereka sendiri. Jika film ini akan ada terus sekuelnya, mungkin film ini bakalan jadi surga para penggemar Stand up Comedy karena masih banyak comic-comic berkualitas yang belum mendapatkan peran. Uus dalam film ini bisa di bilang lagi-lagi menarik perhatian. Kekonyolan dan Punchline komedi nya yang absurd ternyata cukup mudah di terima di kalangan penonton luas, sehingga mungkin saja ia akan menjadi comic yang sukses di industri film seperti Babe Cabita atau Arie Kriting.

Oh iya, sekedar info. Jika setelah menonton film ini anda terkagum dengan hasil efek visual dan animasi nya. Adalah Erik Kaliwarang dibaliknya, ia adalah orang yang pernah terlibat dalam film Life of Pi (2012), Night at the museum : Secret of the bomb (2014) dll.

                     

Oleh : Ari

AYAT-AYAT ADINDA : MELANTUNKAN AYAT SUCI, MENGEJAR PENGAKUAN

|

www.padapanik.com - Tahun 2015 harusnya menjadi momen yang baik untuk perkembangan film Indonesia. Selain sudah mulai berkurangnya film-film bergenre horor dewasa, Bioskop hari ini tidak kalah dipenuhi dengan film-film Indonesia yang semakin beragam. Dan semoga hal ini menjadi awal yang baik untuk perkembangan film lokal khususnya dalam persaingannya di layar lebar. Hari ini, minat anak muda di Indonesia untuk menonton Film lokal cukup memprihatinkan. Jika pembaca ingat, kapan terakhir nonton film Indonesia di bioskop?

Saat melihat judul Ayat-ayat adinda, pikiran penulis malah suudzon dengan kesuksesan film Ayat-ayat cinta. Apakah film ini mencoba mengikuti film yang sukses di tahun 2008 tersebut dengan memanfaatkan judul yang hampir sama?, Terkadang hal-hal kecil seperti judul pun membuat penonton mulai menerka-nerka cerita apa di balik judul dan poster yang tertampang di bioskop tersebut. Meskipun film ini ternyata jauh berbeda dengan film ayat-ayat cinta. Hal ini serupa dengan film berjudul "Haji backpacker" yang menurut penulis salah mengambil judul, Sehingga mengurungkan niat orang-orang untuk memilih tidak menonton. Padahal filmnya dibuat dengan sangat baik dan sangat layak untuk di tonton. Harusnya pemilihan judul pun menjadi perhatian dari para filmmaker di Indonesia.

Ayat-ayat Adinda bermula ketika seorang anak bernama Adinda Zahra (Tissa Biani) yang dianuegrahi suara merdu akhirnya harus menutup cita-cita nya untuk bernyanyi di grup Qasidah sekolah karena ayahnya Faisal (Surya Saputra) meminta sang anak untuk fokus sekolah. Keluarga Adinda sendiri selalu berpindah-pindah tempat tinggal karena 'sedikit berbeda' dengan penganut Islam mayoritas sehingga dianggap sesat. Adinda sendiri tidak pernah mengerti akan hal tersebut.

Semakin terdesaknya keluarga Adinda di lingkungannya sendiri membuat Faisal lebih berhati-hati, Sedangkan Adinda, atas saran sahabatnya Fajrul (Badra Andhipani), dan Emi (Alya Shakila) akhirnya memilih untuk mengikuti MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) agar ia dan keluarganya mendapat pengakuan dan dihargai oleh masyarakat sekitar. Masalah kembali hadir, ternyata Adinda tidak memahami 7 macam lagu dalam seni membaca Al-qur'an, yang ia tau hanyalah mengaji dengan baik dan benar. Hal ini juga dikarenakan karena ajaran orang tua nya yang berbeda.

Film ini mengambil setting di Ngandel, Yogyakarta. Mengambil latar kehidupan masyarakat menengah kebawah, sangat menyenangkan di tonton bersama keluarga. Tidak banyak aktor atau aktris terkenal dalam film ini, penulis pun baru pertama kali melihat akting seorang Badra Andhipani yang berperan sebagai Fajrul yang penuh semangat, setia kawan dan positif langsung menarik perhatian. Karakter dan akting nya sangat patut di acungi jempol. Sedangkan Surya Saputra dan Cynthia Lamusu (berperan sebagai Ibu Adinda) memang sudah tidak bisa dipungkiri aktingnya. Film keluarga ini sebenarnya cocok di tonton anak kecil sekalipun jika masih dalam bimbingan Orang tua, Film ini dapat menanamkan rasa kebanggaan terhadap anak yang pandai mengaji. Film ini juga berpesan kalau seorang anak pandai mengaji akan terlihat keren dan di senangi orang lain.

Overall film ini cukup mengharukan, dan pesan nya dapat tersampaikan. Meskipun beberapa adegan tidak dapat dijelaskan dengan baik. Para penonton akan dibuat tercengang dan terharu mendengar tokoh Adinda melantunkan ayat-ayat suci, juga akan ikut terhibur dengan kesetiakawanan Fajrul. Film ini bisa di kategorikan berbeda jika dilihat dari dua sisi yang berbeda. Ringan jika dilihat dari perjuangan Adinda, Persahabatan, dan tema religi, Namun juga film ini menyampaikan pesan tentang cita-cita terhadap Indonesia yang bebas diskriminasi dan kebebasan beragama dengan cara nya masing-masing.

Jika berniat untuk menonton film Indonesia di bulan ini, Film ini cukup menarik dan layak untuk di rekomendasikan. Sayangnya, menurut Penulis sendiri, promosi dari film Ayat-ayat Adinda ini kurang, sehingga banyak yang tidak tahu bahkan asing jika mendengar judulnya. Meskipun menurut Denny J.A. (Produser Eksekutif) "Film tidak hanya sebagai lahan bisnis" tapi promosi yang kurang seimbang dengan pembuatan film ini yang serius menjadi kurang mendapat respon yang baik dari masyarakat. Jadi sayang sekali.

Dan setelah review film Indonesia kedua kami (sebelumnya filosofi kopi), semoga www.padapanik.com bisa lebih rutin untuk mereview film-film Indonesia setidaknya setiap bulan. Doakan saja!



Oleh : Ari