padapanik.com - Sepenggal lirik yang diramu oleh duo
folk pop Figura Renata ini menyentil pendengaran saya. Makhluk sosial tanpa
sosial, katanya. Lalu saya meneruskan mendengarkan lagu yang memuat lirik di
atas. Benar saja, lagu bertajuk Elegi ini ternyata bercerita tentang generasi
sekarang yang sibuk dengan kehidupan sosial dunia maya ketimbang kehidupan
sosial dunia nyata. Jika didengarkan hingga selesai, Figura Renata juga
menyelipkan sebuah kalimat, “dan ragamu
tergeletak diantara lantai retak. Terlewati terinjak dan kau hilang tak
berjejak.” Sadis sekali bagaimana duo asal Semarang ini mengkritik gaya
hidup generasi zaman sekarang yang memilih berkomunikasi di dunia maya daripada
berinteraksi langsung dengan masyarakat di dunia nyata. Singkatnya, Elegi
bercerita tentang Generasi Menunduk.
Elegi adalah salah satu karya Figura
Renata yang sukses membawa duo ini dikenal publik. Perlahan tapi pasti, Figura
Renata mulai mengambil hati para penikmat musik, terutama mereka yang
menggemari musik sebagai media berpendapat. Tanpa basa-basi, Figura Renata menelurkan
album perdana yang diberi nama sesuai nama duo ini.
Album ini memuat 8 lagu, dimana
Elegi yang menjadi batu loncatan juga termasuk di dalamnya. Album ini dibuka
oleh Mala, sebuh track sendu dengan
lirik repetitif “dan pagi itu, seketika
jiwa tak berdosa sirna.” Jelas, Mala
sudah menampilkan identitas Figura Renata yang tegas namun tetap implisit.
Berlanjut pada track kedua yaitu
Benalu yang juga menghadirkan sebuah kritikan. Dikemas dalam sebuah suasana
amarah yang penuh dengan keputusasaan, Benalu bercerita tentang rusaknya
lingkungan akibat ulah oknum yang mencari keuntungan semata. Pelukis Dendam,
Gersang, dan Balada Penerka tidak kalah sadis. Ketiga track tersebut memuat kritikan yang pedas namun tetap rapi dan
berkelas. Terutama Gersang yang berkaitan dengan isu yang sedang ramai saat
ini, yaitu penolakan petani Kendeng terhadap pembangunan pabrik semen.
Singkatnya, Figura Renata berhasil mengubah orasi berapi-api menjadi lirik
ciamik yang menggelitik.
Track selanjutnya
sejenak meninggalkan sisi kritis Figura Renata. Hingga Tenang, sesuai judulnya,
memang menenangkan. Figura Renata bermain lebih santai di lagu ini, seakan-akan
mengimbau kita untuk tetap tenang di tengah gempuran isu sosial yang
bertubi-tubi. Selanjutnya ada Rasa dan Karsa yang meyakinkan bahwa selalu ada
harapan baru setelah masalah yang berlarut-larut. Dibandingkan lagu-lagu
sebelumnya, Rasa dan Karsa ini lebih ‘manis’, tidak lagi dibalut kesedihan dan
kekecewaan.
Hal yang menarik dari album Figura
Renata yaitu cover album yang memuat
ilustrasi dari track yang bertajuk
Mala. Apabila dilihat sekilas, artwork album
Figura Renata ini terlihat seperti kumpulan objek-objek yang disatukan. Namun
ternyata, masing-masing objek dalam artwork
karya Andy Sueb tersebut mengandung makna yang kompleks. Proses kreatif
penggabungan antara lagu dan cover album
menjadi nilai tambah pada rilisan perdana Figura Renata ini.
Sebagai pendatang baru, banyak yang
beranggapan bahwa Figura Renata sedikit banyak mirip dengan Banda Neira. Namun
pada suatu wawancara Figura Renata menepis anggapan tersebut. Menurut mereka,
yang mengingatkan Figura Renata pada Banda Neira mungkin adalah format duo yang
sama-sama diusung kedua grup tersebut. Namun meskipun berkiblat pada formasi
dan genre yang sama, Figura Renata
berhasil menciptakan orisinalitas yang mudah terciri pada duo ini. Melalui
vokal Deviassita Putri yang kuat namun tetap sendu dan petikan gitar Bima
Sinatrya, Figura Renata tidak perlu waktu lama untuk melekatkan sebuah
identitas pada diri mereka, yaitu duo yang menyajikan kritikan berkelas dan
beretika.
Kemunculan Figura Renata di blantika
musik Indonesia menambah semarak daftar musisi berkualitas yang tidak hanya
berbicara tentang nada namun juga makna. Figura Renata telah membuktikan bahwa
kritik sosial tidak melulu harus dikaji dengan serius, tapi bisa didengarkan
sambil santai sore-sore.
Penulis :
Penulis :
Andi Hana M. E. @andihaname, Mahasiswa Pertanian yang lebih tertarik mengamati perilaku manusia daripada perilaku belalang sembah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar